Di sinilah mereka berada sekarang. Di rooftop untuk menjalankan ta'ziran yang telah dibebankan.
Angin berhembus kencang menerbangkan kerudung mereka. Langit sudah senja. Sebentar lagi adzan magrib akan berkumandang. Namun, mereka masih disibukkan dengan membersihkan rooftop selebar itu.
"Ah! Capek banget, nyapu sini, debunya terbang ke sana ... kan nggak kelar-kelar jadinya ...," keluh Aini lelah.
"Bentar lagi juga kelar. Nih, tinggal sedikit," ucap Fitri.
"Gus Raffa kalo kasih ta'ziran nggak kira-kira bet, Anjim!" kesal Asyyifa.
"Anginnya udah nggak sekenceng tadi, jadi udah agak sepoi-sepoi ...," tutur Farida.
"Justru karna anginnya sepoi-sepoi, gua bawaannya jadi ngantuk mulu," ucap Azizah sambil menguap.
"Kerjaan lo itu emang cuman tidur, Zah! Tidur sama pacaran!" hardik Alif.
Azizah malah tersenyum jahil. "Iya dong! Punya pacar kalo nggak diajak ketemuan, cuman dianggurin, ya, nggak usah pacaran."
"Gue yang jomblo happy-happy aja, Zah. Iya, nggak, Lif, Far?" ucap Assyifa.
Keduanya mengangguk serempak.
"Eh, kalo gue, mah masih mending, Syif, masih punya temen mesra," ucap Farida sambil menertawai Assyifa.
"Gue juga bukan jomblo paten, gue masih punya cowok di rumah. Yaaa, walaupun cuman komitmen, tapi gpp, lahh. Gue bahagia sama dia ...."
Assyifa menatap jengah ke arah teman-temannya. Jangan bilang jika Assyifa yang hanya jomblo di sini.
Aini, dia sudah punya pacar. Sepondok lagi. Fitri, dia juga punya komitmen sama orang yang ada di rumah. Terus, dia sama siapa?
"Yee, jomblo diem!" hardik Aini.
"Ah, sialan lo pada. Sama temen sendiri dzolim amat," ucapnya berpura-pura sedih.
"Idih, alay!" hardik kelimanya.
Assyifa memanyunkan bibirnya kesal. Hingga satu nama tercetus di pikirannya.
"Eh, ngehina lo semua. Gue juga punya temen mesra, Anjir!"
Kelimanya sontak menautkan alis bibgung.
"Lo ... punya cowok?" tanya Alif merasa tidak percaya.
"Keknya lo boong," ucap Azizah tidak percaya.
"Jujur aja, Syif ...," ucap Fitri dan Farida.
"Ah, songong lu pada! Gue itu punya cowok."
"Siapa coba?" desak Aini.
"Alah, palingan lo pada juga nggak ngerti," sombong Assyifa.
"Gue mah, paling tahu sama kang-kang santri di sini," ucap Aini.
"Gue juga tau kalek!" ucap Alif mengingat dia adalah khadimah di pondoknya. Pondok cabang.
"Udah, jan ribut! Kalian nggak tau orangnya siapa. Percuma gue sebutin orangnya."
"Ck, tinggal ngomong apa susahnya si, Syif!" desak Azizah.
Bukannya menjawab. Assyifa malah tersenyum malu. "Ya, yang itu. Si pengirim surat."
Semua orang menatap jengah ke arah Assyifa. "Alahh, dasar dugong!" hardik kelimanya.
"Hehehe ...."
10 menit kemudian ....
Mereka menghembuskan napas lega. Akhirnya ta'ziran yang telah dibebankan pada mereka telah dituntaskan. Mereka sama-sama menoleh ke arah samping, menatap mentari yang hendak ditelan bumi. Bersamaan mereka melangkah ke arah tepi rooftop.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rafassya & Assyifa [END]
Lãng mạnGeng yang terdiri dari pria-pria tampan mungkin cukup umum dan sering menjadi sorotan hayalak juga alur cerita. Lalu, bagaimana jika cerita ini justru menceritakan geng yang terdiri dari enam orang perempuan? Di pondok pesantren Mambaul Ihsan terdap...