Say no to Suh!

242 43 7
                                    

Aimee mendongak perlahan melihat gedung tinggi di hadapannya itu. Apakah semua orang pemilik jabatan tinggi untuk perusahaan sebesar ini selalu memiliki aura membekukan seperti si sulung Suh ini?

Ia memejamkan matanya. Meyakinkan dirinya sekali lagi sebelum benar-benar melangkah masuk ke dalam gedung itu.

"Tidak apa Aimee.. kau punya ansuransi keselamatan kerja. Kalau sampai kau mendadak beku kau bisa meminta ansuransi mencover itu... Yah.... Tidak apa... " Ucapnya.

Aimee mendorong kaca mata yang ia pakai hanya sebagai anti radiasi saja. Setelah merapikan sedikit bajunya dan menghembuskan napasnya, Aimee pun melangkah masuk.

Ia langsung menemui resepsionis untuk bertanya tentang Lionel Suh. Sayangnya tentu saja ia di tolak karna belum membuat janji lebih dulu.

"Saya assisten adiknya Pak Lionel. Ada hal mendesak yang perlu saya beri tahukan"

"Iya ka, tapi mohon maaf sudah seperti ini peraturannya. Atau kaka bisa tinggalkan pesan akan kami sampaikan"

"Mba.. paling tidak tolong coba hubungi dulu..please..." Ucap Aimee dan memasang wajah memohon yang biasanya cukup ampuh.

Resepsionis itu menatap pada Aimee, lalu beralih pada teman di sampingnya.

"Tidak bisa ya mba?" Tanya Aimee mengeluarkan jurus berikutnya.

Ada jeda di antara mereka. Sampai akhirnya Aimee memenangkan pertarungan ini.

"Baik kak, akan saya coba hubungi seketarisnya"

"Terimakasih banyak mba..." Ucap Aimee dan menggapai tangan resepsionis sedikit melompat-lompat kecil.

Asaa... Paling tidak meski tak cantik-cantik banget. Aimee bersyukur memiliki wajah penuh welas asih dan cukup imut ini.

Aimee menunggu beberapa saat hingga mba resepsionis yang cantik selesai bertelfon.

"Bagaiman mba?"

"Kak, mohon maaf. Pak Lionel sedang rapat. Beliau juga mengatakan kalau ada urusan dengan adiknya suruh titipkan pesan saja."

"Aish.. jjajeungae" cibir Aimee pelan dalam bahasa korea yang artinya menyebalkan.

"Kenapa kak?"

"Ah.. tidak-tidak. Baiklah mba kalau begitu terimakasih banyak" ucap Aimee

Resepsionis itu mengangguk dengan sopan..

Kedua tangan Aimee bertolak pada pinggangnya. Ia sedikit menjauh dari meja resepsionis.

"Sok sibuk!"

"Sok penting.."

"Ck.. memangnya aku ingin sekali menemuinya? Tidak! Aku juga tidak mau bertemu dengan dewa es seperti dia. Tapi bagaimana lagi... "

"Lagi juga ini kan tentang adiknya. Adiknya loh... "

"Adiknya juga menyebalkan! Kenapa juga harus lari seperti ini hah?"

Aimee menyugar rambut yang sengaja selalu ia potong pendek karna terlalu sering rontok. Ia menghentakkan kakinya karna kesal.

Seberapapun kesalnya ia, ia tetap harus menemui Lionel demi mendapatkan info tentang Damien.

"Ahhh... Menyebalkan sekali sih menjadi miskin. Aku bahkan tidak berhak merasa kesal..."

"Bodo... Aku tidak peduli... Aku mau pulang!" Ucap Aimee

Ia berjalan kesal ke arah luar.

"Aku tidak peduli..."

"Tidak peduli..."

Kutoroka (Level 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang