Happy reading🐹
Komen kalo ada typo yah
.
.
.Tak
Krukk kruk ...
Suara garing wafer crunchy yang dibalut dengan coklat beku, keluar dari mulut Jisung. Setelah di kantin tadi kantong doraemonnya menyedot habis semangkok penuh bakso malang dan segelas es teh manis, kini cemilan berbungkus merah di tangan kanannya itu menjadi penutup. Tentu saja masih ada satu bungkus lagi di saku celananya. Satu kan, nggak cukup.
Jisung dan Chenle berjalan di koridor menuju ruang kelas mereka di lantai dua. Dari jauh, remaja kelahiran Shanghai ini melihat siswa siswi bergerombol di depan mading. Sepertinya ada info seputar sekolah yang baru saja dimuat di sana.
Chenle menepuk pelan pundak Jisung. “Apaan tuh?” tanya Chenle menghentikan kegiatan temannya yang asik mengunyah bengbeng, sambil menatap beberapa siswa main basket di lapangan.
“Paling, nggak jauh dari tips and trick membuat konten tiktok yang berfaedah”
“Kayaknya ... enggak deh. Liat yuk!” ajak Chenle penasaran, dibalas anggukan cepat oleh Jisung. Jisung melahap habis bengbeng yang tinggal setengah, meremas bungkusnya lalu dilempar ke tempat sampah. Keduanya mempercepat langkah kaki mereka.
Mereka telah sampai di depan mading yang masih dikerumuni banyak siswa. Jaraknya sekitar dua meter dari mereka berdiri sekarang. Samar-samar Chenle bisa melihat ada selembar kertas putih berisi nama siswa siswi di sana. Dari judulnya saja, ia tahu itu daftar apa.
“Oh ...”
Jisung memicingkan matanya dan berkata, “Apaan, sih? Nggak keliatan”
“Itu daftar peserta yang lolos audisi minggu lalu, buat ikut lomba padus beberapa bulan lagi. Lomba di mana ... gue lupa, deh”
“Lu ikut?”
“Udah dari lama bu Wendy nawarin gue buat ikut, tapi gue ogah. Males!” Ia melirik Apple Watch Series 5 yang melingkar elegan di tangan kirinya. Masih ada waktu sekitar tiga menit sebelum bel masuk kelas berbunyi.
“Taun lalu kan gue pernah ikut. Sumpah, capek banget! Bayangin ... tiap hari latian dari subuh sampe jam sembilan, terus lanjut lagi abis pulang sekolah sampe jam empat. Kenyang-kenyang deh lu, ketemu bu Wendy terus!” sesal Chenle.Bisa ketemu bu Wendy terus? batin Jisung.
Jisung membulatkan mata. “Kok lu nggak ngasi tau gue ada audisi begituan?”
Chenle mendengus geli. “Yak karena gue tau lu nggak suka yang gitu-gituan, makanya gue nggak ngasih tau lu.”
Dua tahun sudah Chenle dan Jisung duduk sebangku, membuat mereka hafal sifat satu sama lain. Chenle tahu, temannya yang tinggi bongsor ini mageran dan tidak pernah berminat mengikuti aktivitas tambahan yang ada di sekolah. Minta ditemani sparing basket saja, Chenle harus menyogoknya dulu dengan dua mangkok mie ayam. Selain mageran, jisung juga pemalu. Teman dekatnya cuma Chenle saja, yang lain hanya sekedar kenal. Ehm, makhluk yang sering mengikuti Jisung itu apa bisa disebut teman dekat juga?
Jisung melirik ke segala arah. Raut wajahnya berubah, seperti sedang memikirkan sesuatu yang sangat serius. “Mulai sekarang, semua informasi seputar bu Wendy yang lu tau, harus kasih tau gue juga. Oke!” pintanya sedikit memaksa.
Kini Chenle menatap aneh temannya itu. Ia melirik Jisung dari atas sampai bawah lalu ke atas lagi.
Kesurupan lagi kali ya ni anak? Aneh banget, kata Chenle dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gara-gara Park Jisung || Na Jaemin
FanficSemuanya biasa saja. Sampai di mana, kehidupan Jisung mulai berubah ketika ia kalah taruhan dengan makhluk usil tak kasat mata. . . . "Kamu inget nggak, kapan terakhir kali call wa Abang?" "Hmm ... lupa. Udah lama banget" "Tadi pagi, nomor wa kamu n...