03.

67K 6.4K 34
                                    

10 tahun kemudian....

10 tahun Elvaret menjalankan tanggung jawab nya untuk Retta. Menjadi Ayah, Ibu dan Kakak sekaligus, bukan hal mudah. Namun, jiwa Elvaret yang sudah dewasa mampu akan hal itu. Sekarang umurnya 15 tahun, itu tubuhnya. Jiwanya berumur 33 tahun asal kalian tahu.

Sebentar lagi umurnya dan Retta akan menginjak 16 tahun, seharusnya alur novel akan di mulai pada saat penerimaan siswa ajaran baru dan alur pertemuan Retta serta Arsen adalah waktu orientasi.

Tapi apakah Elvaret peduli? Tentu tidak, Elvaret tetap akan membiarkan alur novel terjadi namun untuk kematian saudari kembarnya, tentu Elvaret tidak akan membiarkan itu.

Ceklek..brug..

Saat sedang memikirkan rencana dan alur novel. Suara pintu di tendang membuat Elvaret memandang datar dan tajam sang pelaku.

"KAKAK, AKU LULUS!." Teriak Retta di depan pintu ruangannya. Tidak memperdulikan pandangan datar serta tajam sang kakak, Retta langsung memeluk Elvaret dengan bahagia.

Elvaret melepaskan pelukan sang adik dan memutar matanya jengah, walau masih dengan ekspresi datar. Memandang Retta yang bahagia dengan wajah berbinar binar sembari memegang kertas putih yang tertulis 'Lulus'.

"Lalu?." Kata Elvaret, membuat Retta memandang sang kakak sebal.

"Kakak, harus bahagia dong." Ujar Retta dengan nada sedramatis mungkin. Elvaret mengalihkan pandangannya ke tumpukan kertas di mejanya.

"Berteriak alay dan berjingkrak jingkrang seperti mu? Menjijikan." Sarkas Elvaret, Retta tidak tersinggung akan hal itu. Retta malah duduk di kursi yang berada di depan Elvaret.

"Kakak tidak menyenangkan." Desis Retta dengan wajah cemberut dan menelungkepkan kepalanya di lipatan tanggan nya yang berada di atas meja.

"Hm." Dehem Elvaret tidak peduli, membuat Retta makin menelungkepkan kepalanya semakin dalam. Namun, tiba tiba Retta mengangkat kepalanya dan memandang Elvaret dengan wajah seakan ingat sesuatu.

"Kak aku..em mau masuk AHS, boleh?." Tanya Retta dengan wajah memohon, Elvaret yang sedang menulis di map terhenti. Memandang datar Retta, membuat Retta ketar ketir sendiri. Takut tidak di izinkan.

"Hm." Anggukan serta gumaman pelan Elvaret membuat Retta spontan berdiri dari duduknya dan berjingkrak senang.

"Terimakasih, Kak. Muach." Ucap Retta dan pergi dengan bahagia, setelah mencium kilat pipi Elvaret.

Elvaret hanya memandang datar dan melanjutkan kembali menulis di map.

°°°
"Guys, gue di boleh-in." Ujar Retta dengan riang. Chloe, Irena dan Katya -sahabat sahabat Retta- yang sedang duduk di sudut cafe menutup wajah mereka, Malu.

"Diam, Ree." Tegur Irena selaku yang paling dewasa di antara mereka berempat. Retta tersenyum kikuk dan membungkukkan sedit tubuhnya meminta maaf pada pengunjung cafe yang terganggu.

"Kembali ke topik, gue di boleh-in. Seneng ngga kalian? Harus itulah." Kata Retta dengan semangat.

"Sungguh? Wow." Celetuk Chloe dengan semangat 45, tidak memperdulikan lagi rasa malunya. Retta mengangguk dengan semangat. Katya yang telah tertular Retta dan Chloe juga menunjukan wajah berbinar.

"Wow, gila. Ah, senengnya gue." Balas Katya dengan semangat yang tak kalah dari kedua sahabatnya.

Irena menghembuskan nafasnya kasar. "Bersikaplah normal!." Tegurnya lagi.

Tidak ada yang memperdulikannya, ketiga sahabatnya malah membahas antusias dan semangat tentang hal hal AHS. Aurora High School itu kepanjangannya.

Tbc.

Reincarnation: Twin's for Antagonist [END].Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang