⭐️KlaLa-18⭐️

30.2K 4K 262
                                    

Tekan vote dan ramaikan komentar⭐️ Tembus 100 komen baru up😾

~~~~

Klarez tarik lagi perkataannya perihal tak mau melihat Ila lagi, begitu mendengar kabar bahwa Ila masuk rumah sakit, Klarez nangis kejer.

Dia memaksa kedua orang tuanya agar mengantarnya ke Rumah Sakit, pasalnya ini sudah jam 12 malam.

"Udahan nangisnya abang, Ila pasti gak papa." bujuk Klara pada putra satu-satunya itu.

Klarez tak berhenti menangis, dia merasa bersalah karena ucapannya tadi siang, dia merasa sudah sangat jahat pada Ila.

"Huaaaaa..hiks..Ilaaa..hiks..mamii Ila pasti..hiks..gak..papa..hiks..kan?"

Klara mengangguk yakin, sementara Arez mencibir tanpa suara. "Paan sih, drama, cengeng." dih si bapak gak ngaca, dianya lebih cengeng.

Klara mencubit paha suaminya kuat, yang dicubit sontak kaget dan meringis kesakitan, dia menatap pilu Klara.

Matanya memerah dan mulai berair.

"Hiks..Kak Klara..hiks..jahaaat huaaaaaaaaa." untung saja yang nyetir Klara, kalau tadi Arez apa gak tabrakan mereka sekarang.

Mendengar Papinya nangis, Klarez makin kejer, sementara Klara santai saja, udah biasa juga denger mereka nangis haha.

Perjalanan menuju rumah sakit akhirnya selesai, Klarez langsung lari masuk ke Rumah Sakit, tak memperdulikan Mami dan Papinya dibelakang.

Klarez khawatir, Ila jarang sakit dan sekali sakit malah masuk RS.

Untung tadi Tante Amaya sudah memberitahu nomor kamar Ila berapa, sesampainya Klarez di kamar inap Ila, dia sempat terdiam.

Klarez mendengar gumaman Tante Amaya di kamar itu, gumaman disertai isakan lirih.

Sial, jantung Klarez berdegub semakin cepat, dia panik.

Baru saja dia hendak membuka pintu, ucapan Amaya membuat Klarez membeku, jantungnya serasa copot dari tempatnya.

Wajahnya pucat seketika, air mata tak bisa ditahan, dengan cepat Klarez membekap mulutnya sendiri, menahan isakan yang kapan saja bisa keluar.

"Enggak..hiks..ini gak mungkin.." isak Klarez pilu.

Bagaimana dia bisa menerima semua ini, Klarez gabisa..dia gak sanggup jika suatu saat hal itu harus terjadi.

"Kla, kenapa gak masuk?" pertanyaan itu menyentak Klarez seketika, dia langsung menyeka air matanya.

"Gak papa Mi, Klarez tadi nungguin Mami." kilahnya langsung.

Klara mengangguk, mereka masuk ke kamar inap Ila, saat itu Ila masih terjaga dan saat ini tengah mengelus rambut Lilo.

Lilo tidur terduduk dikursi sebelah ranjang Ila. "Assalamualaikum"

Baik Ila dan Amaya menoleh, mereka membalas salam Klara secara serentak.

Klarez langsung berlari dengan kedua tangan yang terentang. "Huaaaaaaa Ilaaaaaaaa." histerisnya tak tertahankan.

Ila menerima pelukan Klarez dan mengelus punggung remaja itu.

"Kok nangis sih?" tanya Ila.

Gimana aku gak nangis La, penyakit kamu terlalu menakutkan bagi aku..

"Kla..hiks..minta maaf...hiks..tadi siang Kla nakal..hiks..maapin Kla ya Ilaaa..hiks..Kla udah nakal tadi.."

Ila terkekeh pelan, dia mengelus rambut belakang Klarez. "Iya gak papa, jangan ulangi lagi." ujarnya Ila.

Klarez mengangguk cepat, dia mengeratkan pelukannya ditubuh Ila, ketakutan menyelimutinya seketika.

Dia takut..suatu hari nanti saat dia hendak memeluk pemilik tubuh ini, yang diterima hanya penolakan.

"Hiks..ummhh..hiks.."

"Yah? Kenapa nangis abang?"

"Hiks..enggak.."

"Enggak apa sayang?"

"Ndak..hiks..apa-apa Ilaaa..hiks..cubit-cubit dulu 1..hiks..jam.."

Ila tertawa gemas, dia mencubit pelan pipi Klarez dan membiarkan si empunya memejamkan matanya, menikmati sentuhan itu.

Walau hatinya berdenyut tak henti, apalagi memikirkan suatu saat nanti, sentuhan ini tak akan lagi dia terima.

®^^®

Bersambung😾

Tembus 100 komen baru up🖐

Abang Manja [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang