Home?

152 44 5
                                    

Laras menghampiri Damien yang sedang duduk menunggu matahari terbit. Ia sudah berada di sana sejak pukul empat pagi.

"Sudah bangun atau tidak bisa tidur?" Tanya Laras seraya menyodorkan segelas teh hangat.

"Tidak bisa tidur"

"Kenapa?"

"Terlalu bahagia.." jawab Damien dengan senyum yang mengembang di wajahnya. Ia mengusap dadanya.

"Rasanya seperti meletup-letup di dalam sini. Juga hangat, sehangat teh ini" lanjut Damien. Ia menyesap teh pemberian Laras tadi.

"Ah.... Aku sungguh sudah rela untuk pergi sekarang. "

"Kau pasti sangat menyayanginya"

Damien mengangguk, "euhm.. sangat. Sangat banyak... "

"Aku harap kalian bisa kembali seperti dulu"

Damien meletakan gelasnya kemudian merapatkan jaket yang ia pakai.

"Aku sungguh bahagia sekali sekarang ras... benar-benar bahagia.." Kepala Damien bersandar di pundak Laras.

Laras nampak sedikit terkejut, ini pertama kalinya ada seorang Pria yang melakuna itu padanya.

"Em.. ah..nyamannya.." Damien mulai memejamkan matanya.

Laras tak menyauti, ia bahkan terlalu gugup untuk bergerak. Hanya benar-benar diam di tempatnya seperti itu.

5 menit...

10 menit...

Damien masih tetap pada posisinya. Namun kini ia mulai kembali membuka matanya.

"Matahari akan muncul jam berapa?" Tanya Damien.

"Oh.. em.. sekitar jam 5 lebih 10.. "

Tangan Damien terangkat, ia melirik jam tangannya. Masih ada lima menit lagi sebelum jam itu.

"Aku akan membangunkan Aimee dan Mas Lionel..." Ucap Laras. Ia berdiri dari duduknya.

Gerakan Laras terhenti saat ia sudah melihat Aimee yang berdiri di belakang nereka.

"Kamu sudah bangun? Baru mau aku bangunkan?"

Aimee menganggukan kepalanya. Ia berusaha untuk tersenyum meski sebenarnya sangat tak ingin.

Damien juga ikut menoleh, "tolong bangunkan Kak Lionel dong..." Titah Damien.

"Eung?"

"Biar aku saja" ucap Laras.

Damien menggeleng, ia menggapai tangan Laras masih dalam posisi duduknya.

"Udah, biar Aimee saja. Kamu sini saja". Damien menarik tangan Laras agar kembali duduk di sampingnya.

Laras sebenarnya tak mau, ia ingin membangunkan Lionel. Entah mengapa ia tak terlalu suka jika Aimee berdekatan dengan Lionel. Terlebih setelah dia tau bahwa Aimee bukan asisten Lionel yang sebenarnya. Tapi Laras bisa apa? Ia tak bisa menolak Damien dan hanya memilih untuk duduk di sana.

"Cepat.. sebentar lagi mataharinya akan terbit"

Aimee meninggalkan tempat itu, ia masih sempat melihat bagaimana tangan Damien yang menggenggam tangan Laras. Belum lagi, ia juga melihat bagaimana Damien bersandar manja di pundak Laras. Hatinya benar-benar terasa begitu sesak.

Ia menepuk-nepuk pipinya sendiri. Mau apa dia ? Menangis? Dia tak punya privilege untuk melakukan itu.

Aimee berjalan menuju tenda Lionel membuka tenda itu dengan hati-hati. Kemudian ia melihat Lionel yang masih tertidur dengan posisi miring sedikit meringkuk mungkin karna dingin.

Kutoroka (Level 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang