38. Temu Kangen

3.9K 283 28
                                    

Raffa menggeleng samar. Saat melihat Assyifa tertidur di mobil saat perjalanan menuju kota Jombang. Padahal, Raffa masih sangat ingat ucapan keras kepala gadis itu di tengah-tengah dirinya yang sudah mengantuk.

Assyifa menguap di balik punggung tangannya. “Gus, pokoknya nanti harus mampir ke makam!” putusnya mutlak, “Sekarang saya mau tidur dulu,” ucapnya sambil menyandarkan kepalanya di kursi mobil.

Jalanan yang tidak cukup mulus membuat Assyifa beberapa kali bergoyang. Raffa hanya memperhatikan, itu hobi barunya saat ini. Hingga mobil melewati lubang yang cukup besar membuat tubuh Assyifa oleng.

Mata Raffa melebar. Dia segera bergerak dan melindungi kepala Assyifa dari terantuk jendela mobil.

Dia bernapas lega. Lekas-lekas dia membawa kepala gadis itu untuk menyandar di pundaknya. “Katanya nggak capek ... tidur aja udah mirip kayak orang mati,” celetuk Raffa lirih.

Setelah sejam perjalanan dari rumah makan akhirnya mereka sampai. Pintu Raffa dibukakan oleh santri yang menyupir tadi.

“Loh, Raf ... Assyifa kenapa?” tanya Alexandra cemas saat melihat Assyifa digendong keluar dari mobil.

Raffa tersenyum tipis. “Ketiduran, Mik ...,” sahutnya.

Alexandra memandang kasihan ke arah menantunya. “Dia pasti kecapean ... bawa dia ke kamar ... Ummik duluan, ya?”

🍁🍁🍁🍁🍁

“Beli jajan, yok!” ajak Farida kepada Fitri.

Fitri yang sedang menembel, atau bisa dikatakan menulis pelajaran yang terlewat. Dia mendongak. “Iya, nih, laper gue ... cacing-cacing gue butuh asupan malam,” sahutnya setuju.

“Emang, jam segini masih ada kantin yang buka?” tanya salah seorang teman.

Farida cemberut. “Bener juga, kantin belakang jelas udah tutup ... kantin tengah ... biasanya juga udah tutup,” ucapnya sedih.

“Kalo gitu coba cek di kantin depan, mana tahu masih buka,” usul Fitri.

Udara malam yang dingin melesat masuk melewati celah-celah kecil dari kain pakaian mereka. Udara sekitar begitu dingin.

“Hahh, demi jajan, rela gue malem-malem ke kantin. Cuman demi lu, nih!” ucap Fitri sambil mengelus perutnya.

“Gue maksudnya?” hardik Farida tidak terima.

“Nggaklah, ini demi perut.”

Farida tidak menggubris. Tatapannya justru menyorot ke halaman ndalem yang sudah ada dua mobil terparkir di sana. “Eh, perasaan pas jama'ah isya' tadi, nggak ada mobil, sekarang kok ada mobil?” tanya Farida.

Fitri pun mengangguk. “Iya, juga ... samperin, yok ... mana tahu ada tamu.”

“Tamu malem-malem mau cari siapa, tolol! Kalau pun ada, nggak sopan itu. Mengganggu waktu istirahatnya keluarga ndalem,” balas Farida.

“Eh, itu Gus Raffa lagi gendong Assyifa, ya?” tanya Fitri yang masih berjalan perlahan menuju ke halaman ndalem.

Mata Farida membola. “Sumpah! Itu beneran Assyifa?!”

“Samperin, Far!” ajak Fitri yang sudah berjalan mendahului Farida.

“Sialan lo, malah ninggal!” sahut Farida kesal sambil berlari menyusul Fitri.

Mereka benar-benar terkejut kala itu memang benar-benar Assyifa. Mereka tidak salah lihat. Gadis itu sedang tidak sadarkan diri di gendongan Raffa. “Gus, Gus, dia kenapa?” tanya Fitri spontan tepat di samping Raffa.

Rafassya & Assyifa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang