27.

34.8K 3.7K 53
                                    

"Drama lo basi tau." Sentak Chloe. Helena tidak menjawab atau membalas sentkan Chloe, tapi malah menangis, seperti dia yang di salahkan di sini.

Retta menghela nafas setelah bisa mengendalikan emosinya. Lalu menepuk pundak Chloe pelan.

"Udah, Chlo. Cuma minuman juga." Ujar Retta dengan santai. Chloe menatap Retta dan kembali menatap Helena yang sedang menangis. Memilih menghiraukan Retta.

"Itu jus, Ree. Jus alpukat lagi, kalau air putih sih ngga papa." Balas Katya yang malah menambah suasana panas. Irena tidak akan ikut campur, karena yang di sini salah memang Helena.

"Bubar, kecuali kelima siswi itu." Perintah seseorang yang datang dari pojok kantin dengan seseorang mengikuti di belakangnya, mereka adalah Elvaret dan Amanda.

Semua yang tadi melihat keributan menjadi menuju kelas masing masing. Karena bell sudah berbunyi beberapa menit yang lalu. Sebagian anggota AHSSO yang mengawasi kantin juga ikut kembali ke kelas masing masing, tersisa Affan yang ikut berjalan ke arah keributan yang terjadi bersama Dani di belakangnya.

"Ikuti saya menuju ruang AHSSO." Titah Affan. Padahal niatnya ingin membiarkan Elvaret yang menyelesaikan tapi mana tega dia.

Kelimanya menurut dan mengikuti Affan, Elvaret dan Amanda juga ikut.

°°°

Affan duduk di kursi utama ruang AHSSO. di hadapannya terdapat keempat anggota Nyx dan Helena. Mereka berlima memiliki reaksi yang berbeda beda. Elvaret dan Irena yang hanya menatap biasa sedangkan ketiga lainnya menunduk walau hanya Helena yang benar benar menunduk.

Tok...tok...tok...

Elvaret yang duduk di tepat bersebelahan dengan Affan mengetuk meja kayu dengan jari telunjuknya.

"Masalah tidak akan selesai jika hanya diam." Kata Elvaret dengan tegas. Lalu menatap sekilas Helena yang diam menunduk.

"Dan saya tidak suka perempuan yang hanya bisa menangis." Ada nada sinis di perkataan Elvaret.

Retta mengangkat tangan kanannya, Affan mempersilah kan Retta untuk berbicara. Bagi Retta keberanian itu harus ada jika kita tidak salah, begitulah yang di ajarkan kakak kembarnya padanya.

"Ini hanya masalah kecil Kak." Ucap Retta. Affan mengangkat alisnya dan tersenyum dingin lalu menyenderkan tubuhnya di kursi yang di duduki oleh nya.

"Masalah kecil? Semua anggota pengawas kantin IPA tau akan kejadian itu dan itu bukan masalah kecil lagi." Timpal Dani yang duduk di sebelah kiri Affan karena di sebelah kanan adalah Elvaret.

"Ya, Kak. Saya tidak memperpanjang masalah ini." Balas Retta dengan mantap dan teguh. Amanda tertawa kecil akan hal itu.

"Itu yang dari tadi kami tunggu, masalah selesai. Kalian boleh pergi dan untuk Helena, jangan selalu mengulangi hal yang sama. Tidak semua orang indifferent akan hal itu." Ujar Amanda.

Mereka berlima mengangguk dan berjalan keluar dari ruangan AHSSO menuju kelas masing masing.

°°°

Beberapa hari setelah kejadian itu, banyak gosip yang menyebar tentang Helena. Seperti, 'Murid baru maniak populer', 'Murid baru caper sana sini' dan lain sebagainya.

Mulai saat itu, banyak sekali yang mencibir dan sinis jika ada Helena di dekat mereka. Bahkan 10 IPA 3 yang awalnya kagum dan ingin dekat dengan Helena sekarang biasa saja dan menjauh walau tidak terlihat dengan jelas.

"Hel, mereka kenapa sih?." Heran Amel saat melewati koridor sekolah. Mereka akan ke kantin dan di setiap koridor yang mereka lewati banyak tatapan sinis dan mencibir yang diberikan untuk Helena.

"Ngga papa kok, Mel." Ujar Helena sembari tersenyum. Siapapun yang teliti pasti akan menyadari jika senyum yang diberikan Helena hanya kepalsuan.

Amel mengangguk mengerti. 2 minggu ini dia tidak berangkah karena ada urusan keluarga, jadi dia tidak tahu kejadian apa saja yang terjadi di AHS.

Sesampainya di kantin, tatapan sinis dan mencibir masih banyak di berikan oleh para murid IPA, walaupun rata rata yang memberikan tatapan itu hanya para siswa perempuan.

Makin membuat Amel bingung dan heran. Helena? Dia menundukkan kepalanya saat sudah sampai di kantin, tidak berani menatap orang orang yang sinis padanya.

°°°

"Sebenarnya ini keterlaluan sih, tapi kalau anggota AHSSO sudah bertindak berarti sudah kelewat batas tuh anak baru." Ucap Acel memberi pendapat. Mereka memperhatikan setiap kejadian di kantin sebenarnya hanya Nick dan Acel yang mengamati.

Nick mengangguk setuju. "Masa most wanted di IPA semuanya di tabrak di kantin dan bilang 'maaf,  aku ngga sengaja' halah bullshit." Nah, jiwa julid Acel kambuh guys. Owen sang pemuda soft di antara mereka menoleh pada keduanya.

"Ngga boleh ngomong kasar, Ace."

Acel tidak mendengarkan ucapan pemuda soft tersebut dan mengabaikannya. Jangan di contoh all.

Nick mendengus pelan mendengar ucapan Owen. "Ngga papa, Wen. Cuma kadang kadang juga." Bela Nick. Owen pasrah akan kelakuan kedua temannya dan melanjutkan lagi acara makannya.

"Tuh Amel kenapa sama anak baru itu, ya." Ujar Miko yang sedari tadi diam. Owen yang tadi sudah melanjutkan makannya berhenti dan menatap Amel yang bersama Helena.

Amelina Kikka sepupu dari Owen di pihak ibu, bisa di bilang Amel adalah adik sepupu Owen.

"Entahlah." Timpal Acel acuh. Mereka memang mengenal Amel, hanya sekedar mengenal ya tidak lebih.

"Kenapa memangnya?." Tanya seseorang yang berdiri di sebelah Miko membuat kaget keempatnya bahkan Arsen yang sedari tadi hanya fokus ke handphone pun kaget.

Keempatnya menoleh ke sumber suara, Retta yang di perhatikan tersenyum kikuk.

"Kaget ya? Maaf." Ucap Retta dengan sedikit canggung. Ketiga pemuda itu mengangguk, tidak dengan Miko.

"Ngapai di sini?." Tanya Miko pada Retta. Retta menunjuk ketiga temannya yang berada tidak jauh dari meja kelima most wanted.

"Hanya lewat, permisi." Jawab Retta dan pamit pergi. Bahkan Miko belum menjawab apa apa loh.

Tbc.

Reincarnation: Twin's for Antagonist [END].Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang