Kali ini, Raffa duduk tertunduk di hadapan sang Ummik dengan ditemani Assyifa di sisinya. Telinganya yang begitu tajam dapat dengan jelas mendengar suara helaan napas dari Ummiknya. Tanpa melihat ke arah Ummiknya, dia pun sudah tahu bahwa Ummiknya itu sedang memijit pelipis kepalanya yang sedang pusing karena permasalahan ini.
“Assalamu'alaikum.”
“Wa'alaikumsalam,” balas orang-orang yang mendengarnya.
Azriel datang dari luar ndalem. Yeah, jama'ah baru saja selesai. Alexandra tadi hanya berniat mengecek keributan apa yang yang terjadi di area madrasah, hingga sampai terdengar samar-samar ke dalam musholla. Namun, hal yang tidak terduga justru menjadi suguhan indah penglihatannya. Dia dengan mata kepalanya sendiri telah melihat Raffa dan Assyifa tengah berpelukan. Bukan, lebih tepatnya, saling tindih menindih.
Pandangan Azriel pun langsung menyorot ke arah mereka. Dua orang berbeda gender yang tengah duduk memunggunginya dan tangah duduk menghadap ke pada Alexandra istrinya. “Alah, palingan juga santri yang pacaran trus ketahuan sama Dek Lina,” batinnya. Mungkin Alexandra saja sudah cukup untuk mengurus ta'ziran kedua orang itu. Dia sedang cukup kelelahan, dia ingin beristirahat sebentar. Karena itu, setelah mengucapkan salam dia langsung pergi menuju kamarnya.
“Raffa, apa yang kamu lakuin di sana tadi?”
Langkah Azriel berhenti. Raffa? Bukankah itu nama anaknya? Oh, atau mungkin ada santri bernama Raffa. Tapi, sepertinya tidak ada? Dia mengenal seluruh santrinya. Apa ada santri baru selama dia tidak ada di pondok?
“Raffa cuman mau ngunci perpus, Mik.”
Alis Azriel tertaut. Dia yakin ini suara anaknya. Dia pun menoleh dan berbalik badan menatap ketiga orang yang sedang duduk di atas karpet beludru itu. Dugaannya tepat. Itu anaknya. “Ini ada apa?” tanyanya sembari duduk bergabung sama mereka bertiga.
Alexandra kembali menghela napas panjang. “Anak kamu berulah,” keluhnya lelah.
Azriel menautkan kedua alisnya. Dia tidak megerti, permasalahan apa ini? Mungkin, dari pada bertanya lebih baik dia mencari tahu sendiri.
Kini, pandangan Alexandra beralih ke arah Assyifa. “Kamu sedang apa di sana? Nggak ikut jama'ah?” tanya Alexandra.
Assyifa tertunduk ketakutan. Yeah, dengan tanpa sengaja dia telah melewatkan waktu jama'ah. Kesedihannya membuatnya seketika lupa jika waktu masih terus berjalan.
“Kenapa diam?”
“M ... maaf, Mik, saya kelupaan,” ucap Assyifa jujur.
Alis Alexandra tertaut. “Kelupaan?!” tanyanya memperjelas.
Assyifa dengan takut menganggukkan kepalanya.
“Kamu lagi apa sampai lupa jama'ah?”
Assyifa memeras jarinya. Dia tidak mungkin bercerita masalah ini di hadapan kedua guru besarnya bukan? Ini adalah aib keluarga. Keluarganya yang begitu buruk. Jangan sampai ada yang tahu tabiat sesungguhnya dari keluarganya selain anggota keluarga.
Alexandra kembali menghembuskan napas panjang. Dia benar-benar ingin meluapkan amarahnya sekarang. “Assyifa, ja--”
“Mereka khilaf,” potong Azriel tiba-tiba.
Alexandra menoleh menatap ke arah suaminya. Dia hampir lupa jika suaminya itu memiliki kemampuan khusus. Dia pun akhirnya pasrah. Jika memang itu yang dikatakan Azriel, berati memang itu adalah kebenarannya.
Pandangannya kemudian beralih ke arah anak juga gadis di sampingnya. “Dikasih ta'ziran apa, Bah?” tanya Alexandra.
“Kalian belum jama'ah, ‘kan?” tanya Azriel pada dua orang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rafassya & Assyifa [END]
عاطفيةGeng yang terdiri dari pria-pria tampan mungkin cukup umum dan sering menjadi sorotan hayalak juga alur cerita. Lalu, bagaimana jika cerita ini justru menceritakan geng yang terdiri dari enam orang perempuan? Di pondok pesantren Mambaul Ihsan terdap...