65. Pengorbanan Terakhir

1.9K 155 45
                                    

"Arghh ... sakit!! Woy!" jerit seseorang dalam deruji besi.

Seorang pegawai sipir laki-laki berlari ke arah suara jeritan itu. "Ada apa ini?"

Semua tahanan yang ada di dalam pun menoleh ke arahnya. "Mana gue tau?" ucap salah seorang tahanan yang masih nampak muda.

"Biarinlah, palingan habis itu mati," celetuk yang lain.

"Hahahaha ...." Semua tahanan tertawa keras atas kejadian yang menimpa lelaki yang sudah berumur itu.

Sipir itu pun kehilangan kesabaran. Dia memukul-mukul dengan keras deruji besi itu menggunakan tongkat komando yang kini dia genggam. "DIAM KALIAN SEMUA!!" bentaknya.

Lantas dia mengalihkan pandangannya pada lelaki yang nampak kesakitan itu. Dia memukul kembali tongkat komandonya, lantas dia bertanya, "Hei, kamu! Apa yang terjadi?"

Lelaki itu melirik. "Uhh, maaf, Pak ... kayaknya asam lambung saya naik. Tolong, Pak ... saya udah nggak kuat lagi ...," rintihnya.

Sipir itu menelisik wajah sang lelaki yang sedang kesakitan itu. "Bukannya kamu tahanan yang atas nama Liam?"

Siapa yang tidak mengenal Liam? Hampir seantero lapas mengenalnya. Seorang lelaki yang tidak sadar akan usia justru seringkali menciptakan kehebohan di penjara.

"Tunggu, biar kami panggilkan ambulance," ucapnya.

"Cepetan ...!"

Sesaat ambulance datang, Liam diangkut menuju ke dalam ambulance. Seorang kepala tahanan merasa sangat asing dengan orang yang menjemput Liam ke dalam sel. Dia lantas berhenti di hadapan pria itu. "Siapa kamu? Saya tidak pernah melihatmu sebelumnya," ucapnya.

Pria yang mengenakan masker itu menunduk. Lantas dia menunjukkan tanda pengenal rumah sakitnya. "Saya baru berkerja hari ini, Pak," ucapnya begitu sopan.

Walaupun kepala tahanan itu begitu curiga, namun ... dengan bukti yang demikian ... dia tidak bisa melakukan apa-apa kecuali hanya percaya. "Kalian boleh pergi."

Dia menoleh dan mendapati seorang polisi yang lain di sana. "Hey, kamu!"

Seseorang yang merasa terpanggil itu pun menoleh. "Saya, Pak?"

"Iya, tolong cek ke rumah sakit dan tanyakan ... apa mereka punya petugas ambulance yang baru? Kalau ada ... cek, apa dia benar-benar orang yang tadi."

"Baik, Pak, setelah tugas terakhir saya selesai, saya akan ke sana."

Dan benar saja, ambulance itu melenceng dari arah rumah sakit, dan justru menuju ke tempat lain. Mereka berheti di pinggiran sungai besar. Liam lantas terbangun dan menatap perempuan di samping. "Aku pikir kau tidak mau ikut denganku."

Perempuan yang asalnya diam menunduk itu akhirnya mendongak. Dia adalah Hasna.

Yeah, dia juga melakukan hal yang sama persis dilakukan oleh suaminya. Semua ini semata-mata hanya karena dia tidak mau berpisah dengan suaminya itu. Salahkan dia yang terlalu mencintai lelaki bejat itu terlalu dalam.

Hasna menerima surat saat ada kerja bakti yang dilakukan secara rutin di lapas tempatnya ditahan. Dan di sana, Liam mengajaknya untuk kabur dari penjara. Sejujurnya dia tidak mau pergi, namun, apa daya? Dia terlalu egois dengan tidak ingin berpisah dengan suaminya itu.

Liam pun menoleh ke sampingnya yang lain. Di mana ada dua perawat yang memakai masker di sana. "Kalian bisa pergi."

Salah seorang itu membuka maskernya. Dia adalah pengacara Liam. "Kerjaan saya sudah selesai, 'kan?"

Liam menyeringai. "Kerja bagus."

Pengacara itu menatap sinis ke arah pria di hadapannya. "Setelah ini, saya harap anda tidak lagi menganggu saya."

Rafassya & Assyifa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang