41. Ngunduh Mantu

3.3K 272 18
                                    

"Kang Fattah!"

Fattah menghentikan kegiatannya. Mendengar namanya di panggil, dia segera mendatangi Raffa. "Dalem, Gus?" sahutnya sopan.

"Bisa ikut saya sebentar?"

Kolam lele adalah tempat pilihan Raffa untuk berbincang empat mata dengan Fattah. "Assyifa sudah menikah dengan saya. Saya harap, kamu berhenti dan mundur dengan membawa perasaan kamu. Saya tidak suka ada yang mencintai istri saya selain saya sebagai suaminya."

Raffa berbicara langsung pada inti pembicaraan. Fattah bahkan diam tak berkutik karena bingung hendak menjawab apa. "Cukup mengejutkan pas ada kabar kalau Gus Raffa juga Ning Assyifa sudah menikah. Malah, kabar-kabarnya, Mbak Syifa itu Ning dari kota Aceh. Benar begitu, Gus?" tanyanya begitu sopan.

"Iya. Semua berita itu benar. Dia Ning, dan kami menikah di Aceh dua hari yang lalu."

"Mendadak, ya, Gus?" komentar Fattah terdengar santai.

Raffa terkekeh. "Saya salut dengan kamu, Kang, masih bisa tenang di keadaan seperti ini," ucapnya memuji.

Fattah tersenyum tipis meski hatinya bergejolak hebat. "Bukan hal besar, Gus. Namun, saya harus mengatakan ... sakinah mawadah warahmah, ya, Gus ...," ucapnya hangat.

Tangan Fattah terangkat dan mengajak Raffa untuk berjabat tangan. Raffa menatap uluran tangan itu. Sedetik kemudian, dia bergerak memeluk erat Fattah erat, mengabaikan uluran tangan tadi.

"Gus?"

"Kamu orang baik, Kang, jodoh yang lebih baik sudah Allah persiapkan buat Kang Fattah. Maaf, tolong relakan Assyifa dengan saya. Maaf, karena saya, perjuangan Kang Fattah harus berhenti di sini," ucapnya begitu lirih.

Fattah tersenyum miris. "Memangnya saya siapa, Gus? Sejak awal saya hanya menjadi teman curhatnya Ning Syifa, tidak pernah lebih," ucapnya.

"Ning Syifa lebih pantes kalau bersanding dengan Gus Raffa. Ning Syifa memang jodoh Gus Raffa, tolong jaga beliau baik-baik. Gantikan posisi saya sebagai sahabat dekatnya. Karena saya yakin, saya tidak bisa menghubungi beliau seperti dulu lagi," pinta Fattah tulus.

Raffa melepas pelukannya. Seutas senyum tipis terbit di wajahnya. "Iya, saya akan lakukan. Itu memang tugas saya."

Fattah tersenyum hangat. "Njenengan, tidak perlu khawatir, saya atau pun perasaan saya tidak akan mengusik kehidupan keluarga kecil Gus Raffa. Saya janji," ucapnya yakin, "Kalau begitu saya permisi."

Njenengan berarti anda dalam bahasa Jawa halus.

Raffa menatap kepergian lelaki itu. Dia menghembuskan napas panjang. Satu bebannya hilang. Punggungnya terasa sedikit lebih ringan. Dengan begini, dia sudah mantap untuk fokus kepada hubungannya dengan Assyifa.

🍁🍁🍁🍁🍁

Raffa tak bisa berhenti memandang Assyifa yang sudah mengenakan gaun berwarna putih. Nampak begitu elegan. Hingga akhirnya pandangan mereka bertemu.

"Gus, saya cantik, nggak?" tanya Assyifa.

Raffa memutuskan pandangannya. Dia berdehem pelan mencoba menetralkan rasa gugupnya. "Cantik," sahutnya singkat.

Assyifa mendelik tajam. "Jangan bilang cantik dari lubang sedotan lagi," ucapnya kesal.

"Kalo tahu ngapain nanya?" tanya Raffa tanpa menatap Assyifa sedikit pun.

Assyifa memutar bola matanya malas. Hingga pandangannya kembali tertuju ke arah pintu kamar saat ada yang masuk ke dalam tanpa mengetuk pintu.

Sudah bisa diduga, itu adalah Fiya. Dia tersenyum manis sambil menggendong Elrumi yang nampak sangat tampan dengan setelan jasnya. Anak itu sudah memasuki usia sembilan bulan.

Rafassya & Assyifa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang