DUA BELAS

773 134 35
                                    

Janu sedang menunggu Karina pulang, tapi pikirannya pergi jauh melayang memikirkan seseorang. Iya—Janu lagi mikirin kejadian tadi siang saat ia tak sengaja melihat Liana di pinggir lapangan.

Gadis itu terlihat terdiam, wajahnya lusuh seakan kurang tidur. Janu khawatir kejadian lalu terulang lagi. Namun mengingat Liana masih menampakkan atensinya, Janu buru-buru membuang pikiran buruknya.

Begonya, gak tau kenapa pemuda itu udah berdiri di hadapan Liana. Dia aja gak inget gimana bisa dia menghampiri gadis itu begitu aja. Padahal dia tau, pawangnya Liana bakal nyerang dia kapan aja kalo sampai dia tahu.

"Janu?"

Pemuda yang di panggil itu cuma celingukan, kepalang tanggung juga udah ketahuan nyamperin. Jadi Janu pada akhirnya cuma lambaikan tangannya ke arah Liana.

"Ha-lo!"

Liana tersenyum geli liat tingkah Janu barusan. Gadis itu menghela napas pelan. "Duduk aja, Juna gak akan marah kok!"

"Oh!"

Janu pada akhirnya menuruti perkataan Liana. Pemuda itu mengambil tempat duduk di samping gadis Jelita itu. Tak ada percakapan, keduanya sibuk menyelami dunia mereka sendiri.

"Ada apa?" tanya Liana setelah mereka saling diam beberapa saat.

"Gak."

"Apa kabar?" Liana pada akhirnya menoleh ke arah Janu.

"Hm!" gumam Janu.

"Baik!" sahutnya.

"Syukur deh!"

"Lo gimana?" Janu melihat ke arah kepala Liana. Liana yang paham hanya tersenyum terus memegangi perban di kepalanya yang belum terlepas.

"Minggu depan baru akan di lepas!" sahut Liana menjelaskan. Janu mengangguk paham.

"Ada masalah ya?" Liana menoleh.

"Apa?"

"Senyuman lo hilang!"

Liana terdiam. Gadis itu memilih memandang lurus ke depan, dibandingkan harus membalas tatapan Janu yang entah kenapa terasa mendalam.

Tolong!

"Gak ada!"

Pembohong!

"Hubungan mu sama Karina gimana?" tanya Liana kemudian. Janu terdiam.

"Baik!"

"Hm!"

Keheningan kembali menyita keduanya. Tanpa mereka sadari di kejauhan seseorang menatap keduanya, dia tersenyum kecil sebelum akhirnya pergi meninggalkan tempat tersebut.

"Salah ya kalo kita suka sama orang yang sama?"

Entah dapat keberanian dari mana seorang Liana berbicara seperti itu. Gadis itu masih menatap langit yang cerah di atas mereka. Di sana ada awan putih yang terlihat indah menghiasi kanvas alam yang indah.

Janu sendiri tak ingin mencelanya. Pemuda itu hanya diam mendengarkan kata demi kata yang keluar dari bibir Liana.

"Harusnya gak salah kan yah, soalnya kita gak ada yang tau gimana Tuhan bakal membalikkan hati seorang hambanya!" ujar Liana melanjutkan.

"Berarti saya gak salah kan Jan, kalo pada akhirnya saya suka sama kamu?" Liana kembali menatap ke arah pemuda Rajendra yang kini juga menatap ke arahnya.

"Bunda bilang, saya gak akan pernah tenang selama hati saya masih tertinggal!" lanjutnya.

"Jadi gak masalah kamu gak jawab apapun, karena sebenernya saya cuma mau bilang bukan butuh jawaban."

SACRIFICE  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang