7. Chafiya Fairuz Altair

3.1K 249 30
                                    

Bulan sabit ditemani taburan bintang telah menghiasi langit saat ini. Lampu-lampu telah terpasang menerangi area diadakannya haul. Semua santriwati tampak direpotkan dengan berbagai tugas mereka.

Tamu-tamu telah datang untuk memenuhi undangan. Termasuk seseorang yang dirindukan oleh Alexandra.

“Lexa ...!”

Panggilan itu nampak tak asing bagi Alexandra. Dia jelas sangat tau itu suara siapa. Dia lekas berbalik dan tersenyum cerah pada seseorang yang telah memanggilnya. “Salma ... akhirnya kamu datang‚” ucapnya senang.

Salma pun tersenyum. Dan tanpa menjawab ucapan sahabatnya, dia langsung memeluk erat Alexandra. “Kangen, Lex ...,”

Alexandra tersenyum hangat. Tangannya terangkat untuk membelai punggung sahabatnya. “Sama, Sal, aku juga kangen,” ucapnya menyurutkan kesedihan.

Wajar saja bukan jika mereka saling merindukan. Mereka adalah sahabat, bahkan lebih dari pada itu. Mereka tidak bisa sebebas dulu. Dalam artian, mereka tidak bisa berkumpul, bercanda, bercerita ria seperti dulu. Tepatnya setelah mereka sama-sama menikah, mereka lebih disibukkan dengan urusan rumah tangga. Prioritas mereka pun adalah keluarga.

Mereka melepas pelukan itu. Salma menatap dalam ke arah Alexandra. “Mesti kayak gini,” ucapnya sambil terkekeh.

Alexandra tersenyum miris. Dia paham ucapan itu. Dia dapat mengartikan dengan tepat ucapan sahabatnya. “Padahal kejadiannya udah lima belas tahun yang lalu ...,” ucapnya sambil tersenyum miris.

Salma terisak seketika mendengar ucapan itu. “Aku kangen Emma ...,” ucapnya sendu.

Alexandra yang mendengar nama itu pun menangis pilu. Hingga sebuah telapak tangan ia rasakan menempel di pundaknya. Dia menoleh dan mendapati bahwa orang itu adalah seorang laki-laki.

“Jangan berlarut-larut ... kita doain semoga Emma dan Luqman mendapat tempat terbaik di sisi Allah,” ucap Azriel lembut.

“Iya, badan kalian bisa drop lagi kalo gini terus,” ucap Felix suami Salma.

Yeah, Salma dan Alexandra pernah sampai masuk rumah sakit karena kesehatan mereka yang menurun drastis. Karena itu, suami mereka sangat khawatir jika melihat mereka bersedih karena mengenang kepergian sang sahabat.

Luqman dan Emma mengalami kecelakaan mobil. Kecelakaan itu menyebabkan mereka tewas saat menjalani perawatan dokter. Belasan tahun telah berlalu, namun luka tak kunjung kering. Itulah yang dirasakan oleh mereka.

Di sini duka lama tengah menyelimuti ....

Berbeda dengan seseorang, di depan gerbang  sebuah mobil berwarna hitam memasuki area pekarangan ndalem. Pintu terbuka, menampakkan seorang wanita yang sangat cantik. Dengan busana jubah berwarna hitam dengan kombinasi abu-abu juga kerudung berwarna abu-abu, membuat dia nampak sangat anggun.

Langkahnya langsung berjalan menuju ruang tamu, di mana sang ibu pasti tengah menunggunya.

Assalamu'alaikum ..., Ummik,” panggilnya.

Alexandra yang tengah berbincang-bincang dengan Salma dan Felix pun menoleh ke arah pintu masuk. Mata melebar, dengan raut yang berubah menjadi ceria. “Wa'alaikumsalam, Nak,” ucap Alexandra dengan mendatangi sang putri.

“Fiya kangen sama Ummik ...,” ungkap Fiya dengan memeluk erat sang Ummik.

“Ummik juga,” ucap Alexandra dengan tersenyum hangat kepada anaknya.

Mereka melepas pelukan hangat itu. Gadis itu mencium tangan Ummiknya sayang. Fiya sang anak menatap sang ibu dengan haru. Dia sangat merindukan sang ibu. Sudah 4 tahun dia tidak pulang ke rumah. Dia terlalu betah di pondoknya hingga dia ingin pulang ke rumah setelah studi di pondoknya selesai. Dan, studinya selesai di tahun ini. Dia hanya tinggal menunggu acara kelulusan. Karena itu tahun ini dia pulang.

Rafassya & Assyifa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang