OTW

175 52 8
                                    

Mau bagaimana lagi Aimee tidak berani melawan Lionel. Ia pun harus rela di bawa ke pemalang meski tak membawa perlengkapan apapun kecuali yang ada di tasnya. Memang brengsek Lionel itu. Makannya itu beling mungkin jadi tidak punya perasaan.

Bicara tentang makan, Aimee ingat sepertinya Lionel belum menyantap apapun sejak pagi. Ia melirik jam tangannya yang sudah menunjukan pukul setengah delapan malam..

"Pak..."

"..."

"Sudah setengah delapan loh"

"Sejak kapan saya menjadi bapak mu."

"Lalu harus panggil apa boss?!"

Lionel melirik dingin pada Aimee. Aimee langsung mengulang pertanyaannya namun dengan nada suara yang jauh-jauh lebih santai juga lembut.

"Lalu saya harus panggil apa?"

"Nama saja" jawab Lionel

Aimee mengangguk. "Baik..."

Mereka kembali diam, saat ini mereka baru saja memasuki daerah Cikampek dan arus lalu lintas nampak sangat padat.
Truk-truk besar, juga bis ikut memenuhi arah ke pemalang itu.

Aimee menoleh pada Lionel yang saat ini tak memegang kemudianya. Wajah itu tampak dingin tanpa ekpresi. Namun entah mengapa setiap Aimee melihat Lionel, ia justru merasa pria itu adalah orang yang disakiti. Meski kenyataannya pria itu yang menyakiti banyak orang.

"Pak... Maksud saya Lionel.. apa kita tidak bisa mampir ke rest Area dulu?"

Lionel melirik tajam ke arah Aimee lagi.

"Kenapa? Kau ingin ke kamar mandi? Menyusahkam sekali..tahan saja"

"Bukan saya.. tapi kamu. Kamu sakit perutkan..? Iyalah, gimana engga kamu belum makan dari pagi"

"Bukan urusan mu"

"For your information saja.. saya tidak bisa bawa mobil. Apalagi mobil mewah seperti itu. Kalau kamu kenapa-kenapa siapa yang mau bawa Damien pulang."

Tak ada jawaban dari Lionel. Tentu saja itu membuat mu Aimee kesal.

"Yaudahlah terserah saja... Gunung es kok di ajak ngomong" ucap Aimee dan memalingkan wajahnya ke arah jendela.

Aimee bahkan lupa tentang bagaimana Lionel bersikap padanya beberapa hari ini. Memang begitulah Aimee ia tak tahan melihat orang-orang yang terluka ataupun sakit. Karna ia tau sekali rasanya diabaikan saat terluka dan sakit.

Sekarang saja ia sudah gelisah, ia sudah ingin mengomel dan bicara lagi. Di bunuh di bunuh deh. Tidak akan ada juga yang mencarinya. Namun belum sempat Aimee menceramahi Lionel.

Mobil Lionel sudah merubah jalur, mobil itu mulai masuk ke tempat peristirahatan. Aimee terkejut namun ia menahan diri untuk tak menoleh atau mengatakan apapun. Aimee tau itu akan melukai harga diri Lionel. Si gunung es.

Setelah mendapatkan parkiran, mobil Lionel pun berhenti.

"Keluarlah kalau kau ingin membeli sesuatu atau ke toilet tidak lebih dari 10 menit"

Tanpa menunggu aba-aba lagi, Aimee langsung melesat begitu saja.

🌳

🌳

🌳

Senyum Damien mengembang sempurna saat membaca pesan dari seseorang. Ia menganggukan kepalanya.

Kutoroka (Level 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang