Covenant

154 49 2
                                    

Setelah mengantar yang lain dan setelah membasuh wajahnya Damien masuk kembali ke dalam kamar Lionel. Ia berjalan dengan lunglai. Tubuhnya terasa lemas. Mungkin masih efek dari keterkejutannya.

"Harusnya kau ikut pulang saja.."

Damien tak menyaut ia hanya duduk di sofa yang ada di kamar itu. Lionel memperhatikan Damien. Tak biasanya Damien sampai diam seperti itu. Ia hanya pernah sekali melihat Damien seperti itu, yaitu saat tanpa sengaja Damien membuat Fabian masuk rumah sakit karna kepalanya yang terbentur meja saat mereka sedang bercanda. Ekpresi yang sama dengan Damien saat ini. Ekpresi ketakutan, ekpresi merasa bersalah, ekpresi bersedih.

"Bisa tolong bukakan botol itu.." pinta Lionel.

"Em?"

"Aku ingin minum"

"Ohh.." Damien berdiri. Ia mendekat pada brankar Lionel. Mengambil botol air mineral yang masih baru, membukanya lalu memberikan pada Lionel.

Lionel sebenarnya bisa saja melakukan sendiri meski tangannya cidera. Hanya saja ia mencoba agar Damien  terus menyalahkan diri.

"Thanks"

Damien tak memberi respon apapun. Ia hanya terus menatap pada Lionel.

"Mianhae, hyung.."

"For?" Tanya Lionel tanpa menatap Damien.

"Everything.." jawab Damien. Ia menundukkan kepalanya. Perasaannya sungguh sangat tak nyaman.

"Kecelakaan ku, bukan salah mu"

"Kalau bukan karna aku, hyung tidak akan datang ke sini dan kecelakaan itu tidak ada"

Lionel menghela napasnya. Ia sungguh tak tahan berada dalam keadaan seperti ini. Ia tak suka saat sesuatu menyentuh langsung ke dalam hatinya. Karna bagi Lionel hati adalah satu-satunya yang tak bisa ia kendalikan dari dalam dirinya.

"Dimanapun aku kalau sudah takdirnya aku kecelakaan itu akan terjadi. Apa yang terjadi pada ku tak berhubungan dengan mu. Jadi, tak perlu merasa apapun."

Damien akan bicara lagi namun dengan cepat di potong oleh Lionel.

"Aku ingin istirahat. Kau juga sebaiknya istirahat atau terserah kau saja. Tolong matikan lampunya" tutup Lionel.

Meski masih banyak yang ingin Damien katakan namun ia memilih untuk menurut saja. Ia mematikan lampu kamar dan kemudian merebahkan dirinya di sofa yang ada.

Damien tidur miring agar dapat terus menatap ke arah Lionel. Lionel sendiri memilih untuk memejamkan matanya, memaksa diri untuk tidur.

Ponsel Damien bergetar. Ia langsung mengeceknya. Ada pesan dari Laras. Laras tentu saja menanyai ke adaan Lionel. Mereka pun saling berkirim pesan.

Baru saja Damien ingin meletakan ponselnya setelah selesai berkirim pesan dengan Laras. Ponselnya bergetar lagi. Ada pesan lain namun kali ini bukan dari Laras.

Ini sudah lebih dari Seminggu, Damien.
Kau janji padaku hanya satu minggu.

Hyung, maaf.
Beri aku waktu sebentar lagi.
Kaka ku kecelakaan.

Damien , aku melakukan ini bukan demi kepentingan ku.
Tapi ini demi dirimu.

Tolong, sebentar lagi.
Hanya sebentar lagi..

Semakin lama resikonya akan semakin besar, Damien.
Kau tau itu kan.
Tiga hari lagi..
Kalau kau tidak juga kembali, aku akan memberitahu keluarga mu.

Kutoroka (Level 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang