Wolf's Bane #21

1.8K 267 328
                                    

"Bunga paling cantik menimbun racun di balik kelopaknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bunga paling cantik menimbun racun di balik kelopaknya. Membuat para lebah buta bahwa kuncupnya berbahaya. Aku sendiri adalah lebah paling bodoh di dunia."




...




"Kau tidak rindu padaku?"

Jaemin terdiam menatap sosok yang jadi satuan kacaunya selama empat tahun belakangan. Seolah isi tubuhnya ditelan mentah-mentah demi memaksa lupa pada setiap luka dan derita yang dicipta pria di depannya itu. Memorinya yang lekat tergambar sebagai iblis bertanduk api sirna selama sepersekian detik. Eloknya berubah jadi malaikat berjubah putih yang anggun, yang mampu membuat Jaemin mabuk dan hampir hanyut tertidur.

Namun, secepat itu juga ia terbangun.

"Cih! Rindu katamu? Aku saja ingin muntah sejak mencium bau busukmu di ruangan ini," cercanya tanpa basa-basi. Dia memang suka terus terang, terlebih jika menyangkut kata makian.

"Baiklah, maafkan aku! Empat tahun ini bukan waktu yang baik untuk dikenang, pasti kau juga melihatku sebagai orang yang sangat jahat. Tapi, Na, tidak bisakah kau menyingkirkan itu semua sedikit lebih lama dan tetap patuh dengan aturanku di sini?"

Lee Jeno bertanya masih dengan nada lemah lembut, tidak mau memberi penekanan pada kekasihnya yang masih dibalut pakaian rumah sakit.

"Kau pikir aku punya pilihan? Kau pikir aku mau kabur begitu? Kalaupun bisa, aku sudah melakukannya lebih awal," jawabnya ketus. Hampir saja dia mengumpat di depan muka ketua stone cold.

"Iya iya," sahut pemuda Lee lembut, bahkan muncul senyum tipis di bibirnya.

Perlahan pria itu berjalan mendekati ranjang tempat Jaemin duduk. Tiap langkahnya dihadiahi tatapan tidak suka dari pemuda manis di sana, tapi Jeno tetaplah acuh.

Lututnya sudah menempel pada besi ranjang, dan dia masih berdiri dengan kedua tangan terkubur dalam saku celana. Pandangan Jeno lurus menatap si cantik yang tetap merengut kesal, dan tawa renyah keluar dari suaranya.

Pria itu tertawa hingga kepalanya mendongak ke atas. Entahlah, situasi mereka masih terlalu canggung untuk bertindak seluwes itu.

"Kenapa kau tertawa?"

Selagi menggelengkan kepalanya dia menjawab, "Bukan apa-apa, aku hanya teringat saat kau selalu tersesat di gedung WFF dulu!"

Jaemin mendelik dengan tatapan tajam, kali ini benar-benar tajam. Tak habis pikir, bisa-bisanya pria itu mengungkit masa lalu yang menjadi bahan paling dilarang untuk diajukan sebagai topik pembicaraan? Mencoba mengingatnya saja membuat tubuh Jaemin bergidik ngeri. Duh, memori itu benar-benar mimpi buruk yang terus saja hidup.

703Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang