5 jam setelah kematian Revalisha...Seorang perempuan berjalan mendekati Elvaret dan Retta yang masih berusia 5 tahun. Ia melihat Elvaret yang sedang duduk dengan raut wajah datar khas andalannya dan Retta yang menangis sembari menekuk kakinya dan meletakan wajahnya di sana. Dia menatap kasihan terhadap keduanya, dulu ia melihat perjuangan Revalisha dari nol, dari yang berusaha bertahan dengan janin di perutnya dan berjuang melawan kesakitannya setelah melahirkan si kembar. Sekarang ia harus melihat sekali lagi penderitaan seperti ini. Ia merasa, mereka lebih membutuhkan perlindungan dari pada ia yang hanya anak yatim piatu.
Perempuan itu duduk di antara keduanya, ia menepuk nepuk kepala Retta dan Elvaret lalu memeluk keduanya.
"Jangan sedih ya, ada Aunty masih disini." Ujar perempuan itu sebagai kalimat penenang. Namun, itu hanya berlaku untuk Retta. Nyatanya, Elvaret hanya menanggapi itu sebagai angin belaka. Elvaret tidak merasa sedih atau kehilangan, ia tidak merasakan apapun. Rasanya dia seperti mati rasa.
Retta mendongak menatap orang yang menyebut dirinya 'Aunty' lalu memeluknya. Menangis sejadi jadinya di pelukan perempuan itu. Ia adalah Marie, asisten Revalisha yang sudah dianggap seperti adik sendiri oleh Revalisha.
Marie tersenyum sendu dan mengusap usap punggung Retta, lalu menyenderkan kepalanya kepada kepala Retta.
"Uluh uluh... jangan nangis lagi, oke? Nanti Mamah malah sedih ngelihat Retta nangis kaya gini." Bujuk Marie berusaha senatural mungkin, padahal dirinya juga ingin menangis. Seseorang yang dia anggap Kakak telah pergi untuk selamanya, meninggalkan kedua anak kembarnya sendirian. Revalisha bahkan tidak pernah berbicara sedikit pun tentang ayah si kembar kepadanya, sehingga dia tidak tahu. Sikembar sama sepertinya yang yatim piatu atau masih memiliki ayah.
°°°
2 bulan setelah kematian Revalisha...
"Kamu masih kecil, El. Aunty tidak bisa memberi tanggung jawab sebesar itu kedapa kamu. Mengertilah." Ucap Marie dengan nada memohon.
Elvaret datang ke butik alm. Revalisha bersama Marie setelah pulang dari sekolah, satu bulan yang lalu. Marie mendaftarkan keduanya di taman kanak kanak, Marie berharap hal itu membuat keduanya -Elvaret dan Retta- menjadi ceria kembali dan berusaha mengiklaskan alm. Revalisha. Hal itu berjalan baik untuk Retta, nyatanya Elvaret masilah Elvaret yang dulu. Jarang berekspresi, jarang tersenyum dan selalu melontarkan kalimat pedas yang berisi kejujuran. Kejadian awalnya Elvaret hanya meminta kepada Marie untuk membantunya menjadi pengurus butik, menggantikan Revalisha. Tetapi Marie menganggap Elvaret masih terlalu kecil untuk itu, usianya bakan masih 5 tahun. Namun, dengan kekeras kepalaan Elvaret tetapi mendesak Marie agar mau membantunya menjadi pengurus butik.
Elvaret menatap Marie yang duduk di seberangnya, hanya meja yang menjadi penghalang keduanya.
"Aku akan tetap melakukannya." Kekeh Elvaret dengan tangan yang bersedap dada. Membuat Marie lagi lagi menghela nafasnya dengan kasar.
"Aunty tahu, kamu kadang kadang membantu Mamah kamu, Aunty tahu. Tapi ini bukan hanya sebagian kecil, El. Butik ini bukan butik kecil yang belum maju, ada banyak karyawan yang masih membutuhkan pekerjaan untuk menghidupi ekonomi mereka." Terang Marie dengan bahasa yang semaksimal mungkin mudah dicerna. Namun ini adalah Elvaret yang akan tetap teguh pada pendiriannya, membuat Marie merasa lelah sendiri dan lebih memilih mengalah.
°°°
Di usia 8 tahun...
"Aunty aku ingin mengambil jalur akseler." Perkataan Elvaret yang tiba tiba mampu membuat Marie hampir pingsan. Ayolah selama ini, Elvaret banyak membuatnya terkejut. Dimulai dari dia yang ingin mengambil alih butik, mencoba membuat kafe, dan sekarang ingin mengambil jalur akselerasi. Ini tidak wajar untuknya yang masih berusia 8 tahun.
"Apa sebenarnya niatmu, El? Tidak bisakah kamu menjadi seperti anak kecil kebanyakan? Aunty ingin kamu menikmati masa kecil dengan tenang, kenapa kamu memilih membebankan diri." Ucapan Marie hanya dianggap angin lalu, tidak ada jawaban. Hanya ada keheningan yang menghampiri.
.
.
."K-kakak." Panggil Retta dengan nada takut. Dia menatap Elvaret yang sedang duduk di sofa ruang tamu rumah Marie. Mereka tidak diperbolehkan hanya tinggal berdua. Elvaret menoleh menatap Retta, lalu mengangkat dagunya sebagai tanya bertanya.
"Be-benarkah kita anak haram? Kita tidak memiliki ayah, kata mereka tidak memiliki ayah berarti anak haram." Ujar Retta dengan mata berkaca kaca badannya bergetar bahkan bibirnya di gigit mengakibatkan keluar darah dari sana.
Elvaret langsung meremas buku yang beada di genggaman nya. Perkataan apa itu hah?, batin Elvaret mencaci maki orang yang mengatakan itu.
Elvaret bangkit dari duduknya dan langsung memeluk Retta.
"Bukan, kita bukan anak haram."
Nyatanya ucapan itu tidak terpengaruh di pemikiran Retta yang sudah terkontaminasi oleh perkataan para pembully di sekolahnya.
2 minggu kemudian Marie, Elvaret dan Retta pidah kota untuk memulihkan mental Retta yang terguncang.
Fin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reincarnation: Twin's for Antagonist [END].
FantasyIni kisah tentang Eleftheria Emeralda, gadis cantik yang bereinkarnasi ke tubuh Elvarette Natasya. Seorang gadis figuran yang terbunuh karena berperan sebagai twins antagonis, Elveretta Thalassa. Bagaimana sekarang kisah Ele? Haruskah ia menyerah d...