Langit mendung sore itu. Sejuk, angin bertiup pelan. Waktu yang biasanya memberikan ketenangan, begitu menyejukkan. Tapi tidak untuk kali ini. Dia, yang pikirannya tengah kalut menatap sinis orang di depannya. Jantung berdetak kencang. Sekujur tubuh terasa panas.
Belum juga semenit, ia berhasil membuat puluhan pasang mata menatap ke arahnya. Beberapa karyawan mencoba menenangkan Jaemin. Tapi dia berhentikan hanya dengan isyarat tangan. Tak mau yang lain ikut campur masalahnya.
“Minggir!” perintah Jaemin yang kedua kali dengan suara tinggi.
Bukannya menjauh, pemuda bertubuh ideal itu malah merasa tertantang. Dibukanya helm yang sedari tadi sudah ia kenakan. Kakinya melangkah pasti sambil melirik sekeliling. Rupanya sudah banyak karyawan berkerumun di sekitar mereka. Hatinya berkata ini situasi yang sempurna.
Jeein, ia mematung berdiri di depan pos security dengan helm di dekapan. Jantungnya berdegup kencang melihat pemandangan yang tak biasa ini. Dua seniornya bersitegang.
“Gua emang mau ngehajar lu, tapi nggak sekarang!”
“Apa? Soal Le Mineral?!”
“Gak cuma itu. Gua gak suka lu deket-deket sama cewek gua!”
Jeno mendengus geli. “Cewek lu? Siapa? Cewek lu yang mana?!” tanyanya dengan sorot mata tajam. Ia terus mendekat, sampai kini ekspresi wajah marah dan kecewa kakak Jisung itu bisa terlihat jelas. Jeno sedikit mencondongkan tubuhnya ke depan, mendekat ke telinga kiri Jaemin lalu berbisik, "Mana ada cewek, mau sama orang yang asal usul keluarganya aja gak jelas kayak lu?!"
BRUGH
"BANGSAAAT!"
Seketika teriak histeris serempak menguar. Beberapa orang, lari menjauh. Ada juga yang langsung mengaktifkan kamera ponselnya. Semuanya shock. Pun dengan Jeein yang langsung menjatuhkan helmnya, sembarang. Tubuhnya gemetar, kakinya lemas luar biasa. Tidak ada yang bisa ia lakukan selain terus berteriak meminta tolong yang lain untuk menghentikan perkelahian itu. Bagaimana tidak, bak orang kesetanan, Jaemin menghajar Jeno dengan membabi buta. Ia terus melayangkan pukulan tanpa henti pada wajah sempurna si tim marketing. Belum puas melihat Jeno babak belur, Jaemin mendaratkan bogeman keras tepat di ulu hati rivalnya.
“Arrgh! Siaalan!”
BUGH
Suasana makin mencekam. Tangis dan jeritan Jeein makin kencang ketika cairan merah segar mulai membanjiri wajah dan kemeja Jeno. Warnanya yang begitu kontras, membuat siapa pun yang melihat, bergidik ngeri.
Jangan kira orang-orang yang ada di sana hanya menonton saja. Beberapa sudah coba melerai namun tenaga mereka kalah kuat.
Benar-benar Jaemin tidak terima dengan perlakuan Jeno. Terlebih, saat keluarganya ikut terseret. Membuat Jaemin langsung gelap mata. Tau apa dia soal keluarga Na?
Jaemin yang mulai kehabisan tenaga, ditarik mundur. Ia merasa puas melihat Jeno babak belur. Penuh luka, tak berdaya. Jeno yang terkulai lemas, mencoba berdiri dengan sisa tenaga yang ada. Bak makhluk sembilan nyawa, ia berdiri tegak sambil menarik garis bibirnya, lebar. Dengan senyuman sinis Jeno berkata, “Harusnya, gua yang minta lu buat jauh-jauh dari dia.
“Gua kenal dia, jauh sebelum ada lu!” Punggung tangan mengusap darah yang hampir menutupi penglihatannya. Ingatan seperti memutar ke masa lalu. “Sekarang, gua udah jarang liat Selin ketawa. Senyum aja nggak ada. Lucu, ngedenger lu bilang kalo lu pacarnya?!” Masih mengatur napasnya yang berat, Jeno mulai berjalan, menyeret kaki ke arah Jaemin. Melihat hal itu, spontan Jeein berlari, memapah Jeno yang masih sempoyongan.
“Ninggalin cewek yang lagi nangis sendirian di restoran.. apa itu yang namanya pacar. Lu cowok apa bukan?!” teriak Jeno sambil menahan ngilu di sekujur tubuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gara-gara Park Jisung || Na Jaemin
Fiksi PenggemarSemuanya biasa saja. Sampai di mana, kehidupan Jisung mulai berubah ketika ia kalah taruhan dengan makhluk usil tak kasat mata. . . . "Kamu inget nggak, kapan terakhir kali call wa Abang?" "Hmm ... lupa. Udah lama banget" "Tadi pagi, nomor wa kamu n...