Jam diding berwarna hijau itu telah menunjukkan pukul 08.00 istiwa'. Yang artinya, setengah jam yang lalu bel tanda masuk telah berbunyi.
Berbeda dengan orang-orang yang lain. Orang-orang yang sibuk dengan kesibukan mereka. Orang-orang yang dengan mulut mereka, membuat seisi kelas ramai. Dia justru tertidur di atas bangku sekolahnya.
Dia adalah Assyifa. Suara dari teman-temannya seolah sama sekali tidak mengganggu ketenangan dalam mimpinya. Matanya masih setia terpejam, tak ingin dibuka. Lengket seperti perangko.
Wajar saja. Dikarenakan kemarin malam dia tidur hanya sebentar gara-gara ulah Ningnya. Setelah di rooftop, mereka semua melaksanakan sholat tahajud. Dan tak berselang terlalu lama sholat Subuh dilaksanakan. Setelahnya, Assyifa akan melakukan tugas-tugas yang menantinya di dapur pondok Lalu, kapan Assyifa bisa tidur?
Matanya terasa sangat berat di pagi hari. Membuatnya ingin segera tertidur di kelas. Beruntung hari ini di kelas free. Seperti biasa, para asatidz sering kali tidak hadir setelah acara besar kemarin. Pasti mereka lelah.
“Syif ...! Syif ...!” panggil Aini dengan mendorong-dorong tubuh Assyifa hingga membuatnya bergoyang ke sana kemari.
Namun, seperti biasa ... Assyifa tidak menanggapi. Dia terlalu lelah. Dia terlalu mengantuk. Dan terutama dia terlalu kebo.
“Syif, bangun ...! Gua mau cerita ini ... dengerin dulu, abis itu tidur aja lagi,” ucapnya.
“Emang lu mau cerita apa, Ai?” tanya Fitri.
Aini menoleh ke arah Fitri. “Urgent! Hot topik! Lu pada mesti harus tau!!” ucapnya.
“Nah, iya, cerita apa? Sampek lu mau bangunin si Syifa,” ucap Farida.
“Alah--” ucap Alif terpotong.
“Diem lu, Lif! Jan ngerusak mood gua mau cerita!” ucapnya menggebu-gebu.
Alif memutar bola matanya malas. “Udah-udah, jan didengerin.”
“Masalah cowok?” tanya Azizah tiba-tiba.
“Nah,” ucap Alif membernarkan.
“Apaan?” tanya Assyifa dengan suara seraknya serta mata yang begitu menyipit.
“Oke-oke gua bakal cerita! Gua dapet cowok baru, Guys!” ucapnya senang.
"Astaghfirullahh ...," ucap mereka selain Assyifa dan Aini.
“Ah, njir! Gua kira apaan,” ucap Assyifa kembali meletakkan kepalanya di atas meja.
“Lu pada nggak kepo sama pacar gua?”
“Palingan juga masih sepondok!” ucap Farida.
Aini meringis. “Ya ... mau siapa lagi coba? Orang guanya juga di pondok, nggak mungkin, 'kan ... gua pacaran sama anak diluar pondok. Hubungannya gimana, anjir!”
Assyifa akhirnya bangun. Sebagai kawan yang baik, dia harus ikut menyimak bukan? Dia ambil minuman di tas salah satu temannya. Tak masalah, sang pemilik sudah menghalalkan bagi sesiapa yang meminumnya meskipun tanpa izin darinya. Tenggorokannya kering, dia butuh air.
“Ya, jelaslah! Nggak mungkin lu deket sama keluarga ndalem!" hardik Azizah.
"Uhuk! Uhuk!"
Sontak semua pandangan menyorot ke arah Assyifa. Gadis yang merusak jalannya cerita karena batuk yang tiba-tiba menyerangnya.
Dia tersedak saat meminum air putih tadi. Dia cukup terkejut saat mendengar ucapan Azizah barusan. Dia merasa cukup tersindir. Yaa, walaupun kawan-kawannya tidak ada satupun yang menyindirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rafassya & Assyifa [END]
RomansaGeng yang terdiri dari pria-pria tampan mungkin cukup umum dan sering menjadi sorotan hayalak juga alur cerita. Lalu, bagaimana jika cerita ini justru menceritakan geng yang terdiri dari enam orang perempuan? Di pondok pesantren Mambaul Ihsan terdap...