45.

22.1K 1.9K 1
                                    

"Kau mengizinkan nya?." Tanya sebuah suara yang baru memasuki ruang kerja, dia Affan yang sedang berjalan menuju Elvaret dengan tab dan ponsel di tangannya. Affan sekilas melihat Retta yang baru saja keluar dari ruang tempat Elvaret belajar, yang juga menjadi ruang kerja baginya.

"Ya, dengan Miko." Jawab Elvaret dengan mata yang masih fokus pada layar laptop di hadapannya. Affan mengangguk paham dan duduk di samping Elvaret, ruangan ini memiliki 4 kursi yang saling berhadapan dengan meja panjang sebagai pembatas kursi yang masing masing dua sisi.

"Orang bodoh itu menemuiku, meminta izin membawa Retta berjalan jalan." Ujar Affan memulai pembicaraan, tangannya juga bekerja meletakkan tab dan ponsel ke meja di hadapannya.

Elvaret memberhentikan jarinya yang tadi sedang mengetik lalu menatap Affan yang juga sedang menatapnya.

"Hm, lalu?."

"Dia ingin menjadikan Retta kekasihnya." Balas Affan mampu membuat Elvaret kehilangan ketenangannya. Elvaret mengepalkan tangannya dengan kuat, rahangnya mengeras dan tatapannya menajam.

Affan menggenggam tangan Elvaret yang mengepal, lalu mengelusnya dengan lembut.

"Tenangkan dirimu, dia tidak akan mendapatkan Retta semudah itu." Ujar Affan dengan pandangan teduh menatap mata Elvaret yang berkobar amarah. Tangannya yang satu mengelus kepala Elvaret, kepalanya maju dan mendekatkan bibirnya di telinga Elvaret.

"Bagaimana jika kita membuat satu seperti Retta?." Bisik Affan dengan pelan. Nafas pemuda itu menerpa tengkuk leher Elvaret, membuat sang empu menegang seketika.

Buru buru Elvaret menjauhkan dirinya dari Affan dan menyibukkan dirinya pada laptop kembali.

"Kerjakan pekerjaanmu." Kata Elvaret mengalihkan pembicaraan, raut wajah Elvaret menjadi datar seakan tidak terpengaruh bisikan Affan tadi. Tapi percayalah, hatinya tengah berdisko ria.

Affan yang mendengarnya terkekeh pelan, istrinya bisa salah tingkah rupanya. Ya... walaupun dengan wajah datarnya.

°°°

"Hallo Selv." Sapa seorang gadis pada satu gadis lain.

"Hai, Tha." Balasnya secara singkat. Gadis tadi yang menyapa tersenyum cerah, lalu duduk di depan gadis yang sedang membaca novel.

"C'mon kita belanja, gue udah di izinin." Katanya dengan riang.

Gadis yang sedang membaca buku mendongak, lalu mengangguk pelan.

"Oke, tapi kita ke toko buku setelah belanja." Ujarnya sembari menutup buku dan bersiri dari duduknya. Di ikuti gadis lainnya.

"Kalau ngga?."

"Ngga jadi belanja."

Mereka menuju salah satu mall yang berada paling dekat dengan cafe. Keduanya tidak membawa kendaraan masing masing, membuat mereka berjalan kaki menuju mall.

"Kamu tidak dengan Miko? Biasanya selalu bersama." Tanya gadis yang sedang memilih dress pada gadis yang berada di sebelahnya.

"Gue kabur dari Miko, hehehe." Sebuah cengiran tidak merasa bersalah terlihat, membuat gadis yang memilih dress menggeleng pelan.

"Hubungi Miko. Jangan membuat orang khawatir, Tha." Ucap gadis yang memilih dress, membuat gadis lainnya mengangguk, tapi sedetik kemudian menggeleng.

"Nanti, sekarang kita belanja dulu." Katanya dan ikut memilih dress yang berada di hadapannya.

Dia Retta dan gadis yang bersamanya bernama, Selvanta Andirea. Mereka berkenalan kurang lebih satu tahun yang lalu, saat Retta menjadi mahasiswi baru di kampus tempat kuliah Selva. Selva bukan dari Indonesia tapi memiliki darah Indo dalam tubuhnya. Yap, dia blasteran. Ayahnya Indo dan Ibunya Singapura.

Selva yang kutu buku dan Retta yang ceria, dua kesatuan yang sangat aneh. Walau begitu, mereka sepertinya nyaman nyaman saja.

Selva tidak memanggil Retta dengan Panggilan seperti kebanyakan orang, tetapi memanggil Retta dengan nama tengahnya yaitu Thala yang diambil dari kata Thalassa.

°°°

"Retta sialan." Umpatan keluar dari bibir pemuda yang sedang menggenggam ponselnya dengan frustasi. Tangan kananya ia angkat dan mengacak tatanan rambut yang awalnya rapi menjadi berantakan.

"Gue harus gimana?." Tanya nya pada diri sendiri, orang orang yang sedang berlalu lalang menatap ia aneh. Dengan lengan kemeja yang di gulung hingga siku, rambut acak acakan serta tas yang menyampir di bahu kirinya. Sebenarnya penampilan nya oke, hanya jika tidak berbicara sendiri makan dia akan di cap orang waras. Apalagi di tambah dia berjongkok di pinggir jalan, menjadi kesan tersendiri bagi orang orang.

Sebuah mobil berhenti tepat di hadapannya, posisinya yang sedang berjongkok membuat perbedaan yang segnifikan antara mobil dan dirinya.

Kaca mobil diturunkan, seseorang yang menurunkan kaca mobil mengetuk kepala pemuda yang sedang berjongkok, "Mik, ngapain lo disini? Mau jadi gembel atau gimana?." Tanya seseorang yang mengetuk pemuda yang berjongkok. Miko, pemuda yang berjongkok. Mendongak dan menatap kakak sepupunya, lalu dia berdiri. Sinar antusias terlihat di matanya yang tadi hampir mengeluarkan air mata frustasi.

"Bang tolongin gue, Retta ilang bang." Rengek Miko sembari menggenggam tangan Vernon sembari menggoyang goyangkan tangan yang dia genggam.

Vernon spontan melepaskan genggaman Miko dan mengeplak kepala Miko untuk kedua kalinya, membuat Miko mengaduh sakit.

"Gimana bisa ilang? Lo apain? Kalau Elva tau abis lo." Kata Vernon dengan panik, kepanikannya menular pada Miko

"Gue juga ngga tau bang, jadi gimana? Gue ngga mau kena amukan El." Balas Miko tak kalah panik. Seseorang yang duduk di kursi kemudi menatap kedua orang yang sedang panik itu.

"Bisakah kalian tenang sedikit? Kita seharusnya mencari bukan?." Usul orang itu sembari menatap tajam Vernon dan Miko. Keduanya sontak menganguk, Miko juga langsung membuka pintu belakang dan masuk ke dalam mobil.

"Terakhir dimana kau bersama dia?." Tanya seseorang pemuda yang mengemudi pada Miko.

Miko menatap pemuda itu dan mengingat ingat. "Terakhir gue dan Retta ada di kafe, tapi Retta izin ke toilet. Setelah itu udah ngga ada kabar." Ujar Miko setelah mengingat ingat kronologinya.

"Bagaimana dengan GPS?." Tanya pemuda yang sedang mengemudi, kali ini pertanyaannya tidak hanya mengarah kepada Miko, tetapi juga kepada Vernon.

"Bukankah ponsel Retta tidak terpasangi alat semacam itu?." Heran Vernon saat mendengar perkataan sahabatnya. Namun tidak dengan Miko, dia malah mulai mengotak atik ponsel miliknya lalu berseru dengan semangat.

"KETEMU, Hahahaha pinter lo bang. Gue aja ngga inget." Kata Miko dengan bahagia sembari mengangkat ponselnya, kelegaan terlihat jelas di wajahnya.

Pemuda yang sedang menyetir tanpa kata mengambil ponsel itu dari tangan Miko dan mulai mengikuti GPS yang menandakan lokasi Retta. Sedangkan Vernon masih kebingunan dengan dua orang yang satu mobil dengannya.

Tbc.





Reincarnation: Twin's for Antagonist [END].Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang