Selamat Membaca 🐹
.
.
.
"Bang""Hmm"
"Abang ngapain sih, dandanin aku kaya gini. Disuruh Ayah?"
"Enggak"
"Terus?"
"Pengen aja. Pengen liat kamu rapi. Dulu jaman Abang sekolah, juga begini style nya." Jaemin melirik spion mobil, memutar sedikit setir kemudi yang dipegangnya ke arah kiri.
"Nggak pake dasi, baju dikeluarin, rambut acak-acakan" Jisung menyentuh rambutnya yang kasar tak beraturan, lalu melirik semua yang melekat pada tubuhnya sekarang.
Sungguh tidak pernah terpikir oleh Jisung, untuk pergi sekolah dengan tampilan semenyeramkan ini. Apa kata teman-teman sekelasnya nanti. "Rapian aku yang biasanya, Bang. Ini mah, kaya anak bandel!" lanjutnya.
Lah, iya juga ya, batin Jaemin
Sang kakak menelan ludahnya. Ia sampai kehabisan kata-kata. "Y-ya ... maksud Abang, biar beda aja dari kamu biasanya. Sekali-sekali lah, Dek."
Jisung mendengus. Matanya menatap nyalang pemandangan ibu kota di balik kaca mobil. Udara masih sejuk. Matahari pun belum tinggi. Namun, orang-orang sudah sibuk adu cepat, berlomba dengan waktu.
Bicara soal waktu. Banyak yang bilang kalau akhir-akhir ini, hari berganti begitu cepat. Seakan tidak ada jeda untuk istirahat. Tapi tidak bagi Jisung.
Semua terasa lambat. Bahkan, hari yang selalu ditunggu-tunggunya pun seperti tak kunjung datang. Hari di mana ia menabur kelopak bunga warna-warni dan menyirami batu indah favoritnya dengan sebotol air mawar.
Jisung menggandakan lembaran rasa sabarnya ribuan pieces. Walau tidak pernah tahu hari itu akan datang atau tidak, ia tetap menunggu. Karena semua rahasia, disimpan rapat-rapat oleh sang semesta. Jisung hanya bisa berharap, semoga ia dan kakaknya masih sempat.
Setelah menempuh perjalanan selama 45 menit, mereka sampai di tempat tujuan. Jaemin memarkir mobilnya di lapangan sekolah. Matanya menatap sekeliling yang tampak ramai oleh para pelajar dengan outfit yang senada.
Ia melirik ke sebelah kirinya, tepat di mana si jangkung duduk. "Turun, lah! Emang nggak mau sekolah?" Jaemin melihat si bungsu belum juga melepas sabuk pengaman yang melingkar ditubuh anak itu sedari tadi.
Jisung meremas telapak tangannya yang basah karena keringat. "Duh ... malu, Bang. Aku ikut Abang ke kantor aja, deh!"
"Dih, mana bisa begitu! Mau Abang laporin Ayah, kamu?" Tangan Jaemin melepas kunci seatbelt adiknya. "Udah sono turun. Bentar lagi bel masuk. Abang udah telat nih!"
Jisung meraih tas gambloknya di kursi belakang, menarik kenop pintu mobil lalu didorong sampai terbuka lebar. Belum sampai Jisung keluar dari mobil, ia merasa jaketnya ditarik-tarik. Membuatnya menengok cepat ke arah Jaemin.
"Tck, apa lagi?!"
"Nanti kalo ada yang ngomongin kamu, cuekin aja! Nggak usah senyum, gak usah diliatin, pokoknya diemin aja. Okey!"
Bruk
Setelah menutup pintu mobil dengan sedikit dibanting, Jisung mulai melangkahkan kakinya menuju ruang kelas. Wajahnya tampan bak artis Korea. Ootd nya kekinian. Wangi tubuhnya yang manis meninggalkan jejak. Siapa yang tidak meleleh melihat Jisung yang seperti sekarang ini, yang jauh dari kata culun.
Sampai sayup-sayup terdengar suara yang entah dari mana asalnya, mampir ke telinga remaja bermarga asli Park itu.
"Eh, siapa tuh? Anjir ganteng banget!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Gara-gara Park Jisung || Na Jaemin
FanfictionSemuanya biasa saja. Sampai di mana, kehidupan Jisung mulai berubah ketika ia kalah taruhan dengan makhluk usil tak kasat mata. . . . "Kamu inget nggak, kapan terakhir kali call wa Abang?" "Hmm ... lupa. Udah lama banget" "Tadi pagi, nomor wa kamu n...