Kemarin hari minggu, jadi sekarang pasti hari senin. Seperti biasa di hari senin, hari yang menyebalkan bagi hampir semua murid. Karena hari senin, bell masuk sekolah menjadi 07.15 jika biasanya 07.25. Menyebalkan bukan? Pastilah.
Begitu pula dengan Retta yang ingin berteriak mengumpat di rumahnya, namun jika itu terjadi maka hukuman akibat mengumpat di dalam rumah ia dapatkan dari Elvaret. Mana hukumannya tidak ringan lagi, di suruh mengerjakan ujian bahasa, ipa, ips dan mata pelajaran lainnya. Hell no, tambah frustasi Retta.
Retta ingin berteriak bukan karena bangun telat, tetapi dia lupa di mana meletakan handphonenya membuat Retta harus berlari ke kamar Elvaret yang berada di sebelah paling ujung. Untunglah rumah mereka tidak seperti istana kerajaan, jika iya maka Retta mungkin akan berteriak mengumpat sungguhan.
Ini masih jam 05.45 tetapi sudah ada keributan terjadi karena ulah si pelupa, Retta.
Tok..tok..tok...
Mengetuk pintu kamar Elvaret dengan tidak santainya, lalu membuka paksa pintu itu dan masuk ke dalam kamar. Menghampiri Elvaret yang sedang menyisir rambut hitam bergelombangnya.
"Kak di mana handphone ku?." Tanya Retta dengan tidak selow, untung Elvaret bukan orang yang mudah kepancing emosinya.
"Kenapa tanya, Kakak? Itu handphone mu bukan punya Kakak." Kata Elvaret dengan acuh. Membuat Retta langsung mendudukan dirinya di sofa yang berada di kamar Elvaret.
"Kak." Rengek Retta membuat Elvaret menghela nafas pelan, meletakan sisir di meja hias dan berjalan ke arah keluar dengan tas yang Elvaret letakan di satu bahu.
"Keluar." Ucap Elvaret yang sudah berdiri di pintu kamar. Retta keluar dari kamar Elvaret dan menyusul Elvaret yang sudah berjalan menuju lantai bawah.
Saat sudah di depan ruang keluarga, Elvaret menunjuk ke arah meja kecil di sebelah televisi. Dan yah... terlihatlah handphone Retta yang sedang di isi daya di sana.
Membuat Retta cengengesan, aish dia lupa lagi. Pikir Retta. Elvaret menatap datar Retta.
"Bodoh."
°°°
Setelah membuat drama yang tidak memiliki episode. Elvaret dan Retta berangkat menuju sekolah. Masih pagi sebenarnya, bagi Retta. Bagi Elvaret sudah biasa.
Sesampai nya di sekolah, gerbang sekolah belum di buka, untung Elvaret memiliki cadangan kuncinya. Karena terbiasa berangkat pagi dan menertibkan para murid.
Retta menuju ke arah kelasnya, 10 IPA 2. masih sepi pastinya, karena hanya dia yang sudah berangkat. Membuat bulu kuduk Retta naik, memilih menyusul Elvaret dari pada sendirian di kelas.
Dan sialnya, Retta tidak tahu. Di mana ruangan AHSSO berada, membuat Retta menggerutu pelan. Melihat peta yang di sediakan di setiap kelas membuat Retta sedikit mensyukuri bahwa sekolah sangat teliti. .
Akhirnya setelah sekian lama berjuang, Retta bisa menemukan ruang AHSSO.
Tok..tok..tok....
Mengetuk pintu dengan biasa dan berdiri menunggu di depan pintu ruangan AHSSO.
"Masuk." Samar namun bisa di dengar seseorang menyuruh Retta masuk, membuat Retta entah mengapa gugup sendiri.
Ceklek...
Retta memutar pelan knop pintu, mendorong pintu ke depan dan terlihatlah ruang AHSSO yang terlihat seperti sebuah ruang meeting di kantor.
Melihat Elvaret yang duduk sembari sibuk dengan sebuah kertas, Retta menghampirinya dan duduk di sebelah kirinya Elvaret.
"Kak." Panggil Retta pelan. Elvaret tidak menoleh, memilih membalik kertas yang sedang di bacanya.
"Kak." Panggil Retta lagi, masih dengan nada pelan. Elvaret menoleh sekilas dan membaca kertas yang seperti proposal.
"Kak." Panggil Retta, okay kali ini Retta memakai nada biasa.
Elvaret menoleh. "Apa?." Ujarnya sambil menatap Retta yang juga menatapnya. Retta tidak menjawab namun memainkan tangannya yang berada di atas meja.
"Takut." Cicit Retta pelan, membuat Elvaret menepuk dahinya pelan. Ah, dia lupa. Retta itu mudah takut orangnya.
°°°
Setelah 30 menit kejadian itu, sekolah mulai ramai. Membuat Retta berani untuk sekedar berjalan jalan di lingkungan kelas lain.
Saat melihat lihat lapangan tempat upacara, Retta tidak sengaja terpleset pembatas membuat Retta limbrung dan hampir jatuh. Jika saja tidak ada seseorang yang menangkapnya dari belakang.
Seakan sadar apa yang telah terjadi, Retta buru buru berdiri tegak dan membalikan badan untuk melihat seseorang yang menangkapnya.
"Terimakasih, Kak." Ucap Retta sambil membungkukkan kepalanya sedikit.
Pemuda yang menolong Retta, menatap Retta datar.
Saat Retta hendak pergi, pemuda tadi menahan lengan Retta. Membuat Retta menghadap seperti pososi semula.
Cekalan di lengan Retta pemuda itu lepas dan mengulurkan tangan kanannya.
"Arsene Keandre." Ujar sang pemuda yang tak lain adalah Arsen. Retta ragu, membalas atau tidak uluran tangan Arsen. Tapi, karena Arsen telah menolongnya tadi. Retta memilih membalas uluran tangan Arsen.
"Elveretta Thalassa." Balas Retta dan melepaskan jabat tangannya dan Arsen.
Mereka tidak tahu, ada seseorang yang melihat dari kejauhan.
"Baru dimulai, alur yang sesungguhnya." Kata seseorang itu sembari meminum minumannya.
Tbc.
•••
Double update.See you...
KAMU SEDANG MEMBACA
Reincarnation: Twin's for Antagonist [END].
FantasyIni kisah tentang Eleftheria Emeralda, gadis cantik yang bereinkarnasi ke tubuh Elvarette Natasya. Seorang gadis figuran yang terbunuh karena berperan sebagai twins antagonis, Elveretta Thalassa. Bagaimana sekarang kisah Ele? Haruskah ia menyerah d...