Happy reading 🐹
.
.
."Wanjiiirr!"
Syuuut
Pak
Dengan cepat kotak Pocky kosong melesat tembus melewati badan Jiyo. Ia bikin Jisung naik darah sekarang.
"Jangan ngadi-ngadi deh lu! Mana bisa begitu. Ayah aja jarang pulang!" Jisung murka. Menurutnya, tawaran Jiyo itu hal yang mustahil.
"Ya ... terserah sih. Tapi coba bayangin kalo aku nggak ngikutin kamu lagi. Kamu bisa bebas tanpa aku. Itu kan yang kamu mau? Hihi." kata Jiyo nyengir.
Jisung merebahkan badannya di kasur. Ia terlentang, matanya kosong menatap langit-langit kamar. Kalau dipikir-pikir, ide makhluk berponi itu menarik juga. Lepas dari sosok seperti Jiyo selama ini adalah salah satu keinginan terbesarnya.
Bagaimana tidak. Jiyo itu suka muncul tiba-tiba di sembarang tempat, bikin Jisung jantungan parah. Efeknya, Jisung jadi gampang capek dan mudah lapar. Belum lagi sifat manja berlebihan Jisung keluar tiba-tiba tanpa bisa ia kontrol. Jiyo seperti merasuki tubuh Jisung. Selama hampir sepuluh tahun seperti ini, rasanya risih banget.
Jisung memiringkan tubuhnya ke sebelah kanan, "HAHH!" Ia terperanjat, ketika mendapati tampang pucat Jiyo berada tepat di hadapannya sekarang. Jarak mereka berdua tidak lebih dari 10cm. Sangat dekat.
"Jadi gimana? Hihi."
"Bodo amaaatt!"
.
.
."Abaaaanggg ... " teriak Jisung menuruni anak tangga, menuju ruang tengah.
"Abang, aku tidur di kamar abang lagi ya-Langkahnya terhenti ketika matanya menangkap sosok pria yang nomornya tidak bisa ia hubungi tadi, tengah duduk di sofa bersama sang kakak.
Mampus gue, batin Jisung.
Jisung mematung. Ia bingung harus apa. Satu sisi senang ayahnya pulang, tapi di sisi lain... Sial! Makhluk itu tidak bohong. Ia kalah taruhan.
"Kenapa kamu?" Siwon berdiri menghampiri Jisung, "tumben banget kaya gini. Biasanya langsung meluk ayah"
"Ayah kenapa pulang? Ehm ... maksud a-aku kapan pulang. Kok nggak bilang-bilang dulu... Jisung sama abang kan, bisa jemput di tempat biasa." Jisung gugup setengah mati. Tangannya mengusak kecil rambut depannya, membetulkan poni.
Siwon memeluk erat tubuh si bungsu, "Nggak papa, sekali-sekali pulang sendiri. Lagian besok pagi ayah udah harus berangkat lagi" tangannya mengusap-usap pelan rambut belakang Jisung.
Siwon merasa anaknya yang paling manja kini bertambah tinggi. Hidungnya bisa mencium aroma lembut sabun Zwitsal dari tubuh Jisung.
Ia tahu betul, hanya sabun bayi itu yang cocok untuk kulit sensitif putranya. Pernah coba pakai merek lain, Jisung malah mengeluh gatal-gatal di sekujur tubuh sampai ia tidak berhenti menggaruk seharian.
"Kalo gitu aku tidur sama ayah aja, ya. Di kamarku hawanya nggak enak. Panas banget, banyak setannya." pinta Jisung.
Jaemin mendengus geli, "Setan juga males kali tidur bareng kamu, dek."
"Dih, abang apaan si?" Jisung menarik tangan Siwon menuju kamar utama. Sang ayah manut saja mengikuti keinginan si bungsu.
Ruang tengah kini kembali sepi. Hanya ada Jaemin di sana yang sedari tadi masih duduk di sofa favorit keluarganya. Sofa panjang dan empuk dengan gaya minimalis warna abu-abu. Rasanya malas sekali untuk pindah ke tempat lain kalau sudah duduk atau berbaring di sofa ini. Sangat nyaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gara-gara Park Jisung || Na Jaemin
FanfictionSemuanya biasa saja. Sampai di mana, kehidupan Jisung mulai berubah ketika ia kalah taruhan dengan makhluk usil tak kasat mata. . . . "Kamu inget nggak, kapan terakhir kali call wa Abang?" "Hmm ... lupa. Udah lama banget" "Tadi pagi, nomor wa kamu n...