Bukan Kamu

685 78 34
                                    

Happy reading 🐹
.
.
.

"Hihi"

Suara tawa menyambut sesampainya ia di lantai dua sekolah. Sontak membuat Jisung mengernyitkan wajah sambil menutup kedua telinga. Lirih, namun suara itu selalu berhasil membuatnya merinding. 'Anjirlah, jangan sekarang!' pinta Jisung dalam hati. Berharap dia yang dimaksud, bisa mengerti. Bayangkan saja, harus kembali lagi ke lantai dua yang hampir seluruh ruangannya kosong karena jam pelajaran sudah berakhir, ditambah suara sialan itu tiba-tiba muncul. Kalau bukan karena tasnya yang ketinggalan, Jisung mana mau. Rasanya ingin sekali berbalik badan lalu turun menemui Chenle untuk minta ditemani ke kelas. Tapi emang dasarnya ini anak mageran, Jisung lebih memilih lanjut jalan sambil pura-pura budeg.

Pandangannya lurus ke depan, Jisung jalan santai sambil sesekali hamming. Biar gak sepi-sepi amat. Kelasnya yang berada di pojok lantai dua membuat ia wajib melewati beberapa ruang kelas lain. Dimana ruang kelas yang ia lewati sebetulnya 'nggak kosong-kosong amat'. Tapi justru itu yang membuat napasnya jadi sesak sekarang.

Tiba-tiba langkahnya terhenti di depan pintu salah satu kelas. Ekor matanya sebelah kanan menangkap sosok siswi yang tak asing, duduk sambil mengusap pipi yang basah. Jisung melirik sebentar. 'Apa gara-gara gue cium tadi ya?' batin Jisung. Ia memilih pergi membiarkan gadis itu. Mungkin memang butuh waktu untuk sendiri, pikirnya.

Sesampainya Jisung di depan ruang 11A, ia berpapasan dengan dua teman kelasnya yang terlihat siap untuk pulang.

"Lu berdua mau kemana?" tanya Jisung

Arin dan Boa saling lirik. "Mau pulang, Ji. Kenapa?" jawab Arin melembutkan suaranya

"Gue liat Sunny di kelas 11C lagi nangis tuh. Kenapa dah?"

Mendengar nama si bendahara disebut, Arin mendadak kegerahan. Sambil mendengus ia berkata, "Ya mana gue tau!"

"Samperin gih! takut kenapa napa. Duit kas ilang kali?"

"Tck, ya udah iya iya gue sama Boa kesana"

Setelah memastikan dua siswi itu pergi menghampiri Sunny, Jisung bergegas menuju bangkunya di baris belakang. Buru-buru ia merapikan alat tulis yang masih berantakan. Setidaknya ia bisa bernapas lega sekarang karena Sunny tidak lagi sendiri. Dan beruntung, di dalam kelasnya masih ada beberapa murid yang belum pulang.

 Dan beruntung, di dalam kelasnya masih ada beberapa murid yang belum pulang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dengan tas hitam di punggung, Jisung keluar kelas. Belum sampai lima langkah tubuhnya meninggalkan ruangan, ia berhenti tiba-tiba. Kakinya terasa berat. Mata si jangkung membulat menatap lorong di hadapan. Dan ini adalah satu hal yang tidak ia suka di sekolah. Berjalan melewati lorong lantai dua yang sepi, sendirian. Bahkan, riuh suara murid-murid di lapangan terdengar samar.

Beberapa kali tangannya menepuk-nepuk telinga yang berdengung. Jika sudah begini, ia harus cepat turun. Kalau tidak, Jisung bisa pingsan atau lebih buruk dari itu.

Gara-gara Park Jisung || Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang