"Jaemin adalah masa lalunya yang indah. Bertemu dalam dusta yang dikepung oleh kuasa. Waktu berdentang, bergerak mengalahkan detak yang berpacu. Mengalahkan keinginannya untuk lari, lari yang jauh."
NOMIN 18+
Jaeyong, Markhyuck, Luwoo
MAFIA
DARK
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Kehidupan punya banyak titik balik, ada pintu menuju ribuan tujuan baru. Tapi aku selalu saja kembali padamu."
...
Jeno memandang pintu berwarna putih di depannya dengan ragu. Bau rumah sakit yang begitu khas membuat paru-parunya bekerja lebih keras. Belum lagi gugup yang datang membayang, terdengar detak iringan jantung tak karuan. Dia akan bertemu sosok dalam mimpinya beberapa hari yang lalu. Pemilik paras rupawan yang mengisi tiga per-empat otaknya setiap waktu. Na Jaemin, bahkan untuk mengeja nama itu dalam batin pun Jeno bergetar.
Kemarin, Jaehyun datang dengan kabar bahwa Yuta sudah melunak. Membuka hati untuk Jeno datang dan meyakini bahwa sang adik tak akan kesetanan. Dia ber-ikrar sudah menjelaskan segala yang perlu dilontarkan, dan Jaemin pun sudah mencoba paham.
Kali ini, tinggal Jeno yang butuh keberanian.
Tiba-tiba pintu itu terbuka dari dalam, menampilkan sosok lain yang tidak begitu asing baginya.
"Oh, Tuan Hellboy? Silahkan masuk!" ujar pemuda itu dan bergeser memberi jarak.
Mendengar suaranya membuat Jeno ingat, dia adalah salah satu kawan Jaemin yang ikut jadi sandera, Lee Taeyong.
Pemimpin stone cold itu akhirnya masuk, kemudian bertemu dengan tatapan dua orang lain di dalam. Meneguk ludahnya susah-susah, dia mencoba bersuara. "Selamat siang!"
Semua yang ada di sana -kecuali Jaemin tentunya- membungkukkan badan dan membalas ucapan salam itu. Mereka terkejut sekaligus kebingungan karena Jeno terlihat seperti orang super sopan sekarang. Bukankah dia pimpinan tertinggi wilayah ini yang terkenal sangat kejam?
"Ba-bagaimana kabarmu, Na?" katanya sembari menggaruk tengkuk, padahal tidak ada se-ekor semut pun yang berjalan di sana.
Haechan yang sejak tadi diam tiba-tiba terbatuk keras. Pemandangan di depannya kali ini benar-benar luar biasa. Batuknya baru bisa berhenti saat dia menangkap tatapan melotot dari Taeyong yang ada di belakang Jeno.
"Aku baik," balas Jaemin acuh tak acuh. Mata cokelat itu hanya menunduk dalam, mengabaikan onyx hitam yang tengah mengadu padanya.
"Oh begitu ya, syukurlah. Kalau kau mau sesuatu bisa langsung sampaikan saja!" ujar mantan petarung WFF itu.
Suasana ruangan menjadi sangat canggung sekarang. Jeno hanya berdiri memandang ranjang rumah sakit Jaemin, sementara yang lain saling bertatapan dalam bisu. Bunyi detik dari gerak jarum jam menjadi satu-satunya pengiring dalam hening.
"Maaf sebelumnya, apakah Tuan Hellboy ada perlu sesuatu?" Suara Taeyong membuat orang yang tadi melamun langsung terkesiap.
"Ak-aku hanya ingin mengecek keadaan Nana saja!" jawabnya dengan terbata-bata.