To Be Popular

679 81 3
                                    

Happy reading🐹
.
.
.

Terhitung sudah hampir sepuluh menit setelah bel istirahat berbunyi, Jisung masih menahan teman sebangkunya. Masih di tempat yang sama. Di bangku mereka masing-masing. Masa bodoh dengan jam istirahat yang tinggal lima menit lagi. Si jangkung ini butuh penjelasan.

Kelakuan teman sebangkunya, membuat Jisung terus kepikiran. Ia merasa ada yang janggal. Hampir tidak pernah Chenle seperti ini. Yang ia tahu, Chenle pantang menjilat ludahnya sendiri. Berkali-kali Jisung melempar tanya, jawaban yang ia terima selalu sama.

"Gue laper, Ji. Akh, elah!" bentak Chenle sambil menendang-nendang pelan kaki bangku Jisung. Bayangkan, betapa tersiksanya Chenle yang belum mengisi perut sedari ia sampai di sekolah, hingga siang bolong begini. Tenaganya benar-benar habis.

Tangan lebar Jisung merogoh isi tasnya, mencari harta karun yang mungkin saja masih tersisa. Jisung mengernyitkan hidung, garis bibirnya ditarik lebar ketika ia menemukan sebungkus sukro di dalam sana.

 Jisung mengernyitkan hidung, garis bibirnya ditarik lebar ketika ia menemukan sebungkus sukro di dalam sana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nih, buat ganjel!" Jisung melempar bungkusan itu.

"Tck, dari tadi kek!" dengus Chenle, tangannya dengan cepat menangkap umpan Jisung yang hampir mendarat di dadanya. "Yang penting gue udah ngasih tau. Terserah lu mau percaya apa engga!" ujarnya sambil membuka bungkus harta karun pemberian Jisung. Sesekali ia nyengir menahan tawa. Chenle memang payah dalam urusan berbohong, namun aktingnya lumayan bagus.

"Ini bentar lagi bel masuk nih, Le. Gue tanya sekali lagi, ya! Gimana bisa lu tiba-tiba ikut padus, padahal lu sendiri bilang males banget ikut begituan?"

Chenle tergelak, entah kenapa wajah serius Jisung malah bikin ia pingin ngakak. Gemesin banget. "Udah gue bilang tadi, gue butuh nilai padus buat masuk Univ yang gue mau!" jawabnya dengan nada tinggi.

"Bukan karena lu ngintip gue waktu tes vokal sama Bu Wendy? Ngaku lu!"

"NGGAAKK!" teriak Chenle nyaring.

"Okay. Walaupun gue rada nggak percaya, yang penting sekarang gue punya orang dalem di ekskul itu!"

"Sekarang, gantian gue yang nanya" Chenle melempar sukro ke udara, mulutnya menganga lebar bersiap menyambut datangnya bulatan renyah isi kacang itu. Namun gagal, malah mendarat di hidung mancungnya dan menggelinding jatuh entah kemana. "Kenapa belakangan ini lu nanyain Bu Wendy mulu? Suka lu, ya?" tanya Chenle memicingkan mata.

"Iya ... dan lu harus bantuin gue dapetin Bu Wendy!"

Uhukk

Detik itu juga Chenle batuk-batuk tersedak napasnya sendiri. Jawaban konyol yang sebenarnya tidak ia harapkan, malah keluar langsung dari mulut teman sebangkunya ini. Matanya melebar. Ia tak habis pikir, bagaimana bisa ada siswa unpopular seperti dia, minta dicomblangin dengan guru populer di sekolahnya. Bagaikan pohon pepaya, berbuah kelapa. Itu tidak mungkin.

Gara-gara Park Jisung || Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang