Segredo #12

4.4K 617 80
                                    

"Dalam sebuah plot yang mengalir dan jauh dari muram durja, ada batu-batuan yang bisa memutar arah dari aliran-nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dalam sebuah plot yang mengalir dan jauh dari muram durja, ada batu-batuan yang bisa memutar arah dari aliran-nya."



...




Proses operasi Jaemin berlangsung selama dua jam dan diiringi berbagai doa dari banyak orang. Ruang tunggu menjadi penuh sesak oleh semua yang sedang berharap pada hasil kerja para dokter di dalam.

Yuta keluar dari ruang operasi dengan ekspresi yang tidak terbaca. Jeno dan Taeyong adalah dua orang pertama yang berdiri dari kursi dan berjalan mendekati mantan petarung berjuluk wolverine itu.

"Bagaimana?" Suara Jeno terdengar putus asa. Matanya menatap lurus manik Yuta dan mereka beradu selama se-persekian detik dalam keheningan.

"Proses operasinya lancar, tapi Jaemin masih kritis. Pasokan darah yang cukup benar-benar membantu kami untuk melakukan rontgen. Aku amat sangat bersyukur karena tidak terjadi vulnus sclopetorum. Di banyak kasus, dengan senjata pengawal rendahanmu yang terkenal canggih itu, tertembak di ujung jari pun bisa membuat pasien mati," jelas Yuta dengan nada ketus.

Tubuh dan pikiran kakak kandung Jaemin itu lelah setelah memimpin operasi pengangkatan peluru dari bahu adiknya yang selama empat tahun ini menghilang.

Lucu, bukan?

"Aku tahu kau khawatir, tapi jangan muncul di hadapannya dulu untuk beberapa waktu ke depan!" kata Yuta, masih menatap pemimpin stone cold di depannya.

"Maksudmu?"

"Jaemin lari karena terkejut melihatmu dan ingin menghindarimu. Kalau hal pertama yang dia lihat setelah sadar adalah wajahmu, apa yang kau harapkan?"

Na Yuta dan sarkasmenya adalah perpaduan yang luar biasa. Dan ia selalu berhasil, hati Jeno seperti diiris mendengarnya.

Pimpinan rumah sakit itu melenggang pergi dengan tubuh masih dibalut perlengkapan tempur. Bahkan sarung tangan Yuta masih dipenuhi bercak darah.



Taeyong kembali duduk di kursi dan memeluk Haechan yang kini menangis haru. Mereka berdua menjadi pihak paling dilema sejak peristiwa penembakan itu terjadi.

"Kita harus berterima kasih pada Jungwoo!" kata Haechan sambil sesenggukan.

"Kau benar, dia masih di ruangan bersama dokter yang tadi mengambil darahnya. Besok aku akan meminta ijin pada tuan Kyungsoo untuk tidak mengikutsertakan mereka di dapur selama beberapa waktu hingga benar-benar pulih," jawab Taeyong yang kini mengusap punggung sahabatnya dengan lembut.

703Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang