25. Jus Apel

1K 184 257
                                    

Dipta menatap dengan kedua alis tertaut, ke arah sekumpulan manusia bobrok yang berkumpul di depan pintu rumahnya, di hari yang masih sepagi ini. Itu pun, hanya mengenakan kaus oblong dan celana pendek.

"Ngapain lo pada ke sini?" tanya laki-laki itu pada kelima temannya. "Nggak pada sekolah apa?"

"Ngapain lo sekolah?" Leo balik bertanya, heran sendiri melihat Dipta yang sudah mengenakan seragam rapi. "Rajin amat."

Bola mata Dipta merotasi. Ia berdecak sekali. "Ini, kan, hari senin, bege. Sekolah masuk." Ia menoleh sekilas ke belakang, lalu membuka pintu depan lebih lebar guna memberi jalan pada adik kembarnya yang kini sibuk membetulkan posisi jam tangan pada pergelangan tangan kiri.

"Udah siap? Berangkat sekarang--" Setya menghentikan kalimat, menatap dengan kening berkerut teman-teman setim basket kakaknya di depan pintu rumah. "Kalian nggak sekolah?"

"Tau tuh," sahut Dipta. "Parah banget bolos sekolah berjamaah."

"Hei! Sembarangan aja kalo ngomong," balas Dimas tak terima. "Bloon-bloon gini, gue tetep taat aturan tau. Nggak terima gue, dedikasi gue dipertanyakan."

"Sa ae lu, kudis bison." Bisma yang kala itu berdiri di samping kiri Dimas langsung menggeplak salah satu sisi bahunya.

"Kita besok, kan, ada turnamen." Haris memberitahu. "Makanya, hari ini dikasih libur. Buat persiapan."

"Sambil mengistirahatkan hati yang lelah karena tak kunjung mendapat kepastian," timpal Leo nyeleneh, yang langsung mendapat toyoran dari Rico.

"Omongan lo polusi banget." Rico meledek. Lelaki yang tampak mengenakan kaus hitam tanpa lengan itu kini merogoh saku celana, mengeluarkan Snack bar dari dalam sana dan memakannya.

"Kok lo nggak bilang-bilang kalo beli soyjoy tadi? Tau gitu gue minta beliin sekalian," protes Dimas. Ia mencebikkan bibir, memasang wajah melas sambil mengelus perutnya. "Gue juga laper. Habis Jogging dari subuh trus belom sarapan."

Mereka berlima—Dimas, Leo, Haris, Rico, dan Bisma—baru selesai jogging, dan mampir sekalian ke rumah Dipta karena kebetulan lewat.

"Dih, Jogging apaan lo?" sahut Haris. "Orang kita lari, lo jalan. Mana nggak keringetan juga."

"Bangke lo pada, jogging nggak ngajak-ngajak," kesal Dipta.

"Kalo ngajak juga nggak bakal gue bolehin pergi." Setya mengarahkan pandangan pada Kakak kembarnya. "Jangan lo kira gue nggak tau kalo semalem lo demam tinggi dan mimisan," ucapnya pelan.

Dipta langsung terdiam mendengar itu. Kehilangan kata-kata.

Setya mengulum senyum tipis. "Hari ini jangan capek-capek, ya. Istirahat. Kumpulin tenaga buat turnamen besok." Ia menoleh pada anak-anak basket yang lain. "Ada makanan di dalem, kalo kalian mau makan. Gue berangkat dulu."

***

Carissa memasukkan seragamnya ke dalam loker, setelah menggantinya dengan pakaian olahraga. Jam kedua hari ini adalah olahraga, dan materi minggu ini permainan bola basket, permainan yang digemarinya.  Setelah selesai, ia menuju ke arah lapangan, menyusul beberapa temannya yang sudah berbaris di sana.

"Hei. Sendirian aja." Senyum di wajah gadis itu terkembang ketika dirinya melangkahkan kaki menuju bangku panjang di tepi lapangan, menghampiri seorang siswa yang kini tampak sibuk dengan catatannya. Ia menggerakkan tangan memayungi mata karena silau. Tempat duduk ini terkena cahaya matahari langsung, tanpa ada teduhan.

"Neduh, Mas Pras. Di sana masih banyak tempat duduk adem. Di bawah pohon," gemas Carissa sembari menunjuk bangku panjang di sisi seberang lapangan, di bawah pohon besar. "Nggak panas apa di sini? Boleh nggak ikut olahraga kok nggak neduh sekalian."

HUMMING HEART [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang