“Lalu di antara kalian, siapa yang punya pacar?”
Deg!
Kali ini raut terkejut dari Assyifa sama sekali tak bisa dia tutupi. Firasatnya tepat sasaran kali ini. Gusnya itu sudah mencurigai dirinya dan kawan-kawannya yang berada satu dapur dengannya. Bayangan Assyifa langsung melayang ke hari esok. Bagaimana bisa dia bertemu dengan Kang Rosyid jika dirinya sendiri sudah dicurigai oleh Gusnya? Bagaimana nasibnya jika dia harus tertangkap basah karena naluri Gusnya yang begitu kuat. Huh, kakinya sudah sangat lemas meski hanya membayangkan kejadian itu. Apa dia akan dipermalukan karena tertangkap basah itu?
“Nggak mau jawab?” tanya Raffa dingin dengan tatapan tajam yang menyorot pada Assyifa.
Assyifa gelagapan saat dihadapkan pertanyaan demikian. Dia menengguk ludahnya kasar. “Ini orang ngomong sama cewek nggak ada alus-alusnya,” gerutu Assyifa sedikit kesal karena selalu dikejutkan dengan berbagai pertanyaan Gusnya itu.
“Saya dengar,” ucap Raffa kesal.
Mendengar hal itu Assyifa memberi senyum Pepsodent-nya. “Nggak ada kok, Gus. Kalo pacaran hukumannya berat, ‘kan? Jadi, temen-temen saya nggak pada berani,” bohong Assyifa.
Tatapan Raffa tak kunjung berubah. Tetap dingin dan tajam menusuk ke arah Assyifa. “Saya tahu kamu bohong ... saya tahu kamu lagi nutupin kesalahan temen-temen kamu.” Raffa melangkah lebih maju menghadap ke arah Assyifa. Tatapannya semakin menajam dengan raut penuh amarah. “Dan saya akan buktikan, kalau salah satu dari kalian ... itu ada hubungan sama ajnabi ... hubungan pacaran,” ucap Raffa lirih di akhir ucapannya.
Raut khawatir kini tak bisa Assyifa sembunyikan. Mulutnya sama sekali tidak bisa berkutik saat Raffa berada beberapa senti di hadapannya. Dia hanya diam saat Raffa dengan lancar memojokkan dirinya. Firasatnya ternyata memang benar, Gusnya sudah mencurigai dirinya.
Melihat Assyifa yang hanya diam, Raffa semakin yakin kalau semua ucapannya yang muncul karena prasangkanya benar. Dan amarahnya tersulut karena itu. “Nggak usah nutupin kesalahan temen sedekat apapun kalian, sikap yang kamu anggap baik itu udah salah, dan belum tentu temen kamu bakal bersikap yang sama.”
Deg!
Hati Assyifa terasa seperti tercubit dengan kata-kata itu. Bukankah ucapan Gusnya itu secara tidak langsung telah menghina arti persahabatan miliknya dengan kawan-kawannya? Jujur, Assyifa ingin marah. Namun, dia harus benar-benar pandai mengendalikan mimik wajah juga emosi. Jangan sampai Raffa--Gusnya semakin mencurigai dirinya.
Assyifa tersenyum tipis. “Sahabat saya nggak bakal kayak gitu kok, Gus. Mereka pasti bakal nemenin saya pas duka apalagi pas bahagia,” ucap Assyifa tersenyum lebar.
Raffa tersenyum miring. “Kalau kenyataan berbanding balik?” tanyanya tajam.
Assyifa tersenyum manis. “Nggak mungkin,” ucapnya yakin.
Raffa terkekeh sinis. “Jangan terlalu yakin. Jangan terlalu berharap sama perkara fana seperti teman-temanmu itu.”
Deg!
Hati Assyifa terasa tercubit saat mendengar ucapan Gusnya itu. Matanya tergenang. Memang apa salahnya? Hanya teman-temannya yang dia punya sekarang. Dia tidak punya siapa-siapa lagi.
“Teman atau keluarga, kayaknya bakal jadi pilihan sulit buat kamu,” tanya Raffasya.
“Nggak kok, Gus,” ucapnya lirih.
Raffa terkejut mendengar jawaban tanpa pikir panjang milik Assyifa tersebut. Dia tatap gadis berkulit putih itu. “Maksudmu?”
Assyifa menoleh, menatap sendu ke arah Raffa. “Saya bakal milih temen saya,” ucapnya yakin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rafassya & Assyifa [END]
Roman d'amourGeng yang terdiri dari pria-pria tampan mungkin cukup umum dan sering menjadi sorotan hayalak juga alur cerita. Lalu, bagaimana jika cerita ini justru menceritakan geng yang terdiri dari enam orang perempuan? Di pondok pesantren Mambaul Ihsan terdap...