⭐️KlaLa-19⭐️

30K 3.7K 257
                                    

Hola, tekan vote dan tembuskan komen sampai 100 baru up🖐

~~~~~~

Klarez berlari pelan menuju kelas Ila, 2 hari setelah Ila keluar dari Rumah Sakit, kemesraan keduanya semakin kelihatan.

Dikedua tangannya, Klarez membawa bungkusan makan siang untuk Ila dan juga dirinya.

Fyi, Lilo tak masuk sekolah lagi karena kecelakaan itu, pikirannya terjebak diusia 10 tahun sehingga dia tak mampu mengikuti pelajaran lagi.

Lilo hanya berdiam diri di rumah dan bermain sembari menunggu Ila pulang.

"ADEK CANTIKKUUUUUU." teriak Klarez girang begitu masuk ke kelas Ila, semua memandang Klarez dengan tatapan geli.

Keliatan banget bucinnya. Ila melambaikan tangannya pada Klarez begitu mendengar teriakan penuh kebahagiaan dari sang pacar.

"Abang gemes~" sapanya balik.

Klarez berlari cepat kearah Ila, dengan cepat dia memeluk Ila yang saat itu masih duduk dikursinya.

"Eumh kangen banget sama Ilaaaa." gumamnya lembut.

Ila tertawa pelan mendengar gumaman manis itu. "Kangen juga sama abang." balasnya tulus.

Kedua sejoli itu asik berpelukan tanpa   perduli sekitar yang udah mupeng, ahay.

Klarez melepas pelukannya dan duduk dikursi tempat Angel dulu duduk, Angel udah di DO karena kasusnya.

"Mam dulu yuk cayang." ajaknya lembut sembari menekan pelan pipi chubby Ila.

Ila mengangguk, Klarez segera menyiapkan makan siang mereka di meja, isinya makanan sehat kok, nasi, ada sayur dan ada ayam serta ikan.

"Abang suapin yak, cayang mam nya dari tangan abang." ujarnya seraya memasukan ayam dan sayur ke satu wadah tempat nasi.

Ila mengangguk, dia bertopang dagu dengan tatapan yang terus tertuju pada Klarez, sampai cowok yang hari ini pakai kacamata itu malu.

"Apasih cayang, jangan liatin abang terus!" malunya.

Ila terkekeh pelan, dia mencubit pelan pipi chubby Klarez, sentuhan lembut Ila terkadang membuat Klarez sedih.

Sedih membayangkan suatu hari sentuhan ini akan hilang, tanpa menyadari jika Ila juga memikirkan hal yang sama.

"Abang/adek."

Keduanya saling tatap, kemudian tertawa pelan. "Adek duluan, mau bilang apa?" aju Klarez lembut.

Tatapan mata sayunya membuat Ila selalu merasa tenang, tapi sayang tatapan itu gak bisa membohongi Ila.

"Ada yang mau Ila bilang sama abang, pulang sekolah nanti ya."

"Otteee."

"Abang mau bilang apa?"

"Nanti aja sekalian pulang sekolah ya."

"Heem, oke."

Klarez mulai menyuapi Ila, langsung dari tangannya yang untung saja sudah bersih higenis terjamin.

Ila menerima suapan pertama, tatapannya terus tertuju pada Klarez yang tampak menahan sesuatu.

"Ila.."

"Kenapa bang?"

"Berhenti tatap abang kayak gitu."

"Emang kenapa?"

Klarez membalas tatapan Ila, namun tatapannya terlihat sedih disertai air mata yang menggenang.

"Karena...suatu saat tatapan itu bakalan hilang.." lirihnya parau.

Ila terdiam, dia menyeka air mata yang jatuh ke pipi Klarez lembut. "Sst, abang udah tau ya?" tanya Ila.

Klarez mengangguk pelan.

"Hiks..abang takut Ila..hiks.."

"Ila juga takut, abang gak ada ngasih tau Ila soal abang."

Klarez memandang Ila nanar "Jadi..kita gapunya waktu yang banyak?" lirihnya.

Ila tersenyum tipis. "Bang, kematian bukan kita yang tentuin, jangan pesimis gitu ah. Berobat bareng aja gimana bang? Abang mau?" bujuk Ila.

Klarez mengeraskan tangisannya, dia mau nyeka juga gabisa soalnya nih tangan ada bekas sambel.

"K-kalau...hiks..suatu hari abang..hiks..lupa gimana?..hiks.."

"Abang gak bakal lupa, abang bakal selalu ingat."

"Hiks..takut Ila..hiks..abang takut.."

"Sst, kita bisa lawan sama-sama."

Klarez takut, Alzheimer yang dia derita semakin menjadi, Klarez takut suatu saat nanti dia akan melupakan Ila.

Sementara Ila juga takut, kanker otak yang dia derita juga tak pandang bulu, semua mulai menggerogoti inang tempat mereka menumpang.

"Abang takut..hiks..Ila bakalan hilang dari ingatan abang..hiks.."

"Tapi Ila bakalan terus ingat sama abang."

"G-gimana kalau..hiks..abang mulai lupa caranya ngomong?..hiks.."

"Nanti Ila yang bakal bicara sama abang."

Klarez takut..semua dimulai dihari dia jatuh dari motor, hasil pemeriksaan mengatakan jika dia menderita Alzheimer yang ternyata masih ada.

Klarez kira, efeknya tak akan dia rasa sekarang.

Nyatanya, sedikit demi sedikit dia mulai melupakan beberapa hal kecil seperti cara menggunakan sendok, cara mandi, cara buka pintu.

Klarez semakin takut.

®^^®

Bersambung😾

Nunggu komen tembus 100,  tekan vote juga ya, yang gak neken vote, FIXS DIA BOCAH PRIK!

Abang Manja [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang