Selamat Membaca 🐹
.
.
."Utang harus dibayar, janji harus ditepati!"
"Lu nggak liat, gue lagi usaha?"
"Waktumu terus berkurang, aku nggak bisa nunggu lebih lama lagi. Atau..."
"Apa? Atau apa!"
"Bayar aja pake nyawa. Nyawa... orang-orang yang kamu sayang. Hihi."
Pemuda yang pernah bermutasi marga menjadi 'Na' itu terbangun dari tidurnya. Jantungnya berdetak sangat kencang, hingga detaknya terasa dari kepala, tangan sampai ke perut. Napasnya jadi lebih cepat, seperti habis lari dikejar binatang buas.
Saat masih setengah sadar, ia berusaha melihat jam dinding. Waktu menunjukkan pukul satu. Sunyi, senyap. Hingga suara detak jam terdengar begitu jelas.
Jisung menengok ke sebelah kiri. Ia mendapati punggung pemuda berbaring tepat di sampingnya, mengenakan piyama bermotif garis-garis biru.
Seketika matanya membulat menatap nyalang langit-langit kamar, saat ingat piyama itu adalah piyama yang dikenakannya sekarang. Tidak. Itu bukan abangnya.
Tubuhnya gemetar. Napasnya memburu. Ia bisa merasakan sesuatu bergerak di sebelah kiri. Punggung itu berbalik. Perlahan. Mendekat. Dingin. Hembusan napas yang dingin meraba telinga sampai ke leher. Bulu halus di sekujur tubuh Jisung berdiri.
Ia berusaha menggerakkan badan sekuat tenaga, namun gagal. Tubuhnya kaku seperti tertindih benda yang besar dan berat. Airmata mengalir tiba-tiba. Lagi, tubuhnya merinding luar biasa, ketika sayup-sayup terdengar suara bisikan lirih menusuk telinga.
"Utang harus dibayar, janji harus ditepati!"
"Utang harus dibayar, janji harus ditepati!"
Makin lama, bisikan itu makin cepat.
"Utang harus dibayar, janji harus ditepati!"
Makin cepat
"Utang harus dibayar, janji harus ditepati!"
Semakin cepat dan kencang, sampai memekakkan telinga.
"Utang harus dibayar, janji harus ditepati!"
"Utang harus dibayar, janji harus ditepati!"
Jisung terduduk, berteriak sejadi-jadinya, "ABAAAANG!"
.
.
.Utang, janji dan nyawa adalah tiga kata yang terus terngiang-ngiang di kepala Jisung saat ini. Segudang pertanyaan muncul di benaknya.
Bisakah ia mempertemukan sang ayah dengan si guru cantik?
Bagaimana kalau ternyata gagal?
Nyawa siapa yang makhluk itu maksud?
Rasanya ingin sekali memutar ulang waktu, kembali tepat saat makhluk itu menawarinya sebuah taruhan. Taruhan yang sebetulnya menguntungkan. Jika menang. Sayangnya ia bernasib sial.
Kalau tau jadi ribet begini, lebih baik tutup kuping saja pura-pura tidak dengar saat itu. Belum lagi, soal dirinya yang makin dikenal setelah berhasil fyp kemarin. Beberapa murid sampai mengambil fotonya secara diam-diam dari kejauhan. Bagi Jisung, itu sangat tidak nyaman.
Jisung melangkah memasuki ruang kelas yang nampak ramai. Ia bisa melihat Chenle sudah duduk di bangkunya menunjuk-nunjuk setumpuk bingkisan di atas meja Jisung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gara-gara Park Jisung || Na Jaemin
FanfictionSemuanya biasa saja. Sampai di mana, kehidupan Jisung mulai berubah ketika ia kalah taruhan dengan makhluk usil tak kasat mata. . . . "Kamu inget nggak, kapan terakhir kali call wa Abang?" "Hmm ... lupa. Udah lama banget" "Tadi pagi, nomor wa kamu n...