When you hear the birds
Know it's me, just saying hello
From the clouds, I won't be coming down
My little dancer, This isn't the end
Cause I'll still be in the sky
As my little dancer's boyfriendCarissa memelankan langkah ketika dirinya tiba di ambang pintu ruang kelas. Berdiri cukup lama di sana, dengan menyandarkan sebelah bahu pada kusen pintu. Kedua sudut bibirnya tertarik kala mendengar suara merdu Setya, juga permainan gitarnya yang menentramkan hati. Lelaki itu seakan memiliki sihir dalam suara lembutnya.
So come and grab my hand
And we can do a dance while we still have a chancePetikan gitar-juga nyanyian-Setya terhenti ketika sepasang matanya mengarah pada gadis berambut brunette yang berdiri di ambang pintu itu.
"Kok berhenti?" Carissa berderap memasuki ruang kelas.
Setya menggeleng pelan. "Nggak apa-apa," ucapnya lalu menyandarkan gitar tersebut ke kaki meja. "Lo nggak gabung sama yang lain?"
"Ke mana?"
"Ke aula. Latihan buat tampil lusa," jawab lelaki itu. Hari ini, dan juga tiga hari ke depan, jadwal pembelajaran ditiadakan. Waktu yang ada digunakan untuk remedial, UTS susulan, dan classmeeting. Itung-itung melepas penat sehabis mengerjakan seabrek soal ujian.
"Ngapain gue ke sana? Partner duet gue, kan, di sini." Carissa balas bertanya. "Lo sendiri, kenapa nggak ke aula sama yang lain?"
"Nanti aja sekalian." Setya mengeluarkan buku paket biologi dari dalam tas dan membacanya sekilas. "Setengah jam lagi gue ada UTS susulan."
"Lo belajar nggak belajar juga pasti bakal dapet nilai tinggi," celetuk Carissa.
"Belajar itu biar paham, biar ngerti. Bukan biar dapet nilai tinggi."
"Tinggi ya, Mas, omongannya?" goda gadis itu.
Netra cokelat Setya tampak sedikit menyipit ketika sudut bibirnya tertarik. "Oh, tentu dong. Siapa dulu yang ngomong?" balasnya.
"Siapa emang?"
Setya memberi isyarat dengan tangan kananya, agar Carissa mendekat. Gadis itu pun memajukan wajahnya. "Pacar," bisiknya, yang seketika merekah kan senyum di wajah gadis itu.
"Udah official nih sekarang?" tanya Carissa, berusaha untuk kalem, meski sejujurnya ia ingin sekali menjerit karena saking senangnya. Satu kata itu jadi kado terbaik di ulangtahunnya.
Lelaki itu mengangguk, mengulum senyum. Ekspresi wajah yang ia tunjukkan tampak bahagia-karena memang begitu. Namun di balik itu semua, ada sakit tak tertahan yang lagi-lagi menghinggapi dada. Rasanya seperti ada jarum yang menusuk-nusuk dinding jantungnya. Kedua tangan Setya yang berada di laci meja mengepal kuat, mati-matian menahan sakitnya.
"Gue mau lo. Untuk jadi cinta pertama sekaligus yang terakhir buat gue," ucap Setya. Karena gue nggak tau, berapa lama gue bisa bertahan setelah ini, setelah gue ngelanggar pantangan yang paling mengancam nyawa gue-jatuh cinta sama lo.
"And I want you--" Carissa menghampiri Setya, melingkarkan kedua lengan pada leher lelaki itu, memeluknya dari belakang. "to go out with me tonight."
Ya Tuhan, kenapa harus sedekat ini?
Debar jantung Setya semakin tak terkendali. Sakit sekali. Tetapi, tidak. Ia tak boleh menunjukkan sakit itu di hadapan Carissa.
"Ke mana?" tanyanya, berusaha tetap tenang. Perlahan, ia melepaskan lengan Carissa yang melingkar di lehernya.
"Dinner di tempat gue, sama Mama. Mama gue pulang ke Indonesia nanti sore btw," jawab gadis itu. "Gue pengen kenalin lo ke Mama."
KAMU SEDANG MEMBACA
HUMMING HEART [Completed]
Fiksi RemajaCan you fall in love without feeling that beat? Sudah menjadi rahasia umum kalau jantung akan berdebar lebih kencang saat seseorang jatuh cinta. Seakan, ada letupan kebahagiaan yang membuncah di dada. Sensasi itu menggelikan untuk orang normal. Namu...