28. Bitch?

2.5K 227 13
                                    

Prank!

Dua orang yang sedang duduk di sofa ruang tamu itu sontak terkejut. Reflek mereka melihat ke sumber suara. Mata Hasna kian melebar kala dia melihat Assyifa dengan tatapan sendunya. Tatapan yang seketika berganti dengan tatapan tajam. Gadis itu berjalan dengan langkah lebar mendatangi kedua insan itu. Sorot matanya begitu tajam menusuk ke arah pria di hadapannya.

"Ros, ikut gue!" ucapnya begitu dingin. Gadis itu lekas melenggang meninggalkan mereka.

Rosyid menatap ke arahnya dengan senyum yang hangat. "Saya permisi dulu, Bu," ucapnya dengan sopan dan pergi mengikuti anak gadisnya.

Hasna menatap mereka dengan tatapan bertanya. Kira-kira, apa yang akan mereka perbincangkan? Bahkan dia bisa melihat raut benci dari Assyifa.

Dan di sisi lain, Assyifa terus berjalan dengan di ikuti Rosyid di belakangnya. Sesaat sampai di taman di belakang rumahnya, Assyifa berbalik.

Plak!

Tamparan keras dengan begitu ringan mendarat tepat di pipi tirus Rosyid. "Apa-apaan lo?!" ucapnya sengit.

Rosyid terkekeh dengan menyentuh pipinya yang terasa kebas. "Cuman nyampein kepinginan bokap gue," ucapnya sangat santai.

"Bukannya gue minta tolong buat batalin perjodohan, gue nggak suka sama bokap lo, Ros!" ucapnya menggebu-gebu dengan teriakan tertahan. Dia berbicara lirih.

Kalau sampai ada pelayan atau siapapun mendengar ucapannya, orang itu jelas akan melaporkan dirinya kepada papanya. Dia senantiasa waspada selama di rumah, karena dia tidak bisa mempercayai siapapun kecuali dirinya sendiri. Jika papanya tahu dia berniat membatalkan perjodohan, dia sudah jelas tahu apa akibat yang akan dia tanggung nantinya.

Rosyid yang mendengar ucapan Assyifa tersenyum tipis. "Lo mau supaya lo tetep bisa sekolah, 'kan? Kalo lo nikah sama gue, lo tetep bisa sekolah. Kalo lo nikah sama gue pun, hidup lo bakal terjamin, gue anak tunggal kaya raya, Syif," ucapnya menyombongkan diri.

Assyifa memandang sengit ke arah Rosyid. "Gue nggak butuh harta lo! Sepeser pun gue ogah! Jangan lupa, gue juga anak tunggal pebisnis kaya raya, dan jauh lebih kaya dari pada lo."

Rosyid tersenyum kembali. "Benar juga, kalo kita menikah ... semua harta warisan akan dilimpahkan kepada kita, tanpa kerja pun ... gue yakin masih bisa ngehidupin lo," ucapnya senang.

Assyifa memandang jijik ke arah pria itu. "Cowok nggak guna, lo!"

Rosyid menyeringai. "Dan cowok itu bakal jadi suami lo sebentar lagi," ucapnya begitu yakin.

"Anjing lo! Apa lo nggak mikirin perasaan Aini, hah?!? Dia udah cinta mati ke elo!" ujar Assyifa begitu emosi.

Lantas pria itu tertawa keras. "Hahaha, dia itu player! Nggak mungkin dia cuman stay sama gue doang, gue yakin dia punya banyak cabang!"

Plak!

Satu tamparan kembali melayang keras mendarat mulus di pipi pria itu. "Brengsek! Asu lo! Gue sahabatnya yang udah nemenin dia bertahun-tahun, dia nggak pernah kayak gini sama cowok lain, lo harus ngerti itu, Ros."

Rosyid terkekeh sinis. "Sekali player tetap player. Sekali udah jadi kebiasaan, nggak bakal pernah berubah."

Rahang Assyifa mengetat menahan emosi yang sudah di ujung tanduk. "Kalo dia nggak cinta sama lo, dia nggak bakal nerusin hubungan ini sama lo habis dia dita'zir. Perlu lo tau ... dia selalu putusin cowoknya habis dia ketahuan biar dia dapet keringanan ta'ziran. Tapi dia nggak lakuin itu ke lo! Dia malah bohong ke ibu nyainya kalo kalian udah putus!"

Rosyid terdiam. "Gue udah nggak peduli sama dia." Pandangannya kini menyorot ke arah Assyifa dari ujung kerudung hingga ujung kaki. "Kalo ada yang lebih cantik, kenapa nggak diambil, iya, 'kan?"

Rafassya & Assyifa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang