28.

34.2K 3.7K 88
                                    

"Seneng banget lo lewat di dekat mereka." Ujar Katya saat Retta sudah sampai di meja yang mereka tempati.

Retta mendengus kesal. "Ngga sengaja, lagian tempat mereka aja ada di tengah tengah kantin." Balas Retta.

"Masih banyak tuh jalan." Timpal Katya dengan nada yang ketus. Membuat Retta mengerutkan dahi.

"Lo kalau lagi pms, jangan jadiin gue pelampiasan ya." Kata Retta yang tidak mau berdebat. Katya langsung menutup mulutnya dan kembali memainkan ponselnya.

Chloe dan Irena hanya diam, mereka malas jika meladeni orang yang sedang pms. Sensian mulu bawaannya, membuat darah tinggi jika di balas.

°°°

Anggota AHSSO yang mengawasi di pojok kantin memperhatikan dengan sesama.

"Yah, ngga ada drama dan keributan lagi." Desahan kecewa keluar dari mulut Dayana. Keempat orang yang mendengarnya mengerutkan dahi.

"Jangan mulai, Yan." Peringatan itu terdengar dari Arka, cowok yang super sabar jika menghadapi tingkah Dayana.

Dayana menoleh pada Arka dan tersenyum sinis. Tidak membalas atau menjawab, dan memakan makanan miliknya sembari memainkan ponsel.

Mereka hanya berlima, karena ketua dan wakil AHSSO sedang sibuk. Mereka harus mengurus gedung dan membuat daftar terperinci setelah mengevaluasi keadaan AHS.

Padahal ada guru, pantas AHSSO atau osis selalu di bilang babu sekolah oleh para murid.

"Kenapa kalau ngga ada dua manusia datar, keadaan kantin jadi hening dan damai. Sedangkan jika ada mereka kantin jadi ramai dan pasti ada keributan, kenapa coba?." Pertanyaan random keluar dari bibir Arsya. Amanda yang duduk di sebelah kanan nya sampai bingung sendiri.

"Gue ngga tahu. Emang lo tau, Ar?." Ujar Amanda dan bertanya pada Arsya. Arsya pun menggeleng.

"Gue juga ngga tahu, makannya gue tanya kan." Jawab Arsya dengan polos nya. Dani yang mendengar dan melihat kebodohan kedua temannya menepuk dahi pelan. Ada ada saja mereka memang.

°°°

Elvaret sedang berada si rooftop AHSSO. duduk di sofa yang tersedia dan memandang lurus ke depan, menyaksikan kegiatan para murid AHS dari atas.

Sebenarnya dia tidak sedang menjalankan tugas. Tugasnya sudah di selesaikan kemarin, jadi dia bisa bebas hari ini. Tapi, dengan alasan tugas. Elvaret jadi terbebas dari kegiatan mengawasi kantin.

"Alur berubah, semua tidak sama lagi." Ujar Elvaret pelan walau masih dengan wajah datarnya. Pandangannya yang tadinya lurus kini menatap kedua telapak tangannya sendiri.

"Berubah sepenuhnya atau mengembalikan seperti semula." Ucap Elvaret lalu mengepalkan kedua tangannya dengan erat.

Memejamkan matanya dengan nafas yang tercekal. Ada dua pilihan, merubahnya atau mengembalikan nya.

"Jangan terlalu memaksakan diri." Kata seseorang yang berada di ambang pintu rooftop AHSSO. Menutup pintu dan menguncinya, lalu berjalan menuju tempat Elvaret berada.

Mendudukan dirinya di samping Elvaret dan merengkuh tubuh Elvaret dengan lengan kekarnya. Hanya ketenangan sekarang yang di butuhkan oleh Elvaret.

ººº

Seorang perempuan sedang menatap cermin rias di dalam kamarnya. Ada raut benci di dalam sorot mata perempuan itu.

"Gue harus lebih terkenal dari dia." Ujarnya penuh tekad, kedua tangannya mengepal di sisi tubuhnya. Lalu meninju cermin yang ada di hadapannya sampai pecah dan serpihan cermin yang tajam melukai tangannya sehingga keluar darah.

"Dia ngga boleh lebih terkenal dari gue." Ada nada obsesi di dalam kalimatnya. Lalu menatap darah yang menetes di meja kayu.

°°°

"KAKAK!." teriakan itu terdengar dari arah tangga, membuat kelima orang yang berada di ruang tamu menoleh. Terlihatlah seorang gadis yang menggunakan pakaian tidur dengan rambut yang di kucir acak acakan menuruni tangga.

"Kenapa sih, dek." Tanya salah satu pemuda yang berada di sana. Gadis itu, Retta. Menoleh pada seseorang yang bertanya, lalu tersenyum canggung saat melihat kelima orang pemuda yang sedang duduk di sofa.

"Ngga kenapa napa kok, bang. Abang tahu kak Elva ngga?." Ujar Retta kepada kakak sepupunya, Vernon. Vernon mengangguk.

"Elva ada di kolam renang."

Retta langsung melangkahkan kakinya menuju halaman belakang. "Thanks bang." Katanya sebelum benar benar jauh dari ruang tamu.

Ketiga pemuda yang duduk di sofa menoleh pada Vernon, ada satu pemuda yang masih sibuk mengetik di laptopnya.

"Siapa?." Tanya salah satu dari ketiganya. Vernon yang tadi sudah sibuk dengan laptopnya mendongak.

"Siapa?." Tanya balik Vernon membuat ketiganya menatap temannya yang sedang lola, mungkin.

"Cewek tadi siapa?." Ulang seseorang yang duduk di samping pemuda yang bertanya tadi. Vernon baru paham sekarang.

"Sepupu gue." Jawab Vernon membuat ketigannya bingung.

"Sepupu? Bukannya hanya Lea ya?." Tanya lagi pemuda yang sedang duduk di depan Vernon. Vernon menghela nafas pelan.

"Dia anak dari uncle Gibran." Ucap Vernon membuat ketiganya mengangguk mengerti.

°°°

"Kak." Panggil Retta saat melihat Elvaret yang sedang duduk di pinggir kolam. Elvaret menoleh sekilas. 

"Hm." Dehem Elvaret dan kembali sibuk mencelupkan kakinya di air kolam. Retta menghampiri kakaknya dan berdiri di belakang Elvaret.

"Bantu aku mengerjakan pr." Ujar Retta sembari menggaruk rambutnya sendiri. Gerakan kaki Elvaret berhenti, lalu berdiri dari duduknya.

"Ayo." Ucap Elvarer membuat mata Retta berbinar senang. Elvaret berjalan duluan dan Retta mengikuti dari belakang. Sembari berlari kecil. Kalian tahu kan? Kaki Elvaret itu jenjang, kalau melangkah. Satu langkahan Elvaret bisa jadi tiga langkahan bagi Retta.

Saat melewati ruang tamu, mereka berdua dapat melihat kelima pemuda yang sedang duduk di sofa dengan laptop di depan masing masing.

Retta langsung bersembunyi di belakang tubuh Elvaret, dia masih malu akan kelakuannya tadi. Kaki jenjang Elvaret melangkah menuju ruang tamu, dan mau tidak mau Retta juga mengikutinya dari belakang.

"Ambil bukumu."

Tbc.

•••
Hai, pa kabar?

Udah lama ngga update, kangen ngga? Ngga, yaudah sih.

Pesan dari gue, tolong ingetin suruh update. Gue orangnya pelupa, apalagi pas udah baca novel. Oke? Oke lah pastinya, sampai jumpa.

See you next time.

Reincarnation: Twin's for Antagonist [END].Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang