Happy reading 🐹
.
.
."Itu muka apa kardus? Masih pagi udah ditekuk tekuk begitu."
Brak
Jisung membanting tas gambloknya di atas meja, menarik kursi dan langsung duduk tanpa membalas sapaan teman sebangkunya itu.
Dalam perjalanan menuju sekolah, Jisung terus-terusan seperti ini. Wajahnya lesu tanpa ekspresi. Hatinya masih sedih ditinggal sang ayah pergi tanpa sempat berpamitan dengannya.
Salim, salah satu ritual kecil mencium punggung tangan sang ayah menjadi hal yang spesial bagi Jisung dan kakaknya ketika melepas kepergian ayah mereka. Mengingat profesi Siwon yang memiliki resiko kerja cukup besar, mereka tak pernah tahu kapan ritual itu menjadi kegiatan terakhir dengan sang ayah.
Jisung menatap papan putih besar di depan kelas, yang masih penuh dengan goresan spidol tulisan tangan temannya Minggu lalu. Ia langsung memalingkan wajah, ketika ekor matanya sebelah kanan menangkap samar sosok yang mirip dengannya duduk bersila di atas meja guru. Tangan pucatnya mengusak kecil rambut depan, merapikan poni sambil nyengir nyengir. Tentu dia bukan siswa sekolah ini.
Yaelah ... dia lagi, batin Jisung.
"Balik sekolah ikut gue sparing basket, yuk!" ajak Chenle, teman sebangku Jisung.
Remaja berdarah asli negeri tirai bambu ini, sudah menjadi teman sebangku Jisung sejak awal mereka masuk SMAN 112 dua tahun lalu. Jisung sangat akrab dengan keluarga Chenle. Seringnya Jaemin menitipkan adiknya di kediaman keluarga Zhong, membuat Jisung sudah dianggap seperti keluarga sendiri.
"Nggak, ah. Males gue" jawab Jisung cepat. Ia menjatuhkan dahinya di atas meja. Rasanya malas sekali untuk beraktivitas hari ini. Badannya terasa berat.
Chenle mendengus. "Dua mangkok mie ayam pak Bos, plus segelas gede es teh manis. Deal?"
Jisung mengangkat kepalanya, mengacungkan jari telunjuk ke arah Chenle. "DEAL!" kata Jisung mendadak semangat.
Mie ayam pak Bos memang yang terbaik. Apalagi kalau lebih dari satu mangkok. Sungguh rejeki anak Soleh.
.
.
."AWH!" teriak pemuda yang duduk di pojok ruangan memegangi pipinya sebelah kiri. Pipinya memerah bekas kena jepretan karet gelang. "Sialan, gue diselepet! SIAPA NIH, WOY!" Ia mengerutkan alis. Berdiri dari kursinya, menatap ke sekeliling ruang kantor mencari si pelaku.
"Apaan sih mas Jun? Berisik deh." Kata Siska yang duduk di depannya.
"Ada yang nyelepet gue pake karet! Sakit banget anjir."
"Hahaha" Siska tergelak.
Hampir seisi ruangan menengok ke arah pemuda yang akrab di sapa mas Jun ini, karena teriakannya yang super ngagetin tadi. Tapi, cuma satu orang yang tidak bergeming sedikit pun.
Dia, yang memakai setelan serba hitam lengkap dengan sepatu tali merk Converse, sedang mati-matian menahan tawa. Matanya memang menatap layar komputer, tapi mas Jun tau itu cuma acting. Ia menghampiri pemuda itu.
"ADUH! MAS JUN ... SAKIT!"
"Masih pagi udah nyari ribut lu, ya! Mampus lu!" Lengan Mas Jun mendekap leher Jaemin sekuat tenaga.
"Ampun mas Jun. Astagfirullah, mati dah gue gaga bisa napas ini!" Jaemin berusaha lepas dari pitingan mas Jun, tapi percuma. Tenaganya kalah besar.
"Bodo amat!" Mas Jun gemas setengah mati.
Kelakuan mereka berdua mengundang gelak tawa seisi ruangan. Jaemin dan mas Jun, hampir setiap hari seperti ini. Tak salah kalau banyak karyawan yang menyebut mereka sebagai Tom & Jerry Kreasindo, karena tingkah konyol keduanya yang sesalu berhasil membuat siapapun yang melihat tertawa sampai sakit perut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gara-gara Park Jisung || Na Jaemin
FanficSemuanya biasa saja. Sampai di mana, kehidupan Jisung mulai berubah ketika ia kalah taruhan dengan makhluk usil tak kasat mata. . . . "Kamu inget nggak, kapan terakhir kali call wa Abang?" "Hmm ... lupa. Udah lama banget" "Tadi pagi, nomor wa kamu n...