07.

54.3K 5.9K 24
                                    

"Sudah kumpul semua?." Tanya Affan melalui mikrofon, menatap setiap murid baru dengan teliti.

"SUDAH, KAK." Teriak semua murid baru. Affan menggangguk mengerti. Lalu melihat kebelakang, para teman temannya mengangguk memberi kode.

"Baiklah, waktu hari ini telah selesai. Kalian harus mengumpulkan lembaran list di panitia. Sebelum itu, ada pengumuman. Bahwa, jadwal hari besok atau terakhir di batalkan. Jadi kalian akan mulai aktivitas sekolah adalah minggu depan." Ujar Affan membuat murid baru berteriak senang.

"Pembubaran, hati hati di jalan." Pesan Affan dan mempersilahkan para murid baru untuk pulang.

°°°
"Retta pulang." Ucap seorang gadis setelah memasuki tumahnya.

"Hm, ganti baju trus makan." Kata gadis lainnya yang sedang duduk di single sofa sambil membaca buku. Retta, agak terkejut saat melihat kakaknya.

"Kakak udah lama pulangnya?." Tanya Retta pada gadis itu yang ternyata kakaknya, Elvaret.

"Belum lama, sana ganti baju." Ujar Elvaret tanpa menoleh pada Retta. Retta mengangguk dan melangkahkan kakinya ke lantai dua rumah sederhana mereka untuk menuju kamarnya.

15 menit kemudian....

"Bagaimana cafe yang kamu kelolah?." Tanya Elvaret sebagai pembuka pembicaraan.

Setelah mereka selesai makan siang, mereka memilih menghabiskan setengah hari mereka yang tidak ada jadwal untuk Quality time bersama di ruang keluarga sambil menonton film.

"Baik sih, Kak. Tapi ada beberapa dekor yang membuat bosan, jika berdiam diri di sana untuk waktu yang lama." Jawab Retta sembari memakan cemilan sehat yang di ambil dari lemari cemilan. Elvaret mengangguk paham.

"Renovasi ulang saja." Usul Elvaret sambil memejamkan matanya dan bersender pada sofa mereka lesehan ngomong ngomong, engga lesehan juga sih. Mereka duduk di bawah dengan karpet bulu sebagai tempat alasnya.

Retta mengangguk setuju, namun kemudian melebarkan matanya saat sudah memproses perkataan kakaknya.

"Ngga bisa gitu, Kak. Dana Renovnya ngga ada, Kakak mau ngasih dananya memang?." Ujar Retta dengan berbinar sambil menatap kakaknya yang memejamkan mata.

Elvaret menggeleng masih dengan posisi yang sama. "Ngga." Katanya.

Retta langsung cemberut seketika, mengalihkan pandangannya dari Elvaret dan menonton film nya sambil memakan cemilannya.

Kafe yang mereka bahas adalah cafe cabang yang di beri Elvaret kepada Retta saat Retta tepat berumur 15 tahun. Elvaret selama ini mengurus butik yang di tinggalkan ibunya dari Elvaret berumur 5 tahun.

Mungkin bagi anak kecil normal, mereka tidak akan biasa melakukannya. Namun, perlu kalian garis bawahi. Elvaret itu Jauh dari kata Normal, okay.

Dan cafe cabang yang di berikan Elvaret itu untuk membuat Retta mandiri. Agar Retta tahu, bagaimana susahnya mencari uang. Bukan hanya menghabiskan uang saja yang Retta tahu.

"Tapi kak..." ucap Retta melupakan rasa kesalnya pada sang kakak, Retta mengingat kejadian yang berberapa waktu lalu di alaminya saat mengunjungi kafe setelah Pulang Orientasi di AHS.

"Apa?." Tanya Elvaret, masih dengan memjamkan matanya dan menyenderkan badannya di sofa.

"Kemarin kan aku baru pulang Orientasi, aku ke cafe untuk mengecek keadaan kafe. Nah, di sana aku ngga sengaja nabrak orang, saat itu aku memang salah sih karena jalan ngga lihat ke depan. Orang itu bawa minuman kopi di tangannya, otomatis kopi itu tumpah di baju orang itu." Ucapnya, Retta berhenti sebentar dan mangambil minuman di meja lalu meminumnya. Retta haus ngomong ngomong cerita panjang x lebar. Elvaret masih pada posisi yang sama, sambil menunggu Retta melanjutkan ceritanya.

"Nah, lalu aku minta maaf dan spontan membersihkan jas yang orang itu pakai menggunakan tisu yang aku ambil dari meja terdekat." Jelas Retta sambil menaruh gelas di meja dan kembali menonton film sambil memakan cemilannya. Namun, bukan berarti ceritanya berhenti.

"Orang itu natap aku, ada raut terkejut sih di wajahnya. Lalu orang itu bilang, 'Alisha' kalau ngga salah." Lanjut Retta, Elvaret menegakan tubuhnya dan membuka mata. Menatap Retta dengan pandangan datar.

"Alisha? Orang itu, laki laki?." Tanya Elvaret dengan intonasi suara yang datar.

Retta mengangguk. "Iya, bapak bapak lebih tepatnya." Jawab Retta membuat pandangan Elvaret dingin walau hanya sesaat.

Tbc.

Reincarnation: Twin's for Antagonist [END].Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang