58. Titik Terang

2.6K 252 129
                                    

8 Minggu kemudian ....

Seorang laki-laki dengan tekun tengah membaca sebuah buku tebal. Dia nampak sangat serius membaca huruf demi huruf yang tercetak di sana.

Hingga tak berselang lama terdengar sebuah ketukan pintu. Dia menoleh saat mendengar seseorang mengucapkan salam.

“Assalamu'alaikum ....”

“Wa'alaikumsalam ....” Lelaki yang semula duduk itu kemudian berjalan menuju pintu hendak membukakan pintu untuk sang tamu.

Hal pertama yang dia lihat adalah seorang laki-laki muda yang tengah tersenyum hangat ke arahnya.

“Malam, Kak ....”

Alisnya tertaut. “Dari Indonesia?”

Lelaki itu tersenyum cerah. “Iya, Kak ... saya dapat beasiswa di sini. Kakak juga dari Indonesia, 'kan?”

Lantas lelaki itu pun mengangguk. “Iya, silahkan masuk.”

Lelaki itu mempersilahkan tamunya untuk duduk. Dia dengan santun menyajikan secangkir teh untuk tamunya. “Kalau boleh tau, mas ini cari saya, ya?”

Sang tamu itu pun menatap ke arah lawan bicaranya. Tak lama dia tersenyum kecil. “Kamar saya masih di renovasi, ada sedikit kerusakan. Mungkin baru nanti malam selesainya. Apa saya boleh tinggal di sini untuk beberapa waktu?”

Lantas lelaki itu pun tersenyum hangat. “Tentu tak masalah.”

Pria itu lantas juga membalas senyumnya. Dia mengulurkan tangannya. “Perkenalkan, saya Kholil dari Jakarta.”

Lelaki itu pun menjabat uluran tangan tersebut. “Nama saya Fattah, dari Jawa timur.”

Kholil tersenyum. Selepas itu, sorot matanya bergerak mengelilingi seluruh penjuru ruangan. Ternyata begitu banyak buku yang berjejer rapi di rak yang begitu minimalis.

“Mas Fattah ini hobi membaca buku, ya?”

Fattah tersenyum lembut. “Kalau kamu mau, kamu boleh membacanya. Bervariasi itu, nggak semua soal bahasa Arab kok,” candanya.

Kholil seketika terkekeh. “Benar juga, bosen kalau Arab lagi Arab lagi. Aku kepengen referensi buku yang lain.”

“Iya, silahkan dibaca kalau begitu," ucap Fattah mempersilahkan Kholil untuk mengambil sendiri buku yang dia inginkan.

Kholil yang merasa senang setelah mendapat izin pun lekas bangun dan mencari apa yang dia inginkan. Satu demi satu judul buku ia baca dari sisi samping buku tersebut.

Hingga buku yang dia sukai ternyata ada di salah satu deretan buku tersebut. Berjudul Fihi Ma Fihi karya seorang tokoh besar, yaitu Jalaludin Rumi.

Dia lantas menatap ke arah Fattah. “Mas Fattah juga suka dengan buku ini, ya?”

Fattah tersenyum lembut. “Semua buku yang bermanfaat itu saya suka.”

“Saya pengen pinjam yang ini, hehe ....”

Fattah dengan lembut pun mempersilahkan. Akhirnya Kholil pun membaca buku itu sembari berdiri. Hingga akhirnya ada selembar kertas yang jatuh dari buku itu.

Kholil menatap kertas itu seksama. Sepertinya itu sebuah foto. Saat dia ingin mengambil itu, Fattah justru mendahuluinya.

“Siapa dia?” tanya Kholil sembari menatap Fattah.

Fattah tersenyum. Entahlah, itu senyum apa. “Hanya seseorang, kamu tidak perlu melihatnya,” ucap Fattah halus sembari mengantongi foto itu.

Yeah, itu adalah foto Assyifa yang ia curi dari salah satu akun Instagram milik gadis itu.

Rafassya & Assyifa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang