10.

49.3K 5K 14
                                    

Elvaret memilih pergi ke kafe tempat adiknya berada, karena memiliki mood yang buruk akibat kedatangan Gibran ke butik yang di kelolahnya.

"Kenapa, Kak." Tanya Retta bingung, Elvaret tiba tiba datang dan langsung memeluknya. Elvaret tidak menjawab, malah menenggelamkan kepalanya di bahu Retta untuk mengurangi emosinya.

"Sebentar saja." Bisik Elvaret pelan di sela sela pelukannya. Retta mengangguk mengerti, mungkin kakaknya sedang dalam mood yang buruk.

Retta memilih menepuk nepuk punggung kakaknya sambil melihat dokumen kafe. Posisi Retta tuh duduk sedangkan Elvaret berdiri sambil menunduk karena memeluk badan Retta yang sedang duduk. Ada meja di depan Retta, btw.

Saat Elvaret merasa sudah tenang, barulah melepaskan pelukannya dari sang adik. Lalu memilih berjalan menuju kursi di depan Retta dan mendudukan dirinya di sana. Mengamati Retta yang sepertinya sibuk pada sebuah dokumen.

"Kenapa, Kak?." Tanya ulang Retta pada Elvaret, namun pandangannya masih setia pada dokumen di tangannya.

Elvaret tidak langsung menjawab, menghela nafas sambil menyenderkan tubuhnya di kursi yang di duduki lalu mengambil pulpen yang ada di meja di depannya.

"Hanya kurang mood." Jawab Elvaret tidak sepenuhnya benar. Retta hanya mengangguk lalu menumpuk dokumen yang telah di bacanya pada satu sisi meja dan mengambil dokumen lain.

"Bagaimana dengan ulang tahun?." Tanya Elvaret mencari topik lain. Retta yang sedang membaca dokumen langsung menoleh pada Elvaret.

"2 minggu lagi kak, kakak mau hadiah apa?." Tanya Retta dengan pandangan berbinar saat membahas hadiah yang di mau Elvaret.

Elvaret meletakan pulpen ditangannya pada meja dan mencondongkan tubuhnya ke depan.

"Kau bahagia, itu sudah cukup." Balas Elvaret sambil tersenyum kecil dan menegakan tubuhnya.

Retta tertawa kecil. "Aku tahu itu kak, ada yang lain?." Tanyanya lagi, Elvaret mencari apa hadiah yang di inginkan di otak cantiknya.

Elvaret mengangguk. "Berikan aku permen karet." Ujar Elvaret setelah mencari di otaknya. Retta langsung cemberut.

"Kakak tahun kemarin juga minta itu." Keluh Retta sambil menaruh dokumen di meja dan bertumpu dagu menggunakan tangannya.

Elvaret langsung menjitak kening Retta.

"Karena kau juga menanyai dengan pertanyaan yang sama tahun kemarin."

°°°

"Argh." Frustasi seorang pria yang sedang duduk di sebuah ruangan yang menghadap ke jalanan kota.

"Benar benar sulit, sialan." Ucap pria itu yang tak lain, Gibran. Memandang padatnya jalan dari kaca jendela ruangannya.

"Itu juga salahmu sendiri, bodoh." Timpal seseorang yang baru datang dan langsung mendudukan dirinya di sofa di dalam ruangan, tidak memperdulika tatapan tajam yang di berikan Gibran padanya.

"Bagaimana rasanya." Tanya orang itu dengan nada mengejek. Gibran menglihkan pandangan tajamnya lagi untuk menatap jendela ruangan.

"Woy, Stupid. Bagaiman rasanya?." Tanya orang itu lagi dengan menaikan nada bicaranya namun terselip nada mengejek.

"Hahaha."

Tbc.

•••
Hallo to All. Maaf ya aku random banget waktu update nya. Next time aku akan berusaha konsisten kok.

See you All.

Bye bye~

Reincarnation: Twin's for Antagonist [END].Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang