BAB 3. Ulang Tahun

136 43 29
                                    

Jangan lupa vote dan komen!
.
.
.
Happy reading ^•^

Lelaki itu menatap layar laptopnya dengan seksama. Di hadapannya terpampang foto-foto seorang gadis yang tampak hendak memasuki sebuah kelab malam bersama seorang pemuda yang berjalan tak jauh di belakangnya. Gadis itu memakai kacamata berbingkai hitam tebal dan kepalanya ditutupi oleh hoodie dari sweater yang dipakainya. Sementara rambutnya dibiarkan terjuntai keluar dari kedua sisi. Gadis itu sedang berusaha menutupi identitasnya atau lebih tepatnya sedang meminimalisir kemungkinan adanya orang lain yang tak sengaja mengenalinya di jalan.

Lelaki itu menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi di belakang meja kerjanya. Tapi, tatapannya tidak pernah lepas dari layar di hadapannya. Raut wajahnya tidak terbaca.

Ia adalah Sebastian Agustine. Ia adalah pemilik tunggal dari perusahaan tempat ia berada sekarang.

Foto itu diambil secara diam-diam oleh seseorang yang sudah lama ia tugaskan untuk mengikuti gadis itu. Hampir setiap hari Sebastian mendapatkan banyak e-mail dan salah satunya adalah dari Dom, orang suruhannya yang bertugas untuk menginformasikan kabar terbaru tentang Anna, gadis yang gambarnya sedang terpampang di layar laptopnya sekarang.

Tanpa sadar Sebastian memijat keningnya sendiri. Ia membayangkan kejadian lima tahun lalu saat tiba-tiba ayahnya memintanya untuk menikahi anak gadis dari salah seorang rekan bisnisnya saat gadis itu menginjak usia 23 tahun. Tanpa banyak membantah Sebastian menuruti keinginan ayahnya.

Sejak itu Sebastian memerintahkan salah satu orangnya untuk mengikuti gadis itu ke mana pun ia pergi. Dan berkat informasi yang ia dapatkan setiap hari, Sebastian jadi mengenal Anna jauh lebih baik dari ayah Anna sendiri. Walaupun mereka belum pernah bertemu secara langsung sampai detik ini.

Gadis macam apa yang ayah minta untuk kunikahi? pikir Sebastian saat mendapati kabar kalau Anna telah melempari telur busuk ke mobil salah satu mantan pacarnya saat mobil itu sedang melaju, dan salah satu telur itu tepat mengenai kepala gadis yang merupakan selingkuhan pacarnya saat itu.

Di mata Sebastian Anna merupakan gadis yang berbeda dari gadis-gadis yang ada di sekitarnya selama ini. Anna adalah seorang gadis berperawakan kurus, wajahnya tidak cantik tapi juga tidak terlalu jelek dan buah dadanya hampir rata. Gadis itu menyukai musik keras dan senang memakai jeans ketat, kaus kebesaran tanpa lengan dan sepatu kets.

Bagi Sebastian Anna adalah gadis yang luar biasa. Luar biasa menyebalkan. Ia gadis yang rumit, dan bukan tipenya sama sekali. Sejujurnya kalau boleh memilih, Sebastian lebih menyukai wanita yang anggun dan penurut, persis seperti mendiang ibunya dulu. Tapi, setelah bertahun-tahun mendapat informasi mengenai gadis itu, Sebastian jadi seperti menaruh minat pada Anna. Ia bahkan seperti tidak sabar ingin cepat-cepat bertemu langsung dengan gadis itu.

Menjahili gadis semacam itu sepertinya akan menyenangkan juga, pikir Sebastian.

Di samping itu Sebastian yakin jika ayahnya sudah memberikan sebuah tanggung jawab padanya berarti ia memang mampu melakukannya. Dan Sebastian menganggap sikap Anna yang rumit itu merupakan sebuah tantangan tersendiri untuknya.

Sebastian mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya dan menghela napas. Ia sudah tidak perlu lagi melihat foto-foto itu. Ia sudah mengetahui semuanya: Anna sedang berlibur di Bali dengan Seth, pacarnya yang seorang gitaris band. Sementara di sini ayahnya yaitu Tuan James Martin mengira kalau gadis itu pergi dengan salah satu teman wanitanya.

Mengingat itu Sebastian jadi semakin merasa geli hati.

Lamunannya tentang Anna terhenti seketika saat ia mendengar seseorang mengetuk pintu ruangannya. Salah satu sekretarisnya. Sebastian menegakkan posisi duduknya dan mulai bersikap formal lagi. Ia tidak mau sekretarisnya tahu kalau ia sedang memikirkan hal lain di luar dari pekerjaannya sekarang, terlebih lagi memikirkan seorang gadis seperti Anna.

𝐒𝐀𝐕𝐀𝐍𝐍𝐀𝐇Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang