The Abyss #9

4.9K 773 139
                                    

"Bahwa aku pernah menghilangkan segala keyakinan ke jurang yang paling dalam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bahwa aku pernah menghilangkan segala keyakinan ke jurang yang paling dalam. Hentakannya mendorongku jatuh, ditarik oleh dasar yang sarat kegelapan. Maut itu datang seperti malam-malam saat aku kesepian."




...





"Sudah?"

Jeno yang baru saja menutup pintu ruangan latihan menoleh sejenak, terlihat Jaehyun sedang menatapnya dengan tangan mengangkat barbel 5 kg.

"Mengantar bocah tadi? Iya sudah," jawabnya acuh tak acuh. Pria berhidung bangir itu berjalan pelan menghampiri Jaehyun.

"Kau tidak membocorkan nama-mu, bukan? Jeno? Anderson? Tadi wajah kita benar-benar terlihat."

Di dalam kontrak WFF, nama asli petarung harus dirahasiakan seketat mungkin. Bahkan jika keluarga petarung tidak mengetahui identitas mereka, maka itu akan lebih baik. Pada beberapa kondisi, petarung memang akan merahasiakan pekerjaan mereka dari keluarga agar informasi tidak bocor. Kontrak WFF yang mengerikan juga bisa membuat keluarga petarung ketakutan dan bertindak gegabah.

Mereka bertiga yang sejak awal memang sudah kehilangan keluarga tentu bergerak dengan cara yang berbeda. Orang asing adalah peringatan bahaya bagi mereka, itu sebabnya dunia para pria itu begitu sempit. Mereka tidak punya teman lain. Tiga sekawan itu khususnya Jeno, adalah petarung yang digadang-gadang akan membawa banyak keuntungan bagi WFF. Identitasnya dijaga bak harta karun kuno hingga menyebut namanya saja termasuk hal yang tabu.

"Tenanglah, aku bahkan mengenalkan diri padanya secara terang-terangan," jawab Jeno dengan senyum tipis.

Alis Jaehyun berkerut mendengar jawaban itu, hal yang sangat aneh terus terjadi pada pemilik title world champion itu hari ini.

"Kenapa kau melakukannya, bodoh? Sejak tadi aku khawatir sudah membocorkan namamu padanya, dan seenak jidat kau justru berkenalan tanpa kuketahui," protes si pria Jung dengan raut kesal.

"Memangnya kenapa? Dia masih kecil, lihat saja wajahnya yang ketakutan itu. Kau pikir dia masih bisa mengingat namaku?"

"Tapi keluarganya petarung di sini, Jen. Bagaimana kalau dia bercerita pada kakaknya dan melaporkanmu pada atasan?"

Jeno terdiam sejenak. Benar juga, pikirnya. Bagaimana bisa dia percaya semudah itu dan membocorkan identitasnya pada bocah asing yang sedang tersesat? Bodoh sekali.

703Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang