Minta Maaf

623 89 8
                                    

Selamat Membaca 🐹
.
.
.

"Mau kemana?" Jaemin melebarkan mata saat si bungsu menuruni tangga dengan ransel besar di gendongan. Yang ditanya berhenti, tertunduk menatap sepatu talinya yang sudah jelek.

Bukannya menjawab, Jisung acuh saja menyambung langkah dengan gontai menuju pintu utama. Sudah pasti membuat putra pertama Siwon naik darah. Ia mendengus. Urat lehernya sampai menegang semua. Dengan sekali hembusan napas, Jaemin berkata, "ABANG NANYA, DIJAWAB! BUKAN NYELONONG AJA KAYA GITU!" bentaknya.

Jisung mengurungkan niat untuk menarik kenop pintu yang digenggamnya sekarang. "Aku nggak ngikutin Abang lagi. Ini kan, yang Abang mau?!" Matanya menatap pintu di hadapan. Sesekali alisnya mengkerut, menahan bom emosi di hatinya yang hampir meledak. "Nggak usah lebay, Bang. Aku cuma ke rumah Chenle" lanjutnya.

"Besok, Abang yang anterin kamu ke sana. Sekarang udah malem"

"Apa bedanya aku ke rumah Chenle sekarang.. sama aku ke rumah Chenle dianter Abang besok?! Toh, sama aja aku bakal tetep dibuang ke sana. Nggak mau ganggu Abang sama Mbak Selin lagi!"

"Kamu tu, masih tanggung jawab Abang! Lupa ya, kemaren baru aja dapet poin di sekolah?"

BRUG

Si bungsu menjatuhkan ranselnya tiba-tiba. Ia memicingkan mata, melirik tajam ke arah Jaemin. "Aku bisa dapet poin bangsat itu kan, gara-gara Abang!" sergah Jisung.

"JISUNG.. MULUT KAMU!!" Jaemin berdiri dari duduknya. Hatinya memanas, emosinya seakan mendidih di ubun-ubun kepala. "Masuk kamar! Kamu mau, Abang laporin Ayah, hah?" titahnya.

Jisung mendengus geli. Ia benar-benar jengah dengan sikap kakaknya yang banyak memerintah. "Aduin aja ke Ayah. Aku bisa aduin Abang balik!

"Gara-gara Abang make over aku kayak anak bandel, jadi banyak yang gak suka sama aku. Tanggung lah, mending bandel beneran sekalian!"

"NA JISUNG!" teriak Jaemin ketika melihat si bungsu mengabaikan perintahnya dan memilih keluar dari rumah.

Putra keluarga Zhong ternyata sudah menunggu di depan pagar dengan motor Scoopy nya. Melihat Jisung keluar rumah berwajah tegang, membuat Chenle tak enak hati. Apalagi teriakan Jaemin tadi, terdengar sampai keluar.

"Udah ijin bang Jaemin, kan?"

"Ngapain ijin segala?" Jisung mendudukkan dirinya di jok belakang.

"Lah, gue kaya bawa kabur anak gadis orang, anjir!"

"Tck, udah cepet gas!"

Chenle melajukan sepeda motornya, kencang. Sesekali ia melirik kaca spion sebelah kiri. Terlihat wajah si jangkung semerah tomat sekarang. Dalam hati masih bertanya-tanya, tentang apa yang sebenarnya terjadi pada teman sebangkunya itu. Yang jelas, Jisung tidak terlihat baik-baik saja. Chenle memilih diam, mengurungkan niatnya untuk bertanya. Ia membiarkan Jisung larut dalam emosinya yang masih memuncak saat ini.

.
.
.

Tak

Kruk kruk kruk

Untuk saat ini, mengunyah batang Pocky rasa semangka adalah yang terbaik. Setidaknya, tidak membuat mood nya makin buruk. Jisung duduk dengan kaki terjulur lurus ke depan. Punggungnya bersandar pada sisi kasur, menatap kosong pigura di dinding kamar sahabatnya. Beberapa piagam penghargaan dan foto Chenle membawa piala membuat hatinya terenyuh. Ia iri? Tidak. Hanya penasaran saja. Andai Chenle yang jadi adik, kakaknya. Apa si anak emas itu akan merasakan hal yang sama seperti yang dirasakannya sekarang?

Gara-gara Park Jisung || Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang