"Ayok, loncat!"

768 101 18
                                    

JGREG

BRUK

"HAH.. HAH.. LE!!" Tubuh bongsornya tersungkur. Napasnya memburu. Dengan susah payah tangannya meraih tembok di samping. Beberapa kali pegangannya sempat terlepas, licin, keringat dingin membanjiri telapaknya. Ia berusaha berdiri walau lutut lemas luar biasa.

"Le.." panggil Jisung dengan sisa tenaga yang ada. Dipegangnya dada sebelah kiri. Ia bisa merasakan detak jantung yang berdebar kencang, sampai terasa sedikit nyeri.

Masih mengatur napasnya yang tersengal, Jisung mulai melangkah, menyeret paksa kakinya yang terasa berat. Berkali-kali mengurungkan niatnya untuk menoleh ke belakang, takut kalau-kalau suara dari kamar Chenle tadi mengejarnya lagi.

Kejadian barusan membuat Jisung shock, wajahnya pucat sampai sekarang. Sesekali mencoba meneriaki nama sahabatnya lagi, namun rumah mewah itu seakan kosong tak berpenghuni. Hanya satu yang ada pikirannya sekarang, ia harus turun ke lantai dasar, tempat di mana bi Yeri menyiapkan makan malam untuk keluarga Zhong.

Ia berjalan pelan menuju tangga utama, yang letaknya cukup jauh di depan. Untuk sampai ke tangga itu, Jisung harus melewati dua kamar berpintu besar dengan satu lorong gelap di antaranya. Langkahnya terhenti ketika berhasil melewati pintu pertama. Tangan dan kakinya masih gemetar. Lorong gelap itu membuat nyali Jisung makin ciut. Boro-boro melongok, melirik saja ia anti.

Jangan liat, jangan liat, batinnya

Jisung mencoba menutupi ekor matanya dengan satu tangan. Saat sedang melewati lorong itu, langkahnya terhenti. Sayup-sayup ia mendengar sesuatu. Seperti.. suara napas seseorang.

"Ji, ngapain lu di situ?"

Suara tenor yang akrab di telinga Jisung, berhasil membuatnya menengok dengan cepat. Walau dalam keadaan gelap, ia bisa melihat siluet putra keluarga Zhong berdiri tepat di ujung lorong menghadap dirinya.

Jisung menghembuskan napas lega. "Hah.. gue panggil-panggil dari tadi juga. Nyaut kek!"

"Ya.. lagian lu aneh, teriak-teriak gak jelas!"

Streg

"Mau kemana Le? Jadi makan ngga?" tanya Jisung ketika melihat sahabatnya menggeser pintu kaca di ujung lorong hingga terbuka lebar.

"Gue mau ngasih liat lu, tempat rahasia di rumah ini yang bagus banget. Gue jamin, lu pasti suka!"

Jisung memicingkan mata, berjalan pelan menghampiri Chenle. Jujur ia penasaran, tempat apa yang di maksud sahabatnya itu. Dari sedikit cahaya yang ada, ia bisa melihat balkon dengan tralis besi warna emas yang tingginya hampir menyamai pinggang Jisung. Dipegangnya tralis besi yang dingin itu, lalu melongok ke bawah. Dari tempatnya berdiri sekarang, terlihat halaman belakang rumah keluarga Zhong, sangat luas. Beberapa lampu taman yang kelihatan kecil memancarkan sinar kekuningan.

"Mana?" tanya Jisung, melirik Chenle yang juga sedang menatap ke bawah.

"Ikut gue!" Dengan sigap Chenle naik ke tralis besi, lalu loncat dan mendaratkan tubuhnya di bawah. Kejadian itu begitu cepat, membuat Jisung kaget setengah mati. Mulutnya sampai terbuka lebar. Adik sambung Jaemin ini heran, bagaimana bisa Chenle dengan mudahnya melompat seperti itu.

"Ayok, loncat cepet!" Ajak Chenle sambil melambaikan tangan ke arah Jisung.

Gue harus loncat juga nih? tanya Jisung dalam hati.

"Yaelah, buruan! Gue aja yang pendek, bisa.. AYOK!"

Jisung mulai memberanikan diri. Posisinya sekarang jongkok di atas tralis besi, bersiap untuk melompat mengikuti jejak si tuan rumah. Dari situ, ia bisa melihat Chenle yang masih melambaikan tangan ke arahnya.

Gara-gara Park Jisung || Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang