'Dia' mau kamu!

693 86 2
                                    

Mi Lemonilo.. enak~ 🐹
.
.
.

Slurrpp

Bibir mungil kemerahan menyedot habis es coklat yang tinggal sedikit. Tangannya memutar-mutar sedotan besi dalam cup, membuat beberapa bongkahan air beku yang tersisa saling beradu. Ponsel di tangan kiri terpampang video makhluk mungil berbulu, hingga sesekali sudut bibirnya muncul. Tiga puluh menit sebelum kantor memulai lagi aktifitasnya, ia menghabiskan waktu istirahat di pantry seorang diri.

Beberapa penghuni Kreasindo lalu lalang mengunjungi dapur mini itu. Si cantik acuh saja, duduk di salah satu kursi, fokus pada benda pipih canggih miliknya. Sampai terdengar suara sang senior, memecah konsentrasi tiba-tiba.

"Dah makan kamu Jeein?"

Jempolnya refleks menekan tombol tipis di samping ponsel. "Udah Mas, nasi padang" jawab Jeein. Garis bibirnya ditarik lebar saat pemuda dengan mug hitam di tangan kanannya, duduk persis di hadapan. "Mas Jaemin makan apa?"

"KFC. Mas Jun yang pesenin tadi gara-gara si bongsor dateng" kata Jaemin lalu menyeruput kopi hitamnya yang masih panas.

Aroma minuman berwarna hitam legam itu menyeruak ke seluruh sudut ruangan. Aroma yang seharusnya menenangkan baginya. Tapi tidak untuk hari ini. Si penggila robusta masih saja kepikiran hal tadi. Matanya menatap Jeein penuh curiga.

"Jeein"

"Iya, Mas Jae?"

"Kamu kasih dia jajanan banyak banget.."

"Ehm.. gak Mas Jae. Kebetulan lagi ada, aku bawa aja semua. Sapa tau.. Mas Jaemin juga mau"

Jaemin mencondongkan badannya mendekati si cantik. Satu alisnya naik. "Bukan karna kamu liat.." Mata beningnya melirik ke kanan dan ke kiri. "Dia?" lanjutnya lirih.

Jeein terdiam beberapa saat, menyipitkan mata sambil nyengir kuda. Ia tak tahu lagi harus pakai alasan apa untuk menutupi hal ini. "Hehe"

Pertama kali ia tahu ada yang spesial dari Jisung adalah saat melihat foto si bongsor dalam pigura kecil di meja kerja Jaemin. Mungkin setiap yang melihat, foto itu tampak biasa saja. Tapi tidak bagi Jeein. Matanya menangkap ada yang janggal. Terlihat jelas Jaemin dan dua bocah lainnya yang sangat mirip, bak pinang dibelah dua tersenyum menghadap kamera. Namun Jaemin hanya menyebut satu nama saja saat itu. Hanya Jisung.

Ditambah lagi, saat dirinya tidak sengaja bertemu Na bersaudara ini di sebuah Mall. Makhluk itu terus-menerus membuntuti Jisung. Membuat si cantik penyuka eart color ini penasaran.

"Kamu bisa usir dia gak?"

Jaemin langsung menceritakan awal mula dirinya tahu Jisung punya kelebihan. Ia mengingat-ingat kejadian sepuluh tahun yang lalu. Tepat di dalam kamarnya yang bising karena suara tangan mungil, sibuk nepok-nepok nyamuk.

Plak Plak

Na bersaudara kompak mendongakkan kepala, menatap sekeliling ruangan.

"Tuh, Bang!" Telunjuk mungil mengacung ke udara sambil bergerak mengikuti arah terbangnya serangga kecil si penghisap darah.

Dengan sigap, Jaemin naik ke atas kasur. Ia loncat sambil menyatukan telapak tangannya kencang, berkali-kali. Dikatupkan telapaknya, berharap nyamuk itu tertangkap. Pokoknya, jangan sampai lolos.

"Dek, dapet!" teriak Jaemin meyodorkan tangannya ke dekat Jisung. Dengan mata berkilauan, si bungsu tersenyum lebar lalu buru-buru membuka tutup botol air mineral bekas yang telah terisi beberapa hasil buruan mereka.

Raut wajah keduanya seketika berubah kecewa, saat si sulung membuka telapak tangan perlahan. "Yah, mejret Dek. Mati" kata Jaemin melihat banyak noda merah kehitaman di telapaknya. "Hiii.. darah nyamuk hiii.." lanjutnya menakut-nakuti si bungsu. Tentu saja membuat sang adik lari mengitari ruangan sambil teriak-teriak. Itu pertama kalinya Jisung tahu wujud darah nyamuk. Bagi bocil seusianya, sangat mengerikan.

Setelah bosan bermain, Jaemin mengajak Jisung kecil untuk tidur. Keduanya berbaring di kasur, terlentang menghadap langit-langit kamar dengan selimut tebal membalut tubuh. Botol hasil buruan diletakan sembarang.

Jaemin menguap berkali-kali, tanda dirinya sudah sangat ngantuk. Seperti biasa sebelum tidur, ngecek si bungsu di samping kanannya yang seharusnya sih, sudah tidur dari tadi tapi ternyata masih terjaga.

Ia melihat ada yang aneh dari Jisung. Wajah polos anak itu menatap satu titik di langit-langit kamar tanpa berkedip.

"Hii.. darah nyamuk" kata Jisung tiba-tiba. Tangan kanan menunjuk tepat di atasnya, sedang tangan yang lain menutupi kedua mata.

Jaemin heran melihat adiknya berulang kali mengatakan hal yang sama. Ia melirik ke titik yang sama. Kosong. Atap kamarnya yang tinggi dan gelap, mustahil untuk melihat noda darah nyamuk di atas sana. Kecuali.. ada sesuatu yang menyerupai.

"Mana, Dek? Mana..?"

"Hii.. darah nyamuk, darah nyamuk.. iihh"

"Sampe kemaren makhluk itu telpon saya lagi, dan bener.. ada aja musibah yang dateng setelah itu" tutur Jaemin lalu menghela nafas panjang. "Bisa nggak kamu usir dia? Saya sama Jisung nggak tenang!"

"Pertama kali aku liat, makhluk itu nggak ngasih info banyak Mas. Yang aku tangkep.. dia lahir sebelum Jisung. Dia.. kakak Jisung" kata Jeein yang matanya terpejam.

Ia bisa merasakan sosok pucat berponi itu masih berada di ruang desain. Duduk bersila di atas meja kerja Jaemin. Ia membuka mata perlahan, menatap sang senior yang berwajah lesu sedikit pucat. "Dia suka sama Mas Jae. Yang dia mau, cuma Mas "

Jaemin meneguk ludah. Wajah adiknya minta ditemani tidur, minta ikut kemanapun ia pergi dan kelakuan manja Jisung langsung terbayang. Masuk akal kalau ternyata yang makhluk itu incar selama ini adalah dirinya.

"Terus saya harus gimana Jeein?"

"Aku masih belom tau harus gimana, Mas. Dan gak ada hak buat ngusir dia. Biasanya bakal pergi sendiri kalo sesuatu yang dia pingin, udah kesampean."

"Maksudnya?"

TBC

.
.
.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Gara-gara Park Jisung || Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang