Terimakasih (sama-sama)

205 41 4
                                    

Setelah bertahun-tahun lamanya. Akhirnya Damien merasakan kembali rasa masakan autentik Indonesia. Rasa masakan rumahan yang dibuat dengan tangan seorang ibu. Makanan yang tak hanya membuat perutnya kenyang tapi juga hati yang hangat dan gembira.

Damien menghabiskan lontong sayur itu hingga tetesan kuah terakhir. Entah karna terlalu enak, terlalu lapar atau karna Damien yang terlalu terbawa perasaan. Ia meninggalkan mangkuk bekas makannya di sana saja. Nanti saja ia cuci kalau ia sempat.

Usai makan Damien memutuskan untuk menyusun barang-barangnya di dalam lemari kamar. Kamarnya tak terlalu besar tapi cukup nyaman. Damien membuka tasnya dan mulai memasukan beberapa pakaian bersih ke dalam lemari. Untung saja ia sempat laundry di hotel sebelum kesini. Tapi pakaiannya tak cukup, ia harus segera ke pasar untuk membeli kebutuhannya yang lain.

Damien mengganti pakaiannya dan meletakkannya secara sembarangan. Ia sudah hidup bertahun-tahun dengan assisten, jadi cukup sulit baginya hidup mandiri. Setelah berganti pakaian Damien merebahkan dirinya di atas kasur.

"Ahh.." ucapnya saat merasakan kenyamanan pada punggungnya. Tidur setelah makan itu benar-benar perasaan terbaik.

Ia menautkan kedua tangannya di atas perut kotak-kotaknya. Wajahnya menatap langit-langit kamar.

"Jadi, seperti itu wajahnya."

"Cantik... "

Damien menganggukan kepalanya. "Tidak aneh.. pria itu memang menyukai wanita-wanita cantik"

Tangan Damien merogoh saku depan celananya. Ia mengeluarkan ponsel dengan merk terbaru. Di sini signal biasanya lebih baik. Ia mendapatkan 2 garis tapi jangan tanya tentang signal internet.

"Sepertinya aku harus mengganti kartu" ujar Damien. Seraya membuka galeri di ponselnya.

Ada satu folder dimana untuk membukannya perlu memasukan kata kunci. Setelah terbuka folder itu berisikan foto-foto dirinya saat kecil, foto keluarga dan banyak foto kebersamaannya dengan Lionel.

Bibir Damien membentuk senyum, namun raut wajahnya nampak sedih. Saat ini ia sedang mengenang bagaimana kakaknya itu selalu ada untuknya, selalu menjaganya. Seberapapun nakal dan menyebalkan dirinya Lionel tak pernah marah padanya.

Lionel nyaris tak punya teman karna sibuk menjaganya. Ia masih ingat bagaimana Lione di tinggalkan teman-temannya karna bermain dengan selalu mengajak dirinya. Ia dan Lionel hanya berbeda kurang dari 2 tahun. Tapi Lionel benar-benar jauh lebih dewasa darinya, benar-benar menjaganya.

Bukan hanya sekali dua kali Lionel mengalah untuknya, atau menanggung masalah karnanya. Lionel juga sering di hukum atas hal-hal yang di lakukan oleh Damien. Tapi sekali lagi meski begitu Lionel tetap tak pernah marah dengannya.

Hingga sesuatu terjadi. Lionel mengetahui fakta yang begitu besar. Fakta yang menyakiti Lionel sangat dalam. Fakta yang membuat Lionel yang hangat mendadak menjadi sangat dingin.

Ketika Damien umur 6 tahun dan Lionel berumur 8 tahun. Mereka tau kalau ibu mereka saat ini hanyalah ibu Damien. Bukan ibu kandung Lionel. Mereka di beritahu bahwa ibu Lionel sudah lama meninggal. Sayangnya ketika Lionel berusia 17 tahun, ia tau kalau semua orang membohonginya, ibu Lionel belum meninggal. Lionel menjadi sangat marah. Itu pertama kalinya Damien mendengar suara Lionel yang meninggi, Lionel dan ayahnya bertengkar. Ayahnya mengatakan bahwa ibu Lionel lah yang pergi tapi Lionel menyakini hal yang berbeda. Ia yakin bahwa ayah ya berselingkuh karna itu ibunya pergi.

Usai pertengkaran itu Lionel berubah. Lionel tak lagi seperti Lionel yang Damien kenal. Lionel terus menjauhi Damien.

"Apa kau tidak juga sadar Damien? Kalau kau hanya menyulitkan ku? Kau ingin membantu ku? Kau hanya membuat hidupku menjadi lebih sulit. Aku bahkan merasa sangat marah hanya dengan melihat mu. Aku muak dengan mu. Dengan keluarga bahagia mu itu. Jadi, menyingkirlah dari hidupku. Menjauh, paling tidak itu bisa lebih berguna"


Kutoroka (Level 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang