Bucket List

172 50 3
                                    

Aimee dan Laras datang pagi-pagi sekali. Bahkan mereka datang saat Damien masih nampak tertidur lelap.

"Pulanglah dengan Laras. Istirahat, aku akan menjaga Damien..."

Sebenarnya Lionel tak ingin meninggalkan Damien. Tapi ia tau kalau ia ingin menjaga adiknya. Maka ia sendiri harus sehat. Ia tak bisa menjaga Damien dengan keadaan sakit.

"Kamu ngga papa jaga sendiri?" Tanya Laras pada Aimee.

Aimee mengangguk lagi. "aku asistennya. Aku sudah biasa menghadapinya sendiri"

Lionel pun mengangguk. Ia tak banyak bicara dan itu sebenarnya mengganggu perasaan Aimee. Ia tau Lionel memang jarang bicara tapi kali ini berbeda.

Tangan Aimee tiba-tiba saja menyentuh tangan Lionel.

"Tenang saja. Aku bisa di andalkan. Aku sudah menjadi assistennya 2 tahun. "

Lionel menatap Aimee. Bagaimana Aimee tau kalau dia sedang ragu? Apa sangat terlihat di wajahnya?

"Aku akan mengabari mu. Istirahat dan jangan pikirkan apapun. Damien akan baik-baik saja. Jangan lupa dia penyanyi debutan korea. Hanya orang-orang tangguh yang bisa lolos dari itu. Damien satu di antaranya. Dia akan baik-baik saja. Hmm?"

Saat ini rasanya Lionel ingin kembali masuk dalam pelukan Aimee.  Kembali menangis seperti ia menangisi ibunya kemarin. Berbagi keresahan dan ketakutannya. Lalu Aimee akan meyakininya.

Tapi tak ada yang Lionel lakukan ia masih hanya berdiri diam tanpa memberikan respon apapun. Damien memintanya merahasiakan itu dari Aimee. Damien bilang ia ingin mengatakan sendiri pada Aimee nanti.

"Sudah pulang sana"

Lionel menurut.

"Ai.. kabari aku juga yah.." pinta Laras.

"Iyah.. pasti."

🌳

🌳

🌳

Sepanjang perjalanan pulang Lionel masih tetap tak bicara. Tubuhnya di sana namun tidak dengan jiwanya dan pikirannya.

Saat ini sel-sel otak di kepalanya sedang mengulas kembali rentetan kenangan antara dirinya dan Damien.

Ia harus bagaimana sekarang?

Ia merasa sangat amat sangat bersalah.

Harusnya Damien melewati rasa sakitnya di temani keluarga yang ia sayang. Bukan sendirian di sana.

Dulu, saat mereka kecil jika Damien flu sebentar saja Lionel memilih untuk tak sekolah. Dia selalu berdoa agar adiknya tak pernah sakit. Kalaupun Damien harus sakit ia ingin rasa sakit itu di pindahkan saja padanya.

Ini salah Lionel. Ia sudah lama sekali tak berdoa seperti itu untuk Damien. Ia bahkan lupa kapan terakhir dia berdoa.

Dia sangat-sangat menyayangi Damien. Lalu mengapa ia harus merasa iri? Di saat ia sendiri memperlakukan Damien dengan begitu spesial? Sebagai anggota keluarga yang paling muda. Semua orang sudah terbiasa memanjakan Damien dan dulu Lionel sama sekali tak keberatan.

Sudah seharusnya ia mendapatkan tamparan dari sang ayah. Tamparan itu sangat pantas untuknya. Bagaimana bisa sang kakak merasa iri dengan adiknya sendiri?

Lamunan membuat Lionel tak sadar kalau mereka telah sampai tujuan.

"Mas.."panggil Laras lembut.

Kutoroka (Level 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang