Selamat membaca 🐹
.
.
."TMI?"
Chenle menaikkan satu alisnya, manatap Jisung yang tengah berwajah bingung. "Apa TMI lu hari ini?"
"Pagi ini, ehm.. gue cuci muka dua kali pake sabun lu yang mahal banget itu" kata Jisung nyengir-nyengir, sambil menumpuk balok kecil panjang, di paling atas.
"Anjir! Jan banyak-banyak bangsat! Sekali aja! Itu kalo abis susah lagi nyarinya, aakh!!" sergah Chenle disusul dengan gelak tawa keduanya. "Sekarang giliran gue" Ia melirik setiap sisi balok Jenga di hadapan. Ditariknya pelan kayu seukuran jari tengah, bernomor 25. Walau membuat susunan Jenga sedikit bergoyang, remaja berdarah asli negeri tirai bambu itu berhasil mencabutnya.
Chenle memicingkan mata, membaca tulisan kecil yang ada di salah satu sisi balok Jenga. "Minum segelas air dalam waktu 5 detik. Kyaaa haha" Matanya berbinar.
"Yaelah, gampang amat!"
"Haha. Bentar, ambil aer dulu" Chenle bangun dari duduknya, menuju dispenser di sudut dapur. Dengan cepat tangannya mengambil gelas bening dalam rak, lalu diisi air sampai hampir penuh. Ia kembali ke posisi semula, di samping si jangkung yang sedang duduk bersila menatap dirinya dengan bibir mengerucut.
Jujur, adik Jaemin itu merasa sedikit kesal. Pasalnya, dari sekian banyak balok Jenga yang dicabut, Chenle tidak pernah mendapat challenge yang sulit. Tidak seperti dirinya. Si anak emas, memang selalu hoki.
"Siap? Gue itung nih.."
"Siap!" Chenle mendekatkan gelas ke depan bibirnya.
"Tu, wa, ga. GO!!"
Glek glek glek
Keduanya larut dalam permainan sederhana yang lahir dari Afrika itu. Jenga, mencopot dan menyusun balok kayu, jadi pilihan untuk mengisi waktu libur mereka. Di setiap sisi balok Jenga, tertera sebuah pertanyaan atau tantangan. Chenle dan Jisung sepakat untuk menjawab dengan jujur atau melaksanakan tantangan yang ada. Jika tidak, akan dikenakan hukuman. Pun kepada siapa yang lebih dulu menjatuhkan tumpukan Jenga itu. Ini mereka lakukan agar permainan jadi makin seru. Sekarang giliran Jisung.
"Siapa yang kamu s-suka saat.. ini?"
"Wahahaha. Jawab lu!"
Jisung melirik ke kiri atas sambil berkata, "Ehm, siapa? Nggak ada"
"Yaelah Ji, gak mungkin gak ada. Gue tau lu, kali!"
"Siapa?"
"Tck, apa perlu gue spill ciri-ciri tu anak?" seru Chenle sampai membuat Jisung mengernyitkan alisnya.
Si tuan rumah mulai menyebutkan satu persatu ciri cewek yang mungkin saat ini ada di hati Jisung. Tiba-tiba Jisung berdebar. Yang sahabatnya maksud, memang jadi orang pertama yang terlintas di pikiran walau ia berusaha mengelak. Sepertinya, Chenle benar. Gadis jutek berlesung pipit. Ya, dia yang seharusnya Jisung sebut. Tapi..
Tumpukan Jenga yang tinggi dan makin miring, membuat keduanya tambah semangat untuk bermain. Beberapa kali Chenle mendapat tantangan yang cukup sulit, namun dengan mudah ia lewati.
Jenga masih tetap berdiri ketika Jisung dapat challenge makan makanan yang disuka. Kali ini, anak itu hoki. Mereka sepakat pergi ke Indomaret untuk membeli Pocky karena stok cemilan di rumah Chenle sudah habis semua. Ya, siapa lagi pelakunya kalau bukan si jangkung tukang makan. Jenga dibiarkan tetap berdiri untuk lanjut bermain sepulangnya mereka dari minimarket.
Jisung dan Chenle pergi dengan Scoopy si tuan rumah. Kali ini gantian, Jisung boncengin Chenle. Sang pemilik motor itu sebetulnya ngeri-ngeri sedap dibonceng si jangkung yang memang belum fasih betul berkendara. Satu-satunya yang ia lancar, hanya sepedahan saja. Tapi kalau tidak terus dilatih, mana bisa jadi lancar kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Gara-gara Park Jisung || Na Jaemin
FanfictionSemuanya biasa saja. Sampai di mana, kehidupan Jisung mulai berubah ketika ia kalah taruhan dengan makhluk usil tak kasat mata. . . . "Kamu inget nggak, kapan terakhir kali call wa Abang?" "Hmm ... lupa. Udah lama banget" "Tadi pagi, nomor wa kamu n...