"Kak, pelankan langkah kakak." Keluh Retta. Mereka berada di mall, jam 6 pagi Elvaret membangunkan Retta hanya untuk mengajak Retta berkeliling mall yang buka 24 jam.
Apalagi Retta masih menggunakan pakaian olahraga, dengan wajah yang polos tanpa make-up. Membuat Retta kurang pd dan malu. Sedangkan, Elvaret. Dengan santainya berjalan, memakai baju olahraga juga seperti Retta, tapi masih pd saja.
Apalagi langkah Elvaret yang panjang, membuat Retta kesulitan mengimbanginya. Hey, jarak tinggi badan mereka sungguh wah. Elvaret dengan kaki jenjangnya dan Retta dengan kaki mungilnya, Elvaret dengan tinggi 173 cm dan Retta yang hanya 162 cm, bisa di bilang segnifikan kan?.
"Kak." Pekik Retta sambil berlari kecil. Elvaret berhenti berjalan, lalu menoleh pada Retta.
"Cepat, jangan menyaingi kura kura." Ucap Elvaret membuat Retta mendengus sebal. Saat sudah sampai di depan Elvaret, Retta berjongkok sejanak.
"Kita mau kemana sih, kak? Dari tadi muter muter terus." Kata Retta sambil mengatur nafasnya. Elvaret melihat jam tangan di pergelangan tangan kanannya.
"Cafe, cepat berdiri." Ujar Elvaret sembari berjalan duluan, meninggalkan Retta lagi. Membuat Retta cemberut namun tetap melangkahkan kakinya menyusul Elvaret.
°°°
"Bagaimana?." Kata Elvaret pada pegawai cafe. Elvaret dan Retta sudah sampai di cafe pusat ke 2. Cafe yang di kelolah Retta itu termasuk cafe cabang, dan cafe yang di datangi Elvaret dan Retta sekarang juga bukan cafe inti atau pusat utama. Karena cafe pusat utama berada di luar kota bukan di sini.
"Baik Miss. El." Jawab pegawai cafe penuh hormat. Elvaret mengangguk mengerti sembari menatap meneliti sudut cafe, sedangkan Retta malah memesan pancake dan susu fullcream, untuk sarapan.
"Renovasi?." Tanya Elvaret setelah meneliti penampilan dan interior cafe.
"Ada beberapa, Miss. Spot foto 2 minggu yang lalu telah di ganti, bunga hias juga sudah di ganti." Ujar pegawai itu dengan lugas, Elvarer mengangguk puas.
"Kau boleh pergi, bilang kepada Anna untuk mengirim laporan pengembangan cafe." Kata Elvaret dan di laksanakan segera oleh pegawai cafe tadi.
Setelah pegawai tadi pergi, Elvaret menghampiri Retta yang sedang duduk sambil memakan pancake. Memilih duduk di depan Retta dan mengeluarkan ponsel dari sakunya.
"Setelah ini, ikuti Kakak." Ujar Elvaret dan menaruh kembali ponselnya ke dalam saku celana. Retta mendongak menatap Elvaret.
"Kemana?." Tanyanya sambil memasukan sesuap pancake ke mulutnya. Elvaret menatap Retta.
"Toko." Jawab Elvaret dan di angguki oleh Retta.
°°°
"Kak, bantu aku." Rengek Retta. Sehabis melakukan survei mingguan di cafe, toko dan sebagainya. Elvaret dan Retta pulang, sampai di rumah mereka membersihkan diri dan sibuk kembali dengan urusan masing masing. Elvaret yang memiliki hobi membaca buku sembari mendengarkan musik dan Retta yang hobi membuat musik serta belajar alat musik.
Seperti sekarang, Retta yang merengek meminta Elvaret mengajarinya bermain piano. Tapi Elvaret tidak semudah itu mengabulkannya, tentu saja.
"Nanti." Ujar Elvaret, Retta cemberut. Mendudukan dirinya di samping Elvaret dan bersedekap dada.
"Lagipula untuk apa kau belajar piano?." Lanjut Elvaret, namun pandangannya masih sibuk dengan buku di tangannya.
"Biar multitalen, Kak." Seru Retta. Sepertinya pikiran Retta menjadi semakin random setelah berteman dengan trio curut -sahabat sahabat Retta-. Membuat Elvaret harus ekstra sabar.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reincarnation: Twin's for Antagonist [END].
FantasyIni kisah tentang Eleftheria Emeralda, gadis cantik yang bereinkarnasi ke tubuh Elvarette Natasya. Seorang gadis figuran yang terbunuh karena berperan sebagai twins antagonis, Elveretta Thalassa. Bagaimana sekarang kisah Ele? Haruskah ia menyerah d...