Chloe, Irena dan Katya berjalan dengan sedikit berlari memasuki rumah sakit tempat Retta di rawat. Dari mana mereka mengetahui rumah sakitnya? Entahlah, Miko tiba tiba menghampiri mereka dan mengatakan sebuah nama rumah sakit, lalu bilang bahwa Retta di rawat di sana.
Awalnya mereka bingung, namun kebingungan mereka tertelan oleh perasaan khawatir mereka pada Retta. Jadi mereka tidak menyelidiki lebih lanjut akan hal itu. Mungkin hanya kebetulan, pikir mereka bertiga.
Katya sampai lebih dulu di depan meja resepsionis, dengan nafas yang tidak beraturan. Chloe dan Irena tidak jauh keadaannya seperti Katya.
"Permisi." Ucap Katya setelah menormalkan nafasnya. Sang resepsionis tersenyum ramah kepada ketiganya.
"Ada yang bisa saya bantu, Nona?." Tanya sang resepsionis dengan ramah dan sopan.
Katya mengangguk. "Ada pasien bernama Elveretta Thalassa?." Ujar Katya yang tidak kalah sopan. Sang resepsionis mengerutkan kening sesaat namun tetap bersikap ramah dan sopan pada ketiganya.
"Saya cek dulu, Nona." Balas sang resepsionis dengan sopan. Katya mengangguk, sang resepsionis mengotak atik komputer di depannya.
"Pasien bernama Elveretta Thalassa ada di kamar nomor 05 ruangan vip red lantai 3, Nona." Ujar sang resepsionis setelah mengecek di komputer. Chloe dan Katya langsung pergi begitu saja, tidak dengan Irena yang terlebih dulu mengucapkan terimakasih pada sang resepsionis, lalu menyusul kedua sahabatnya.
°°°
Mereka bertiga berlari di lorong dengan nafas yang terengah engah, sampai di depan ruang rawat. Mereka mengambil nafas dengan kasar akibat berlari dari lobi rumah sakit menuju lantai 3, walau menggunakan lift.
"Kalian disini." ujar sebuah suara dari arah belakang ketiganya. Sontak tiga gadis itu menoleh serentak, raut terkejut tidak tertahan di wajah ketiganya. Melihat ketua AHSSO dan wakil AHSSO di depan mereka.
Ya, suara itu milik Elvaret yang baru saja sampai dengan Affan di belakangnya dan menatap datar ketiga gadis tersebut, tidak ada ekspresi di wajahnya.
"K-kak." Ucap ketiganya dengan kikuk sembari menatap kedua orang berbeda gender yang berdiri di depan mereka.
Elvaret berjalan dengan Affan yang setia mengikuti langkahnya, membuat ketiga gadis itu gugup bukan kepalang.
Elvaret menoleh kebelakang sekilas, menatap ketiga gadis yang masih berdiri dengan kaku.
"Ikut denganku." Kata Elvaret dengan datar membuat ketiganya bingung.
Katya yang memang memiliki rasa penasaran tinggi menunjuk dirinya sendiri dan kedua sahabatnya.
"Kami, Kak?."
Elvaret mengisaratkan dengan tangan, membuat ketiganya mau tidak mau mengikuti Elvaret. Affan membuka pintu ruang rawat dengan pelan. Mereka memasuki ruang rawat dan terlihatlah Retta yang sedang terbaring dengan bantuan alat pernafasan di mulutnya. Walau masih ada kaca pembatas di antara ruangan Retta dan kelimanya.
"R-retta." Lirih Irena dengan pelan. Badannya merasa lemas setelah melihat salah satu sahabatnya terbaring tidak berdaya.
Sedewasa dewasanya dia, Irena masih memiliki jiwa remaja yang masih labil. Bahkan Chloe sudah meremas tangannya sendiri untuk melampiaskan kekehwatirannya pada Retta. Katya menangis pelan di samping Irena yang terduduk lemas di kursi yang tersedia di ruangan tersebut.
Setelah ketiganya menenangkan diri, Elvaret menyuruh mereka duduk di kursi yang berada di sana. Dengan posisi Katya, Chloe, dan Irena yang berada di depan Affan dan Elvaret.
Elvaret menatap ketiga gadis di depannya dengan datar.
"Retta akan dipindahkan dari sini." Ujar Elvaret membuat ketiga gadis itu menatapnya, namun belum bersuara.
"Kalian pulanglah, dan kembali ke sini besok pagi. Untuk melihat Retta terakhir kalinya." Ujar Elvaret kembali membuat ketiganya membelalakan mata.
"M-maksud Kakak." Sahut Katya dengan mata yang kembali berkaca kaca.
Elvaret masih duduk tenang dengan ratu wajah datarnya. "Pergi," ucapnya tanpa emosi.
"T-tap... "
"Ada hubungan apa Kakak dengan, Retta?." Tanya Chloe memotong kalimat Katya, Irena juga menatap Elvaret penuh selidik dengan mata sembapnya.
Elvaret menatap Chloe dengan tenang. "Saya kakak kembarnya." Jawab Elvaret membuat ketiga gadis itu terkejut untuk kedua kalinya.
"Kembar?." Beo Irena tidak percaya. Elvaret mengangguk, lalu berdiri dari duduknya diikuti dengan Affan yang setia menemani Elvaret.
"Pulang lah kalian." Ujar Elvaret sebelum pergi keluar dari ruangan tersebut. Meninggalkan ketiga gadis yang masih terkejut.
°°°
Elvaret menuju rooftop rumah sakit. Mendudukkan dirinya di salah satu kursi panjang yang tersedia di sana dan memejamkan matanya. Saat hendak meletakkan lengannya di pegangan kursi, sebuah lengan kekar menarik tubuhnya ke dalam sebuah pelukan.
"Jangan selalu memendam rasa sakit sendirian, Babe." Kata Affan yang memeluk tubuh semampai Elvaret sembari mengelus surai hitam legam milik istrinya.
Elvaret makin membenamkan wajahnya di dada bidang Affan setelah mendengar apa yang dikatakan suaminya. Tangan Elvaret juga mencengkram erat jaket yang di pakai oleh Affan.
Memang tidak ada suara tangisan yang terdengar dari bibir Elvaret, tetapi mata tidak pernah berbohong. Ada air mata yang keluar dari bola mata hitam pekat dengan gradasi warna merah tersebut.
Affan tidak berbicara lagi, dia lebih memilih menemani istrinya dari pada mengeluarkan kalimat kalimat penenang yang tidak akan berhasil.
Flasback.
Setelah sampai di rumah sakit, Affan dan Elvaret tidak langsung menuju ruangan Retta di rawat. Namun, menuju ruangan dokter yang bertanggung jawab menangani kondisi Retta.
"Bagaimana?." Tanya Elvaret dengan wajah datar dan tatapan dingin, membuat sang dokter grogi.
"Dari hasil pemeriksaan, kondisi Nona Retta semakin menurun dengan segnifikan." Jawab sang dokter setelah melihat hasil cek dari medis milik Retta.
Elvaret langsung menatap tajam sang dokter, membuat dokter yang duduk di depan Elvaret bertambah grogi. Affan mengusap tangan Elvaret yang berada di genggamannya.
"Lalu, apa yang bisa di lakukan?." Tanya Affan dengan tenang. Sang dokter membenarkan kaca mata yang bertengger di hidungnya.
"Sebaiknya Nona Retta di pindahkan ke rumah sakit terbaik di singapura, Mr. Peralatan di sana lebih lengkap dan maju, kemungkinan besar kondisi Nona Retta akan cepat pulih." Saran sang dokter. Affan mengangguk mengerti.
"Persiapkan perpindahannya." Perintah Affan pada sang dokter, sang dokter tentu saja menuruti dengan senang hati perintah Affan.
Elvaret menatap Affan dengan datar. Affan menyadarinya dan membalas tatapan Elvaret dengan senyum tipis di bibirnya.
Flasback off.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reincarnation: Twin's for Antagonist [END].
FantasyIni kisah tentang Eleftheria Emeralda, gadis cantik yang bereinkarnasi ke tubuh Elvarette Natasya. Seorang gadis figuran yang terbunuh karena berperan sebagai twins antagonis, Elveretta Thalassa. Bagaimana sekarang kisah Ele? Haruskah ia menyerah d...