"Ssssttt ...," desis seseorang itu dengan melepas kain sorban yang menutupi sebagian wajahnya.
Karena suasana kamar yang gelap membuat tubuh Assyifa tetap gemetar ketakutan.
"Syif, anterin aku, yuk!"
Alis Assyifa tertaut. Dia kenal dengan suara itu. "Ning Fiya?"
"Iya, emang kamu pikir siapa?" tanya perempuan itu lirih.
"Ada apa, Ning?" tanya Assyifa langsung.
"Anterin aku ...."
Assyifa bangun dari tidurnya dan menatap gadis itu dengan raut kantuknya. "Malam ini, Ning?"
"Iya, keburu subuh."
"Ke mana, Ning?" tanya Assyifa lagi.
"Udah ikut aja!" perintah Fiya tak menerima penolakan, sama persis dengan kakaknya.
Dengan separuh hati Assyifa bangkit dan menyibak selimut tebalnya. Dia berjalan menuju pintu kamar yang mana di balik pintu itu terdapat gantungan baju. Dia ambil hodie miliknya yang berwarna coklat susu. Matanya melirik ke arah sebuah benda. Tanpa berpikir panjang, dia ambil benda itu dan dia masukkan ke dalam saku kemudian pergi meninggalkan kamar untuk menyusul Ningnya yang telah mendahului dirinya.
Tampilannya begitu casual sekarang. Dengan sarung berwarna coklat tua, dipadukan dengan hodie coklat susu dan tak lupa dengan kerudung yang senada. Dia mengenakan kaos pendek di dalam hodie tersebut. Karena itu, untuk menutupi aurotnya dia menggunakan hodie.
Kepalanya celingukan ke sana kemari mencari keberadaan Ningnya.
"Syif!" panggil seseorang dengan suara tertahan.
Assyifa menoleh kepada yang memanggilnya. Oh, ternyata Ningnya. Dengan berjalan lunglai, dia mendatangi gadis bersorban itu. "Mau ke mana, Ning?"
"Ke rooftop madrasah!" ucapnya senang.
Mata Assyifa langsung membola seketika. Apa dia tidak salah mendengar? Apa Ningnya itu tidak melihat berapa gelapnya area madrasah ketika malam hari? Apa dia tidak takut jika ada yang haha hihi di madrasah?
Taulah maksudnya ....
"Ning, tapi gelap ...." Wajah Assyifa langsung pucat seketika.
Fiya menengok ke arah madrasah. Memang gelap, tapi masih ada beberapa lampu yang menyala untuk penerangan. "Udah nggak papa ... biasanya aku ke sini juga sendiri, nggak kenapa-kenapa, tuh," sombongnya.
"Tapi--"
"Udah, ayo!" aja gadis itu langsung menarik tangan Assyifa kemudian menyeretnya untuk segera pergi bersamanya.
Tak ada lift. Hanya ada tangga. Sementara rooftop ada di lantai 5. Assyifa dan Fiya harus menaiki kurang lebih 75 anak tangga untuk mencapai rooftop.
Jika Fiya berjalan dengan santai, maka berbanding terbalik dengan Assyifa yang menunduk ketakutan dengan mulut yang setia menuturkan sholawat nabi. Matanya terpejam erat. Dia penakut, sangat penakut pada hal-hal berbau horor.
Fiya berhenti saat melihat Assyifa yang menunduk ketakutan. "Jangan takut, Syif ...."
"T--tapi--"
"Udah santai aja," ucapnya kembali menarik Assyifa untuk mengikutinya.
Perjuangan Assyifa berbuah manis, dia sama sekali tidak menyesal telah mengikuti Ningnya itu. Setelah menaiki puluhan anak tangga itu, netranya dimanjakan dengan pemandangan yang sangat indah. Kelap-kelip bintang sungguh membuatnya benar-benar merasa terpukau dengan ciptaan Tuhan tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rafassya & Assyifa [END]
RomanceGeng yang terdiri dari pria-pria tampan mungkin cukup umum dan sering menjadi sorotan hayalak juga alur cerita. Lalu, bagaimana jika cerita ini justru menceritakan geng yang terdiri dari enam orang perempuan? Di pondok pesantren Mambaul Ihsan terdap...