I'm not fine

169 42 4
                                    

Hoby baru Lionel sekarang adalah berdiri di dekat balkon kamar. Melihat banyak pasien yang sedang berjalan-jalan di taman. Juga pasien-pasien yang lain yang kamarnya bersebelahan dengan dirinya.

Mata Lionel terus menatap kearah seorang ibu yang menggendong anak laki-laki kecil. Anak itu adalah seorang pasien terlihat dari infus yang terpasang di tangannya.

Tanpa Lionel sadari bibirnya membentuk senyuman tipis.

"Apa ada cewek cantik di sana?" Ledek Laras dan mendekat pada Lionel.

Lionel menoleh pada Laras. Kemudian tersenyum.

"Sudah sangat sore. Pulang sana.."

"Aku di usir?"

"Kamu kan belum pulang ke rumah dari sekolah kan? Nanti dicari ibu.."

Laras hanya mengkrucutkan bibirnya.

"Ah... Akan lebih baik kalau aku punya kaka atau adik. Jadi bapak dan ibu tidak hanya terobsesi padaku"

"Yakin? Nanti perhatiannya terbagi loh"

Laras tampak berfikir. "Iya sih..."

"Kamu aja masih manja"

"Karna aku sendiri aku jadi manja.. coba dari dulu aku punya kaka atau adik. Aku pasti tidak akan manja" kilah Laras.

Lionel tertawa kecil, ia menganggukkan kepalanya.

"Kamu bahagia Laras?" Tanya Lionel

"Tentang apa dulu nih? Kalau tentang percintaan tidak nasib ku buruk sekali" jawab Laras.

Lionel hanya menatap Laras dengan tersenyum Laras pun tertawa kecil.

"Bahagia.. aku bahagia. Sangat bahagia.. terlahir sebagai anak bapak dan ibu udah cukup bikin aku bahagia."

"Bapak orang yang seperti apa ras?"

"Euhm... Sebenarnya di antara aku, ibu dan bapak. Bapak itu yang paling tidak keras kepala, hangat, bijak dan selalu mau mendengarkan dulu bagaimana pemikiran orang lain. Pekerja keras dan selalu memprioritaskan keluarga. "

"Kalau ibu?" Sebenarnya inilah pertanyaan Lionel sebenarnya. Ia ingin tau ibunya seseorang seperti apa. Karna tak ada yang pernah menceritakan seperti apa ibunya. Keluarganya justru menyembunyikan fakta bahwa wanita itu masih hidup.

"Ibu.. gimana ya.. Love and hate relationship. Mungkin karna aku anak perempuan kali ya..aku sayang sekali dengan ibu, aku yakin ibu juga gitu. Tapi kami sering sekali berdebat."

Lionel menyimak cerita Laras dengan penuh perhatian.

"Ibu orang yang sangat tenang, tenang sekali. Meskipun ibu memiliki pendidikan yang tinggi, karir yang mengesankan dulu, cerdas, cantik... Tapi bapak bilang setelah ibu tau mengandung aku. Ibu meninggal semua itu. Ibu mulai belajar memasak, belajar bagaimana menjadi ibu yang baik. Ibu melepaskan segalanya, demi menjadi ibu yang pantas untukku. Kalau aku sedang berdebat dengan ibu, bapak selalu meminta aku untuk mengalah. Karna ibu sudah mengalah dengan egonya demi aku. Ibu itu sangat ambisius dan perfeksionis.. jadi aku pikir melepaskan semua itu demi menjadi seorang ibu yang baik untukku pasti sangat tidak mudah. Sangat..."

Laras tersenyum lagi. "kalau dipikir-pikir.. ibu itu mirip mas Lionel ya. Ambisius, perfeksionis, memiliki banyak talenta. Kalian selalu berusaha terlihat baik-baik saja meski tidak karna paling takut jika dianggap lemah. Wah... Apa-apaan ini aku bahkan berbeda sekali dengan ibu. Secara wajah dan sifat kata orang aku lebih mirip bapak. Perlu ku akui memang iya sih.."

Kutoroka (Level 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang